Tuesday, September 15, 2015

SI TERTUTUP



Belum lama aku bercerita dengan salah satu temanku. Sebut saja dia Mawar karena identitasnya harus dirahasiakan. Hehe


Aku tanya begini, “ heh koe kenapa betah banget di kost? Lihat yang lain aja udah pada balik, koe masih setia nunggu kostan.” 

Aku biasa memakai “koe” jika berbicara dengan temanku yang satu ini, karena dia orang Banyumas alias orang ngapak. Tau kan ngapak? Jadi ngga perlu diterangkan disini.

Dan gampang sekali ditebak jawabannya. 

“Daripada nyong balik, nanti kamu ngga ada teman makan disini. Haha” 

Aku sampai hafal jawabannya setiap ditanya hal ini ya begitu, selalu ngawur. Dan aku jamin 100% kalau dia punya alasan tertentu.

Bahkan aku beberapa kali mengamati tingkahnya saat kutanya kenapa tidak mudik saat ada sedikit hari libur. Dia akan langsung mengambil posisi tidur dengan pandangan menerawang jauh, seakan-akan menahan beban berat dan tidak kuat jika dia tetap duduk. Terlihat sangat lelah. 

Jawabannya yang paling waras ya hanya “Ngapain balik? Ngga ada orang di rumah.”

Dan entah kenapa setelah mendengar jawabannya aku selalu mengganti topik, tanpa berani bertanya lebih jauh meskipun aku sudah kenal dengan si mawar ini selama 3 tahunan. Lumayan lama bukan, aku kenal si mawar ini sejak kita berdua mahasiswa cupu sampai mahasiswa tua yang masih cupu sekarang ini. Kalau dari penggalan-penggalan omongannya atau keluhannya kadang-kadang si asumsiku, keluarganya tidak dalam keadaan yang bisa bebas ia ceritakan kepada siapapun, termasuk aku teman yang cupu bersamanya 3 tahun ini.

Dia terlalu jarang menceritakan keluarganya kecuali tingkah-tingkah keponakan cowonya yang super manja tapi sangat disayanginya. Kalau aku boleh menilai sebagai teman, dia terlalu sibuk dengan berbagai hal. Dia terlalu sibuk menghabiskan waktu 24 jam dalam seharinya dengan berbagai hal. dia mengikuti berbagai kegiatan di kampus, dia kuliah dengan SKS penuh, dan dia anak yang sangat doyan main. Jadi menurutku disini, dia menyibukkan diri dengan berbagai hal untuk mengisi 24 jamnya tiap hari. 

Terkadang dia akan memasang status pada BBM atau memposting di timeline line saat dia sedang tidak ada kegiatan dengan postingan yang tidak jauh dari “unmood” “bingung” “sepi” dan status yang membuatku semakin yakin dengan kesimpulanku tentangnya. Dia terlalu sibuk melakukan berbagai hal, dia menginginkan 24 jam dalam seharinya minus waktu tidur terpakai untuk hal tertentu. Sangat bisa di tebak dia mencari pengalihan, dia takut kesepian! 

Entah apa yang ditakutkannya dari yang namanya kesepian itu karena dia sepertinya tidak ada niat sedikitun untuk berbagi masalah pribadinya denganku. 

Sejauh ini aku memiliki hipotesis tentangnya:

Dia sengaja menyibukkan diri mengisi 24 jam dalam seharinya untuk mengalihkan pikirannya dari entah apa yang mengganggu pikirannya. Atau dengan kata lain, saat dia tidak ada kegiatan dia akan merasa kesepian dan dia takut saat kesepian dia akan kembali mengingat hal-al yang mengganggu pikirannya dan jelas dia tidak manginginkan atau menyukai hal itu. 

Entahlah temanku yang satu ini selalu terlihat ceria saat bersama teman-temannya. Meskipun sesekali dia akan terihat sedih saat sudah berada di kamarnya, tapi selama 3 tahun ini di depan teman-teman dia selalu terlihat ceria. 

Aku tidak tahu, apa hanya aku saja yang merasakan kalau temanku yang satu ini keadaannya tidak sebaik sikap yang dikeluarkannya. Dia yang begitu senang bercerita tenatang berbagai hal, apalgi menyangkut hobinya yaitu membaca apa saja. Dia akan antusias membahas penulis yang menurutnya keren, buku yang menurutnya keren dan betapa dia ingin membeli buku yang sudah dia list sejak lama. Dan ngeselinnya temanku yang satu ini tidak pernah kehabisan list.

Dia begitu senang membahas tentang cowo-cowo idolanya yang selalu berbeda dari idola cewe-cewe kebanyakan. Tapi tidak dengan perasaan suka yang sesungguhnya kepada seseorang. Dia selalu senang berbagi cerita dengan adik angkatan terutama masalah kegiatan kampus. Dia anak yang tidak pernah kehabisan kata-kata kalau boleh kubilang. Meskipun dia begitu pandai memakai topengnya di depan teman-teman yang sering ia temui di luar kamar, tapi aku tahu saat dia berada di kamarnya. Dia tidak sekuat itu. Hanya saja aku masih belum tahu cerita kehidupan pribadinya. Aku belum tahu apa yang sebenarnya temanku ini rasakan. Tentang kehidupannya, tentang bebannya, bahkan tentang perasaan sukanya pada seseorang, sebagai temannya selama ini aku tidak tahu.

Dia tidak seterbuka kelihatannya. Dia temanku yang sangat tertutup. 


Dia tidak mengijinkan bahkan teman terdekatnya untuk masuk melewati tembok yang ia bangun. Beban, masalah dan pikirannya hanya untuk dirinya sendiri. Begitulan temanku Mawar ini.

Saturday, June 27, 2015

jalan

Aku sedang berhenti, aku kelelahan.

Aku memutuskan duduk di sebuah gubuk di pinggir jalan. Mengamati sekitar dan bagaimana bisa tidak ada siapa-siapa di sekitarku? Kemana sahabatku? Kemana teman-temanku? sampai akhirnya aku memutuskan kembali ke jalan dan melihat jauh ke ujung jalan. 

Dan ya! aku melihat sahabatku di belakang sana. Ada apa? kenapa mereka terlihat dengan santai berjalan bersama dan tertawa bahagia? kenapa mereka tidak berjalan bersamaku? 

Aku melihat ke ujung jalan lainnya mencari teman lainnya. dan ya! aku melihat teman-temanku jauh di depanku! Bagaimana bisa mereka tidak menungguku dan berjalan cepat di depanku?

Aku meneriakkan nama temanku satu persatu dan hasinya, aku masih sendiri di jalanku.

Aku berada di jalan ini sudah pasti aku yang memilih berada di jalan ini. Aku telah berjalan sejauh ini, yang tentu saja tidak sejalan dengan jalan yang teman-temanku ambil. Aku berada di jalan ini berjalan dengan segala hal yang ada di pundakku saat ini. Hal yang semua teman-teman di depanku punya, hanya dengan kapasitas yang berbeda. Hal ini adalah tanggung jawab.

Aku lelah bukan aku enggan. Tentu aku akan menyusul teman-teman di depanku dan terus membawa segala hal di pundakku ini. Tapi aku ingin berhenti sejenak, meluruskan otot-ototku yang tegang selama ini berjalan berpisah dengan sahabatku. Aku terlalu asik berjalan cepat sendiri dan aku butuh waktuku sendiri. Aku butuh waktuku sendiri di jalan ini.

sampai ketemu lagi di ujung jalan nanti :)

Thursday, February 05, 2015

February #anes (2)

“happy holiday gaesss.” Teriakku sambil melambaikan tangan yang disambut lambaian tangan dan senyum bahagia mereka.
“you too nes.”
Entah sudah berapa kali aku mengucapkan “happy holiday” sejak aku keluar dari ruang ujian sekitar limabelas menit yang lalu.
Yey! hari ini hari terakhir ujian akhir semester 5! Meskipun ditutup dengan ujian Sistem Pengendalian Manajemen yang lumayan bikin pusing menurutku, tapi hari ini tetap menjadi hari yang menyenangkan. Menyenangkan karena hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu sejak masuk semester 5 pada September lalu. Hari berakhirnya perjuangan di semester lima meskipun entah apa nanti hasilnya yang jelas rasanya menyenangkan. Dan aku yakin bukan hanya ditunggu-tunggu atau menyenangkan untukku, tapi  untuk semua teman-temanku. karena setelah ini mereka yang berlabel anak rantau bisa langsung pulang dan bertemu sanak saudara mereka.
            Seperti beberapa anak yang baru saja aku sapa tadi. Mereka teman kelasku yang merupakan gerombolan anak Jawa Barat. Terlihat jelas bahwa mereka sangat bahagia menanti libur panjang ini sampai-sampai mereka tidak menunggu anak-anak yang lain keluar kelas untuk sekedar ngobrol ringan sebelum berpisah. Mereka pasti akan langsung meluncur kembali ke kampung halaman mereka.
            “lo mudik medan nes?” tanya salah satu temanku.
            “mudik dong, cuma paling nanti february. Mau jalan-jalan disini dulu gue.” Jawabku jujur. Karena aku memang merencanakan beberapa liburan asik bersama sahabat-sahabatku sebelum kami masing-masing mudik ke kampung halaman.
            “sama siapa nes?” sahut teman kelasku yang lain.
            “sama bia..”
            “Anes pergi sama siapa lagi kalo bukan sama simpanannya. Hahaha.”belum selesai ngomong tiba-tiba ada yang menyahut dibelakangku yang langsung disambut tawa semua anak-anak kelas lainnya. Dan saat aku tengok ternyata Ido!
            “asem bgt Idooooo!” aku langsung mencubit tangannya sekuat tenaga.
            “ah gila lo nes! Sakit tau.” Aku melihat dia mengusap-usap bekas cubitanku. “Rasain !” batinku.
            Apaan coba didepan anak-anak kelas ngomongin simpanan, berasa tante-tante yang punya simpanan anak dibawah umur. Aku paham betul kalau yang Ido maksud adalah Ifan, tapi kan bisa kali jangan pakai kata simpanan.
Jangan salah paham ya aku dan Ifan masih sama seperti dulu, kita tidak in relationship. Ya meskipun february taun lalu saat aku ulang taun aku seperti menangkap sinyal bahwa dia sayang kepadaku lebih dari sahabat. Aku ingat saat itu dia jelas-jelas cemburu pada Uno dan aku senang kalau faktanya seperti itu. Karena akupun sebenarnya juga sayang ke Ifan, hanya saja saat itu aku merasa hanya sayang sebagai sahabat dan sekedar nyaman saat bersama dia dan selalu ngerasa cukup meskipun hanya ada dia. Entahlah yang jelas saat itu aku memang belum yakin dengan perasaanku sendiri dan memutuskan mencoba sampai saat ini. dan tentang bagaimana perasaanku saat ini, entahlah.
Ngomong-ngomong soal Ifan sepertinya dia masih belum keluar kelas deh, dasar penganut perfeksionisme. Padahal aku sudah keluar setengah jam yang lalu dan anak-anak lainpun sebagian besar sudah keluar. Ada yang langsung pulang dan beberapa anak masih betah ngobrol ringan sebelum berpisah berbulan-bulan. Kalua aku si sebenarnya ingin langsung pulang karena tadi pagi belum sempat sarapan dan sekarang aku butuh makan! sayangnya tadi terlanjur janjian makan bareng ifan, jadi mau ga mau harus nunggu. Ditambah lagi tidak enak juga kalau aku langsung pulang saat semua berkumpul ngobrol seperti ini, jadi disinilah aku bersama anak-anak kelas di pojokan  berkumpul membentuk lingkaran yang terbentuk begitu saja. Membicarakan masalah ujian akhir semester yang soalnya dianggap keterlaluan lah, dosennya ngga becus ngajarnya lah, bukunya ga sesuailah yang pada akhirnya sebenarnya kita sadar bahwa kita lah yang kurang belajar. Hahaha.
Aku beranjak dan menengok ke kelas tempat Ifan ujian dan masih ada sekitar 5 anak yang belum keluar dan sangat mudah ditebak, isinya anak-anak pintar dengan bayangan IP 4 di depan mereka.
Aku kembali ke gerombolan anak kelas dan duduk di sebelah Rila, salah satu sahabatku.
“Oh jadi lu masih disini nungguin simpanan lu nes?” Ido teriak sambil melirik ke arah kelas ujian Ifan dan kembali disambut tawa anak-anak.
“ah cari gara-gara lu do.” Aku merasakan tepukan di pundakku
“bentar lagi keluar pasti tu anak, orang waktunya hampir abis.” Rila menenangkanku.
“gue. Laper. Banget.” Kataku dengan penenkanan di tiap kata.
“wey simpanannya Anes!” teriak ido sambil melambaikan tangan dan itu membuatku refleks menoleh tepat saat  dia mengambil tempat  duduk di sebelahku. “lo ngerjain apa si di dalem? Anes udah cemas banget sampe keringet dingin tuh.” Otomatis anak-anak langsung menimpali kata-kata Ido barusan.
“iya tuh sampe mau masuk ke kelas lo tadi.”
“sampe nyari-nyari kamera dia.”
“sampe dia minta gue gantiin lo jadi simpanannya dia fan.” Yang ini Fakih sahabatnya Ifan yang ngga jauh beda sama Ido.
“hah? Dia minta ke elo juga kih? Dia juga minta ke gue nih gara-gara gue nolak kena cubit deh perut gue.” Dan ini mulut Ido, dasar emang comel.
Gedeg banget deh, laper malah kena buli begini. Aku menoleh ke objek yang dibilang “simpanan” dan apa-apaan ini, anak disebelahku cuma ketawa-ketawa dan ga ada gerakan melawan sama sekali.  Dia menoleh sekilas ke arahku dan setelahnya dia beranjak dan memukul lengan Ido dan fakih bergantian.
“lo bilang gue simpanannya anes? Iri banget si lo.”
“dan ga mungkin dia mau sama lo kih. Hahah”  kontan semua anak tertawa mendengar bullyan Ifan untuk Ido dan Fakih, tidak terkecuali aku.
“dan tadi anes nyari-nyari kamera? Lo pikir uji nyali? Haha”
“puas lo do, kih. Haha”
“sayangnya gue puas banget nes.” Sahut Fakih serius.
“andin sama rangga mana? Katanya mau makan bareng?” Ifan terlihat mencari-cari dua sahabat kami.
“lagi pada balikin buku. Yuk buru laper nih gue.” Sahut rila.
“yuk.” Ifan beranjak begitu juga aku dan rila. “kita mau makan nih ada yang mau ikut?” ajak Ifan.
“makan dimana fan? Gue ikut dong sekalian nebeng balik, gue ditinggal Tian nih.”
“Apa do? Lo mau nebeng? Ga ada tebengan buat lo.” Jawabku jutek.
“Kanjeng anes, gue minta nebeng Ifan bukan lo. Dicatat ya.”
“tapi sayangnya Ifan bareng gue kanjeng Ido.” Aku menjulurkan lidah mengejek.
“Ya tuhan Ifan dosa apa gue. Kenapa lo harus bareng kanjeng anes?”
“dosa lo itu ngatain gue simpenannya Anes wkwkw. Yang lain ada yang mau ikut ga?”
“ga ah gue masih kenyang.”
“gue juga.”
“gue mau makan dirumah aja. Boke bro. haha.”
“gue mau nes. Ya ya?”
Ifan aku dan Rila langsung beranjak pergi tanpa perlu menjawab Ido karena tanpa dijawabpun sudah pasti anak itu tetap ikut. Setelah beberapa langkah aku berbalik dan melambaikan tangan ke anak-anak yang masih duduk-duduk. “happy holiday gaessssssss.” Yang langsung disambut berbagai jawaban dari mereka semua.
^^
Aku berjalan bersama ifan dan rila bersama Ido karena Rila parkir di tempt parkir yang berbeda dengan ifan.
“udah ngucapin “happy holiday gaes” berapa kali sejak keluar kelas hah?” tiba-tiba Ifan bertanya dengan logat yang dibuat-buat supaya mirip denganku saat mengucapkan “happy holiday gaes”nya.
“hahaha. Banyak pokoknya.” Jadi ini anak lagi ujian masih sempet-sempetnya merhatiin yang di luar. Batinku.
“bukannya aku sempet-sempetnya merhatiin yang diluar, tapi suaramu itu loh maksa banget buat di denger. Keras!” jawab Ifan santai yang bikin aku bt karena itu seperti menawab pernyataan tak terucapku barusan.
“ga usah sok bisa baca pikiran gue deh lo. Gue laper, banget malah. Dan gue nungguin orang ngerjain soal sampe lupa ada orang kelaparan nunggu diluar.” Gerutuku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Dan aku merasakan usapan di kepalaku. “sorry kanjeng.”
Aku yakin pipiku merah ya tuhan.
^^
Akhirnya isi jug perutku setelah lapar sampai pusing yang kalau kata Rangga bahasa banyumasnya itu “suren”. Sesuai janjian kita kemarin, aku bersama sahabat-sahabatku ada Ifan, Rangga, Andin ditambah ido tentu saja makan di salah satu warung ramen “X” ditraktir Rila. Ceritanya lagi anniversary yang ke dua tahun sama pacarnya di Surabaya. Yey!
 Ah iya aku baru pernah bilang kalau aku punya tiga sahabat tapi belum sempat memperkenalkan mereka karena saat itu mereka tidak ikut saat jalan-jalan ulang tahun Ifan. Rila asli Bandung yang sedang menjalani LDR dengan pacaranya yang kuliah di Surabaya.  Rangga anak ngapakers, dia asli banyumas. Kalau andin asli Bogor dan satu lagi ifan kayaknya ngga perlu dijelasin lagi karena sudah panjang cerita tentang dia. Tentu saja dia masih tetap cowo ga tau malu yang aneh saat ngomong aku kamu dengan lu gue, sampai saat ini.
“jadi gimana Ril, lo seriusan ga mau ikut kita jalan-jalan?” tanyaku.
“ngga deh nes, gue udah janjian mau ke surabaya nyusulin egi terus liburan bareng deh ke bromo sekalian anniversarian. Hehe”
“mentang-mentang lama berpisah lo.” Sahut andin.
“biarin, dari pada baru putus terus mau menghibur diri liburan ke korea. Haha.”
“haha rila lo jahat banget sama sahabat sendiri.” Ido tiba-tiba nyaut.
“udah lo abisin aja makan lo do nggausah nyaut-nyaut deh.” Kata rila dengan muka sinis.
“awas lo ril, ga gue beliin oleh-oleh deh suer.”
“mainnya ngancem.” Rila melanjutkan makan ramennya yang terlihat masih setengah. Bagaimana bisa ada enam anak dan baru aku yang selesai makan?
“jadi rila fix ga ikut kemana mana. Lo ndin gimana? Yang tanggal 1 besok ikut ke umbul ponggok? Lo ke korea minggu depan kan?” kataku menyimpulkan.
Yang ditanya hanya mengacungkan jempol dan menganggu-ngangguk sambil memakan ramen di depannya.
“oke. Dan koe rangga, ngga ada alasan buat ngga ikut. Jadi gue anggep lo fix ikut.”
“he-eh.”
“ah. Kenyang juga gue.” Ido menyeruput kuah langsung dengan mangkuknya. “kalian pada ada rencana mau kemana si? Kok gue ga di ajak?”
Aku menjelaskan rencana jalan-jalan kami ke Ido. Awalnya aku mengajak ifan ke tempat senorkling yang ada di klaten dan dia janji liburan semester ini akan mengajakku kesana, jadi waktu itu aku ajak sahabatku sekalian dan mereka mau. Akhirnya kita buat agenda lain yaitu naik ke gunung prau. Setelah berunding akhirnya ketemu tanggal yang pas buat ke umbul ponggok yaitu lusa 1 Februari. Harusnya minggu selanjutnya kita bisa ke gunung prau, tapi karena minggu ke dua Ifan ada liburan bareng keluarga jadi akhirnya sepakat ke prau itu tanggal 14 setelah ifan balik liburan. Dan ternyata tanggal segitu Adin udah pergi korea jadi ya kita bertiga doang kayanya.
“kalo lo mau ikut aja yuk.” Tiba-tiba ifan angkat bicara, kulihat mangkoknya sudah bersih tak ada sisa sedikitpun.
“iya ikut aja do.” Sahut rangga.
“kanjeng anes ngga ngajak siapa tau gue ga di harapkan.” Kata ido memelas.
“amit-amit lu do, sensitif  banget tau ga kaya pantat bayi. Yo ah ikut aja biar rame.”
“nah gitu dong. Gue ikut kalo gitu. Hahaha.”
^^
Setelah makan gratisan tadi, Rila kembali memberi gratifikasi dan kali ini berupa karaoke. Siapa yang nolek kalau diajak karaoke gratis, 2 jam lagi. Ga ada! Hahah.
“itung-itung pesta perpisahan, yuk gue traktir kalian karaoke dua jam.” Dan kami langsung berangkat tanpa ba-bi-bu. Setelah itu baru kita semua berpisah pulang ke habitat masing-masing. Tapi tentu saja tidak berlaku untuk Ifan.

Laki-laki bernama ifan itu saat ini sedang duduk di lantai dengan laptopku di depannya. dia bilang ingin memilih foto-fotoku bersama dia yang belum sempat di cetak dan akan dicetak untuk mengisi album miliknya yang akhirnya menjadi milik kita berdua. Ingatkan, album foto kadoku saat ulang tahunnya februari tahun kemarin.
Dan terbukti sejak hampir satu jam yang lalu dia terlihat serius memilih-milih foto kita berdua yang kira-kira perlu di cetak. Dan selama itu juga aku hanya tiduran di kasur sambil memperhatikan cowo yang akhir-akhir ini entah kenapa selalu sukses bikin aku salah tingkah dengan sikap-sikapnya. Ah entahlah, mungkin responku yang berubah karena sebenarnya sejak dulu dia juga sering melakukan hal-hal manis kepadaku, tapi bedanya dulu aku hanya merasa senang dan merasa disayangi. Seperti tadi saat di parkiran dia mengusap kepalaku, rasanya dulu kalau dia melakukan itu aku akan langsung merespon dengan pembalasan entah apa itu bentuknya. Tapi sekarang rasanya selalu membuatku senyum-senyum sendiri, malu sendiri dan pokoknya entahlah. Dan itu sejak pesta tahun baru kemarin ya Tuhan.
“ah mukaku.” Gerutunya.
Sejak tadi dia begitu serius dan hanya mengeluarkan kata-kata pendek ketika melihat foto yang mungkin konyol ataupun sangat bagus dengan ekspresinya yang berbeda-beda dan lucu menurutku. Karena itu aku masih betah seperti ini memperhatikan setiap ekspresi yang dia keluarkan. Seperti saat dia menggerutu “ganteng bgt gue.” Dia akan mengeluarkan ekspresi songongnya yang sumpah bikin enek. Atau saat dia menggerutu “anjir kita cocok bgt.” Dia langsung menengok sekilas ke rahku dengan mata coklat terangnya yang berbinar. Dia hanya ngomong pada dirinya sendiri dan sama sekai tidak membutuhkan tanggapan dariku. “fotomu ngga banget.” atau “muka gue kepotong” dan ada saja kata-kata dan ekkspresinya yang bikin aku jungkir balik antara seneng dan kadang pengin nonjok muka gantengnya. Ah sejak kapan aku bilang dia ganteng
Tiba-tiba dia merubah posisis duduknay menjadi didepan tempat tidurku dan aku otomatis langsung memaiknkan hpku.
“kita perlu cetak foto dari yang kita ikut color run ada yang konyol banget. Terus yang kita tahun baru tuh banyak yang keren. Apalagi yang pas pagi, sunrisenya keren bgt. Yang di kawah juga ada yang bagus.”
“iya terserah lo mau cetak yang mana deh.” Kemudian ifan menunjukan beberapa foto yang sudah dia pilih dan berkesempatan untuk di cetak. Yang pertama foto saat aku dan di mengikuti acara color run salah satu himpunan mahasiswa disini. Aku ingat saat itu sebenarnya banyak anak di kanan kiriku dan ifan tapi yang kena benar-benar hanya muka kami berdu yang utuh, yang lainya seperti muka Rila hanya kena mata kananya saja. Haha
Selanjutnya dia menunjukan foto saat kami berdua sedang ada di acara simfono di atas awan di dieng yang merupakan serangkaian acara seperti pagelaran musik jazz , ritual pemotongan rambut gimbal dan ditutup dengan pesta lampion. Dan foto ini diambil saat kami berdua memegang lampion dan hampir melepaskannya. Aku kesana bersama teman-teman yang lain kok, ada Andin, Rangga, Fakih dan pacarnya Ririn, ada Uno juga dan beberapa teman-teman dari temannya Ifan. Uno, aku pernah cerita tenatang uno kan? Ya meskipun dia sempat sukses bikin Ifan cemburu tapi aku masi menjalin hubungan baik dengan dia, bahkan kami sering hang out bersama tentusaja ngga cuma berdua. Haha. Sepertinya dia sudah paham kalau aku dan Ifan sama sama menjaga perasaan, jadi aku ngga perlu khawatir.
Foto ketiga adalah foto selfie kami berdua di mobil yang demi apapun itu mukaku jelek banget ekspresinya. Aku menunjukkan co card di leherku dengan mata yang kubuat juling ya Tuhan. Itu foto setelah aku dan dia selesai mengurus salah satu acara kampus.
Selanjutnya ada foto paling wow yaitu fotoku dan dia di Sikunir. You know? Sikunir! Yap salah satu bukit yang terkenal dengan golden sunrisenya. Setelah saat february lalu dia pergi bersama teman-temannya kesana tanpa aku, akhirnya dia janji akan mengaakku saat tahun baru dan he keep his promise! Meskipun harus ngecamp dengan suhu yang super duper dingin tapi that my funtastrip ever! Dan jangan salah paham lagi, aku bersama teman-teman dekatku kok bahkan ada Uno lagi-lagi hehe.
Difoto terlihat aku dan dia berdua dengan posisi dia seperti memberi matahari yang terlihat kecil kepadaku. Dan posisi itu sukses bikin teman-temanku yang ikut bercuit-cuit ria.
“the last.”
Dia menunjukan foto yang sumpah bikin aku bingung berekspresi sebingung-bingungnya. Sampai hanya tawa yang keluar dari mulutku dan langsung ku tutup laptopku dan langsung beralih pura-pura fokus pada handphoneku. Ya Tuhan pasti merah mukaku!
“ko ditutup si.” Dia menyalakan kembali laptopku.
“jangan yang itu lah fan.” Aku menunjuk foto yng terpampang jelas di laptopku.

“hahhahaha kenapa nes? Lucu tau ini. pokoknya aku cetak 5 foto tadi. Balik ah udah malem.” Katanya seraya melihat jam di tangannya yang mendorongku ikut melihat jam di hpku. Jam 21.38.

TBC....

Thursday, January 01, 2015

DESEMBER

*baru sempet ngepost :))

20 Desember 2014, 23:34 aku baru sempat say hallo pada bulan yang berada diurutan terakhir diantara 11 bulan lainnya.

"hallo desember :)"

bulan ini bulan terakhir di tahun 2014 dan harapannya bulan ini bisa lebih baik dari yang sebelumnya dan akan diisi hal-hal menyenangkan dan sebagai penutup tahun 2014. Ya meskipun setiap bulanpun harapannya selalu menjadi lebih baik si :D hanya saja dibulan terakhir ini aku sedang ingin mencoba hal baru diluar zona nyamanku, jadi semoga misi ini bisa sukss sampai akhir. Haha

entahlah sepertinya tahun 2014 ini tahun yang super WOW bagiku. Di tahun ini aku belajar banyak sekali hal baru. Ngerasa banget kalau tahun ini benar-benar tahun jungkir baliknya aku dalam segala hal.

Dimulai dari awal tahun 2014 yaitu keikutsertaanku dalam kepengurusan HMJA FEB Unsoed 2014 yang membawa tagline "Golden Generation" dengan diketuai oleh Mas Gunadi setyawan yang super duper wow! demi apapun dia salah satu kakak terbaik dan terkeren untuk aku pribadi.

Dilanjut lagi pada Maret aku memutuskan menerima tawaran temanku Reinaldi pangestu yang diamanahi sebagai ketua Pekan Ilmiah Akuntansi - salah satu proker besar HMJA karena merangkul internal dan eksternal HMJA - dan aku mencoba bekerjasama mensuskseskan acara ini sebagai koordinator acara. Dan dengan acara yang sama sekali tidak simple karena terdiri dari 4 acara besar, aku benar-benar banyak belajar dan evaluasi bahkan aku sampai rela mukaku penuh dengan jerawat sebagai akibat stressku. haha

Ditambah lagi dengan aku bersedia menjadi koordinator acara, maka keinginanku menjadi ketua di salah satu program kerja HMJA harus aku kubur dan mengalah fokus pada PIA saat itu. Tapi dengan berjalannya acara yang cukup lancar alhamdulillah aku merasa senang meskipun satu targetku tahun ini tidak tercapai.

PIA selesai pada bulan Juni dan aku bisa bernafas lega hanya untuk sementara waktu, karena tidak lama setelah itu aku dihadapkan kembali pada sebuah pilihan yang bahkan lebih sulit dari pilihan sebelum ini.

Dengan aku sebagai staf di Bidang Kaderisasi dan Pengembangan Organisasi HMJA, aku mendapat tugas menjadi penanggung jawab salah satu acara besarnya HMJA yaitu inaugurasi -malam keakraban untuk mahasiswa baru- dengan ketua terpilih Fajar Aulia R. Saat itu aku dimintai tolong untuk membantu menjadi Sekertaris Umum dan jika diharuskan jujur maka aku lebih memilih divisi lainnya karena saat tu aku memang berniat untuk ikut berkontribusi lagi dalam kepanitiaan OKFEB. Saat masih dalam tahap pertimbangan,  aku kembali dimintai tolong oleh orang yang berbeda yaitu ketua terpilih OKFEB 2014 Ade Afandi untuk menjadi koordinator pendamping putri.

Diantara dua pilihan itu, setelah memikirkan berbagai pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk bergabung di OKFEB menjadi koordinator pendamping putri dengan tetap bergabung di Inaugurasi sebagai staf Acara. Koordinator pendamping ini sebenarnya tugasnya jauh lebih berat dibanding sekertaris umum di Inaugurasi, tapi ya beginilah aku yang mungkin masih terlalu seperti anak kecil -selalu melakukan hal yang aku inginkan- sehingga aku lebih memilih OKFEB meskipun niat awal aku hanya ingin menjadi staf saja.

Mulai hari itu tidak sedikit yang menganggapku gila jabatan atau apa, karena lebih memilih posisi yang lebih tinggi tingkatan kepanitiaannya terutma mereka yang belum mengenalku. Aku orang yang selalu takut menyesal, jadi aku selalu berusaha melakukan apa yang aku inginkan. Dan sejak awal menjadi mahasiswapun aku bukan tipe orang yang hanya bergerak di zona nyaman saja, jadi ya itulah hukum alam -kita yang menjalani orang lain yang berkomentar-

Setelah proses panjang OKFEB dan Inaugurasi, pada November kemarin tiba-tiba aku dihadakan lagi pada dua pilihan. seperti yang aku bilang bahwa aku bukan tipe orang yang suka berdiam di zona nyaman. Sejak awal au mendaftar di kepengurusan HMJA, aku sudah berniat bahwa di tahun selanjutnya aku ingin bergabung dengan BEM FEB mengingat tahun depan adalah tahun aktifku yang terakhir. amin

saat aku hanya berniat menjadi staf, tiba-tiba ada salah satu calon Presiden BEM FEB yang mengajakku menjadi wakilnya di pencalonan Pres dan Wapres. Dan demi apapun itu superWOW !!! seorang aku yang tidak memiliki hal apapun yang bisa ditonjolakn kecuali cerewetku tiba-tiba diajak mencalonkan diri menjadi orang nomer satu dan dua di KMFEB. disini aku kembali galau, meskipun aku memutuskan tidak akan lanjut pada kepengurusan HMJA selanjutnya, tetapi banyak dorongan dari kaka-kaka angkatan yang memintaku untuk lanjut di kepengurusan HMJA.

Karena memang niat awalku bergabung di kepengurusan BEM, pada akhirnya akupun menerima tawaran temanku yang sbelumnya sebagai ketua OKFEB 2014. jadilah aku calon Wakil presiden BEM FEB Unsoed dengan nomor urut 2 -Ade & Ismi- yang mmembuatku mengalami banyak sekali hal baru. Aku belajar berbicara di depan orang yang jarang aku temui bahkan belum pernah aku temui, terutama saat haru melakukan Debat Publik dengan dua calon Pres dan Wapres lainnya, itu unforgetable moment banget. Tetapi Meskipun akhirnya kalah dan berada diurutan kedua, tapi aku berterimakasih sekali karena memberiku kesempatan yang super ini dan tentu saja maaf karena ternyata aku tidak bisa banyak membatu untuk kemenangan.

Dan saat ini, setelah aku kalah aku kembali dihadapkan pada dua pilihan baru. Permintaan tolong kembali datang dari Ketua Umum terpilih HMJA 2015 -Fajar Aulia- dan presiden BEM Terpilih -Huzaifah Ar Rasyid- .

Tawaran menjadi Kepala Bidang Kaderisasi dan pengembangan Organisasi di HMJA dan menjadi mentri di kementrian Sosial dan Masyarakat di BEM FEB. aku memang tidak berniat lanjut di HMJA, tetapi ada rasa tidak enak jika harus meninggalkan Rumah Kita setelah satu tahun bekerjasama, ditambah lagi beberapa teman adik angkatan yang ingin belajar bersamaku di HMJA.

Setelah diberi waktu 3 hari oleh HMJA, akhirnya aku memutuskan tidak bergabung di HMJA 2015 dan insyaalloh bergabung dengan BEM FEB 2015.



Saturday, November 22, 2014

ketika hujan

cinta pada sesama memiliki batas waktu, dan aku harap batasan untuk kita berdua hanyalah kematian.

hahahahaha

aku masih belum bisa berhenti tertawa melihat keadaan cowo didepanku sekarang ini. Dia masih terus memegangi pantatnya sambil menggerutu pada dirinya sendiri. 

"eh udah lo jangan ngetawain gue terus dong Alisaaaaaa!" teriaknya mengalahkan suara hujan sambil berjalan ke arahku. Mendengar teriakanya tawaku semakin meledak, tiap bayangan kejadian sebelum ini terlintas kembali di otakku bawaanya pengin ngakak. ya Tuhan perutku sampai sakit . 

"udah sini duduk dulu deh, istirahatin dulu pantat lo." kataku masih dengan tertawa yang demi apapun masih belum mau berhenti meskipun muka didepanku saat ini sudah menunjukan muka murkanya. Cowo didepanku akhirnya mengalah duduk disebelahku mengikuti perintahku dengan mukanya yang sumpah bikin aku kembali terbayang kejadian tadi. dan otomatis membuat tawaku kembali meledak. 

-

aku duduk sendiri di tempat duduk sepanjang koridor kelas dua belas, menunggu seseorang yang saat ini sedang ada obrolan penting dengan salah satu guru mata pelajaran. ya tadi dia bilang seperti itu dalam bbmnya .

    Abi
   
    sa, gue mau ngobrol penting bentar sama guru. tunggu di depan kelas lo aja ya. ga lama kok :)

jadi disinilah aku sekarang, menunggu cowo bernama Abi itu sambil memainkan gadget ditanganku. membuka beberapa media sosial yang kupunya bergantian. membalas beberapa bbm, memantau timeline twitter kemudian beralih ke path, beralih lagi ke instagram kemudian tumblr dan sampai pada media sosial yang sedang naik daun - ask.fm - yang sampai sekarang aku sebenarnya masih bingung kenapa harus ada ask.fm yang isinya tanya - jawab - tanya - jawab padahal ada sms, bbm, line dan lainnya yang lebih privat. ditambah lagi tanyanya bisa anon lagi, ya mungkin inilah ask.fm karena kalau yang lainnya namanya bukan ask.fm. Astaga aku mulai nglantur.

saat aku hampir kembali ke siklus awal yaitu membuka bbm, cowo yang kutunggu sejak tadi tibatiba duduk di sebelahku dan memamerkan cengirannya yang bikin aku pengin nutup mukanya sekarang juga pakai apapun. karena yang terpenting jangan sampai ada  cewe yang melihat senyumnya itu, aku tidak ingin besok pagi semakin banyak surat di mejanya. 

"yuk pulang." belum juga menjawabnya dia sudah menarik tanganku berjalan melewati lapangan basket menuju parkiran sekolah. 

"bi, ujan nih nanti kalo kita flu gimana." aku mencoba menutupi kepalaku dengan telapak tanganku yang bebas dari genggamannya. 

"itu si lo aja yang dikit-dikit flu, gue si ngga." 

aku tidak merespon perkataan terakhirnya tapi aku langsung melepas genggaman tangannya dan berjalan lebih cepat supaya lebih cepat sampai di parkiran.

"sa, tugguin gue dong." aku mendengar teriakannya tapi aku sama sekali tidak menanggapinya. 

"oke kamu mau ngajakin aku cepet-cepetan sampai di parkiran hah?" aku masih bisa mendengar teriakannya meskipun hujan turun semakin deras. "dasar anak aneh, siapa juga yang mau minta cepet-cepetan." gerutuku.

aku mendengar suara lengkah kaki semakin mendekat. sepertinya cowo itu benar-benar mau mencoba mendahului aku. dasar aneh. 

"kamu fikir kamu doang yang bisa jalan cepet hah? aku juga bisa." begitu sejajar dengan langkahku dia membisikkan kalimat itu di telingaku dan dalam sepersekian detik dia sudah berlari di depanku.

"lo kesambet apa si bi?" teriakku. 
dan sepertinya sesuatu akan terjadi, aku melihat dia kehilangan keseimbangan. " ati-ati bi, keple ....."
belum selesai aku mengucapkan kata-kataku, hal yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. 

"hahahahahahh." aku langsung tertawa meleihat posisi jatuhnya setelah beberapa detik sebelumnya aku melongo melihat dia terpeleset.  aku bisa merasakan bagaimana rasanya sedang berlari kemudian terpeleset dengan posisi pantatnya terbentur ke lantai lapangan. pasti pantatnya sakit, "siapa suruh lo lari-lari gitu."

-

aku masih belum bisa betarhenti tertawa meskipun hanya tersisa tawa kecilku. perutku sudah terlalu sakit tertawa sejak tadi. 

"alisa."

aku menoleh ke cowo disebelahku. dari cara dia manggil aku sepertinya ada yang tidak beres. 

"kenapa?" ekspresinya ngga kebaca, jangan-jangan dia marah.

"kalo pacarmu kena musibah itu harusya ditanyain keadaannya, bukan malah ketawa sampai puas kaya gitu. ngerti?" ah ini si fix dia marah, dari cara dia ngomong udah ngga ada senyum sedikitpun dan biasanya ini tanda kalau dia marah. dan saat dia marah yang harus aku lakukan adalah menganggapnya biasa saja seperti biasanya. 

"iya pacarku. tapi aku lebih suka ngetawain kamu. jadi apa boleh buat?" kataku santai sambil menepuk-nepuk pundaknya.

kalau sudah seperti ini, kita akan saling diam beberapa saat sampai nanti akhirnya cowo ini akan merasa kesal berada di awkward moment seperti ini hingga akhirnya mengalah . hahahaha

"Alisa. lo kok ngeselin banget si!" see? dia mulai kesel sama dirinya sendiri.

"kenapa setiap aku mau marah sama kamu selalu ngga bisa? kamu selalu aja bikin aku kaya gini!" dia melipat tangan didadanya dan memandang kesal ke arahku.

"karena aku paham gimana kamu Abi." kataku singkat dengan diikuti senyumku yang kubuat semanis mungkin dengan tanganku dikedua pundaknya. beberapa detik kemudian aku merasakan usapan di puncak kepalaku. dan dia memberikan senyum termanisnya - lagi.


~

tok tok tok
aku merasakan ada suara ketokan. kalau di dengar-dengar sepertinya suara ketokan di kaca. 

Kaca? 

aku langsung tersadar begitu tahu bahwa suara ketokan itu berasal dari kaca jendela. ya aku ingat, aku  tadi duduk di dekat  jendela kamar kostku. karena tiba-tiba hujan turun dengan deras jadi aku menutup jendela kamarku kemudian aku duduk memandang hujan diluar sampai akhirnya hujan memaksaku mengingat kenanganku bersama orang itu. 

"bukain pintu al." cowo di luar jendelaku kembali mengetok kaca dan kini sambil teriak memintaku membukakan pintu.

"ya tuhan. Tunggu bentar." aku langsung berlari ke ruang tamu membukakan pintu untuk orang yang mungkin sudah sejak tadi menungguku di luar. setelah duduk dan aku ambilkan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya, aku duduk disebelahnya.

"sorry, tadi nunggu lama ya?"  

"lumayan, kamu nglamun? aku ketok-ketok jendela kok ga nyaut-nyaut." 

"hehe tadi tiba-tba keinget sesuatu. sorry ya." aku memberika senyum semanis mungkin.

"iya gausah sorry sorry terus Alisaaaaaa." cowo itu meletakkan handuk ditangannya ke kepalaku.

"Devan usil banget si kamu." aku kembali melemparkan handuk ke muka cowo disebelahku.

selanjutnya kami asik dengan dunia kami berdua, selalu saja seperti ini. tertawa lepas bersama cowo ini selalu menjadi hal yang aku nantikan. 

Ya aku sudah tidak bersama cowo yang beberapa saat yang lalu kembali terlintas dipikiranku. aku sudah tidak bersama Abi dan saat ini aku bersama Devan. Aku tidak perlu membandingan diantara mereka berdua siapa yang lebih tampan atau sapa yang lebih membuatku bahagia atau nyaman. karena mereka berdua sangat berbeda tapi mereka berdua sama. 

mereka mempunyai sifat yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, muka yang berbeda, dan mereka memiliki cara yang berbeda untuk membuatku merasa bahagia dan merasa istimewa. tapi aku tidak perlu membandingkan keduanya karena mereka berdua sama, sama-sama membuatku jatuh dan dengan cara mereka yang berbeda mereka sama-sama sukses membuatku nyaman dan bahagia saat bersama mereka. 

meskipun aku sudah tidak bersama Abi karena suatu alasan yang bisa diterima kita berdua, tapi aku tetap menyimpan kenanganku bersama dia, karena dia telah menjadi salah satu warna dalam hidupku. dan sekarang aku sudah menemukan warna yang lain yaitu devan.

saat orang dewasa mengatakan bahwa cinta pada sesama itu ada batas waktunya. mungkin rasa yang aku miliki pada Abi sudah sampai pada batasnya karena Tuhan memberikan kesempatan untuk kita berdua merasakan cinta yang lainnya. dan semoga dengan devan saai ini, Tuhan memberikan rasa yang batas waktunya hanya kematian. 

Wednesday, November 19, 2014

thanks rain ...



2

Gilang Abyan Aldari



“jadi nama lengkap lo siapa?” aku mencoba membawanya kembali ke bumi setelah beberapa menit yang lalu dia hanya diam, sibuk dengan pikirannya sendiri. 


Sepertinya usahaku sukses, dia langsung sadar sepenuhnya karena dia langsung menarik tangannya yang masih dalam genggamanku sejak tadi berjabat tangan. Dia terlihat salah tingkah dan itu memaksaku untuk tertawa karena tingkahnya itu.


“gue Adriana Farzana”. Dia menyebutkan nama lengkapnya dan menatap kearahku dengan tatapan sinisnya, mungkin dia kesal karena aku masih tertawa kecil gara-gara tingkahnya. Siapa suruh bertingkah kaya anak kecil gitu, gemesin banget.


“gue Gilang Abyan Aldari, seneng bisa kenalang langsung sama lo.” 


Yap, aku serius seneng bisa kenalan secara langsung dengan cewe manis ini. Bisa dibilang aku sering melihat cewe disebelahku saat dikantin, atau di koridor sekolah. dan bisa aku pastikan dia pasti cewe yang cueknya luar biasa. Kenapa? Karena aku jarang melihat dia ikut di kegiatan sekolah dan yang paling bikin aku kaget adalah dia sepertinya ngga tau siapa aku. Ya bukannya aku kepedean seluruh isi sekolah mengenalku, tapi setidaknya dia harusnya tau kalau aku ketua Ekstrakulikuler seni dong. Dan satu lagi, dia benar-benar cuek karena bahkan dia ngga tau kalau aku itu koordinator divisi Acara dan aku satu tingkat diatasnya. Kelihatan sekali kalau selama sesi perkenalan tadi dia ngga merhatiin dan dia bertindak secuek ini saat kakak angkatan ngajak dia ngobrol. Lebih fokus sama gadget.

flashback

Aku sempat kaget saat giliran divisi publikasi perkenalan tiba-tiba lola heboh sendiri. 

“ka, tuh temenku yang paling ngga pernah ikut kegiatan sukses gue seret ikut panitiaan ini. kerenkan gue.”

“yang mana?” saat itu hanya itu responku. Sampai saat aku melihat cewe yang aku tahu namanya adriana dan Lola mengaku bahwa cewe itu yang dia maksud sebagai sahabatnya.

“nah itu kak.” Aku langsung fokus pada perkenalan singkat cewe itu. Sangat singkat! Dan ekspresinya bener-bener bikin orang yang lihat mungkin bisa langsung ketularan bete karena kelihatan sekali bahwa cewe itu sedang dalam suasana hati yang tidak baik. 

Meskipun begitu, aku justru tersenyum pada diriku sendiri melihat ekspresinya saat ini. Setelah perkenalan super singkatnya yang disusul desahan kesal dari Lola, dia kembali duduk dan fokus pada hanphonenya. Aku perhatikan cowo disebelahnya, Zaki anak XII IPA 4, entah apa yang dia katakan pada cewe itu sampai membuat cewe itu mengeluarkan ekspresi super lucunya dan kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu Zaki. Wah jangan bilang mereka ada hubungan khusus.

Tapi menurut isu yang beredar Zaki sedang dekat dengan anak satu angkatan dan semoga issu itu benar! Entahlah aku suka tidak sengaja memperhatikan cewe itu jika kebetulan kita makan di kantin yang sama. Ya kantin disekolahku ada kantin utara dan selatan. Dia selalu seperti anak kecil jika acara makannya diganggu temannya, dia akan langsung pasang ekspresi marah sekaligus mengancam. Dan itu kombinasi yang sangat lucu jika dia yang berekspresi. Dengan mengingatnya seperti ini saja sukses membuatku tersenyum sendiri. Sadar, aku menoleh ke sekitar dan beruntung tidak ada yang sedang melihat ke arahku. Kan ngga lucu kalau aku ketauan lagi ketawa sendiri.

Flashback end~

Tuesday, November 18, 2014

thanks rain ...



1

Adriana Farzana


“hay, adri.” Aku merasakan tepukan di pundakku. Belum sempat aku menoleh tiba-tiba seseorang duduk di sebelahku dan tersenyum ke arahku.


Meski suasana hatiku tidak sedang begitu baik, tapi aku tetap mencoba bersikap ramah dengan membalas senyumnya dengan senyum yang semoga terlihat tidak seperti senyum terpaksa. Jujur aku tidak tau siapa nama cowo yang sekarang ini duduk di sebelahku, yang aku tahu dia juga salah satu panitia acara bakti sosial ini karena tadi aku sempat melihatnya sekilas saat acara perkenalan. Dan seperti yang kalian tahu aku tidak benar-bebar menyimak acara perkenalan tadi, jadi wajarlah kalau aku tidak tahu siapa cowo sok kenal disampingku ini. Ya meskipun aku akui 99% kalo cowo di sampingku ini punya wajah yang super manis. Ditambah lagi dia punya senyum yang bakalan sukses bikin siapapun cewe yang disenyumin langsung bersedia jadi pacarnya kapanpun dia minta, minus aku mungkin. Haha. Yang jelas aku ngga kenal cowo ini dan saat ini aku sedang tidak ingin basa-basi jadi aku memilih fokus pada games di handphoneku.


Setelah beberapa saat saling diam, tiba-tiba dia menyodorkan tangannya yang mau tidak mau membuatku beralih dari layar handphoneku. Mungkin sejak tadi dia juga bingung mau memulai obrolan seperti apa, karena begitu aku membalas senyumnya aku langsung kembali fokus pada handphoneku. Dengan malas aku menatap ke wajahnya takut kalau ternyata dia kaka kelas dan aku akan dicap sebagai junior songong. Tapi lagi-lagi aku disuguhi senyum mautnya itu yang membuatku refleks ikut tersenyum. Dasar tukang tebar pesona.


“gue Gilang.” Aku kaget mendengar dia memperkenalkan diri dan dengan ragu aku membalas jabatan tangannya.


“gue adri.” Jawabku masih dengan beberapa pertanyaan yang muncul di otakku.


“iya gue tau kok. Nama lengkap lo siapa? Lo staf publikasi kan, temennya Lola?” Aku hanya menganggukan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya yang justru menimbulkan pertanyaan baru dalam otakku.


“hey kok malah diem. Pertama, gue tau kalo lo pasti ga tau nama gue karena gue liat selama perkenalan tadi lo sibuk sama pikiran lo sendiri.” Nah. Kena banget ke pertanyaan yang ngga terucap di otakku. Tapi apa? jadi dia merhatiin gue selama sesi perkenalan tadi? 


“kedua, gue tau lo adri dan lo staf publikasi karena lo sendiri yang tadi ngenalin diri, dan ketiga gue tau lo temennya Lola karena Lola bilang ke gue kalo sahabatnya juga ikut dikepanitiaan ini.” nah kena lagi, ini orang bisa baca pikiranku atau memang aku yang terlalu mudah dibaca? Sekali ucap pertanyaan-pertanyaan di otakku terjawab tanpa harus aku tanyakan.


“dan yang terakhir, gue sekarang tau kalo sahabatnya Lola ternyata selucu ini.” Belum sempat mencerna kalimat terakhir cowo ini, aku merasakan dia mengelus puncak kepalaku. Kemudian aku mendangar tawa kecilnya yang aku balas dengan tatapan tidak sukaku, karna demi apapun ya cowo disampingku ini super sok kenal.


Lola ngasih tau dia kalo gue sahabatnya dia? Emang ada hubungan apa diantara mereka berdua? Kok bisa-bisanya dia kenal sama orang antik begini. Yang jadi pertanyaan disini sebenarnya dia satu angkatanku atau bukan ya? Karena yakin seyakin yakinnya, meskipun aku tidak terlalu peduli dan jarang mengikuti kegiatan sekolah ataupun ekstrakulikuler, tapi aku paham tidak ada cowo dengan muka seperti ini di angkatanku. Jadi kesimpulannya dia adik atau kakak kelas, karena kelas sepuluh kan di ujung kanan sekolah dan kelas duabelas di ujung kiri jadi wajar kalau aku asing dengan wajahnya. Secara aku di sekolah hanya di kelas ke kantin ke kelas lagi dan jarang ngecengin kaka atau adik kelas dengan jalan-jalan di area mereka. Itu bukan aku banget.


Dan tunggu, tadi dia bilang gue lucu? Ya tuhan tukang gombal di kehidupan gue makin bertambah. Apa tidak cukup teman-teman kelasku saja yang jadi tukang gombal? Kenapa cowo semanis dia harus menjadi bagian dari mereka? 



Tadi gue bilang dia manis? Ya Tuhan.
















Saturday, November 01, 2014

NOVEMBER ?

Aku sudah memiliki kehidupanku yang baru dan aku yakin begitupun dengan dia. Saat kita memang harus bersama akan ada waktu untuk kita, jadi saat ternyata aku tidak bisa bersama dia itu berarti Tuhan memberi jalan yang berbeda untuk kita berdua.  


Hari ini 1 November 2014, yap hari ulang tahun sahabat tercintaku. Aku ingat betul sekarang sudah masuk di bulan November, karena pagi-pagi sekali aku sudah memasang foto di BBM dengan fotoku bersama dia sekaligus mengganti Personal Massageku dengan ucapan ulangtahun untuknya. Hanya saja aku baru ingat sesuatu saat aku memantau timeline twitter. Aku melihat bahwa timeline masih seperti setahun yang lalu yaitu awal bulan selalu menjadi TTWW mengalahkan segalanya dan itu membuatku ingat bahwa aku belum 'say hay' pada November kali ini. Bulan yang sempat menjadi bulan paling menyenangkan sekaligus bulan paling menyakitkan di selang waktu yang berbeda. Tapi sekarang, bagiku November sudah seperti bulan-bulan lainnya, biasa saja. November sudah tidak membawaku kembali merasakan sakit yang dulu pernah aku rasakan.

Setelah memantau timeline sampai ke beberapa jam yang lalu dengan isinya yang tidak jauh berbeda antar tweet satu dengan lainnya yaitu #novemberwish, akupun menyerah dan latah mengikuti mereka. "hallo November, udah ngga kebayang-bayang kamu lagi loh" aku tap tulisan tweet dan jadilah aku salah satu dari para pecinta tanggal satu. 

Aku menerawang ke satu tahun yang lalu. aku ingat bahwa setahun yang lalu aku pun memposting di awal bulan yaitu "hallo november, apakabar november tahun lalu?" dan yap saat itu aku masih dibayang-bayangi seseorang yang yah sangat sukses membuatku sakit saat itu. November 2013 masih menjadi bulan yang bisa dibilang sangat aku benci karena di bulan itu aku masih belum bisa melupakan apa yang terjadi di November sebelumnya dan masih selalu terbayang-bayang kehidupanku bersama orang itu. Tapi tidak untuk November tahun ini ! Aku sudah tidak merasakan sakit itu lagi. Jelas aku masih mengingat semuanya tentang kesenangan dan kesakitan bersama orang itu, tapi hanya sekedar ingat saja karena semua sudah tidak berpengaruh pada kehidupanku. 

dan terbukti Tuhan mengabulkan doaku pada November tahun lalu yaitu tidak ada bulan-bulan menyakitkan lagi setelah November tahun lalu. 






Sunday, October 05, 2014

suka?

"apakah sesimple ini arti dari kata 'suka'? hanya dek-dekan saat kamu bersamanya, salah tingkah saat dengan tidak sengaja kamu bertemu dengannya dijalan? "

"sekian dulu kuliah kita hari ini. selamat siang."
Samar-samar aku mendengar kalimat terakhir yang diucapkan dosen mata kuliah Metode Penelitian sebelum akhirnya aku melihat beliau pergi meninggalkan ruang kelas. Sejak masuk kelas 2 jam yang lalu aku sibuk menahan ngantuk, sampai aku benar-benar tidak menangkap sedikitpun apa yang dosen jelaskan di depan kelas. Entahlah hari ini aku sangat lelah, padahal hari ini aku hanya ada dua jadwal mata kuliah yaitu Akuntansi Sektor Publik jam 7.30 samapai jam 10 dilanjut mata kuliah Metode penelitian yang dimulai jam 10.15 sampai jam 12.30.

Setelah kelas agak sepi aku beranjak dari tempat duduk, berjalan keluar kelas dan akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat duduk sepanjang lorong berniat mengistirahatkan kepala dan fikiranku. Aku mengambil posisi senyaman mungkin, bersandar ke tembok dengan kaki selonjoran di sepanjang tempat duduk dan mulai memejamkan mataku. Dengan mata terpejam aku mencari-cari headset di dalam tasku kemudian memasanganya ditelinga dan memutar lagu yang ada di playlist iPodku.
"ini yang aku butuhin dari kemarin" kataku pada diriku sendiri.

Saat aku sedang menikmati alunan lagu masih dengan mata terpejam, tiba-tiba hal yang sekitar dua minggu ini sukses mengganggu pikiranku kembali terlintas dan memaksaku untuk memikirkannya lagi.
Pertanyaanpun kembali bermunculan di pikiranku, selalu seperti ini setiap aku memikirkan hal ini. apa benar aku menyukainya? Aku kenal dia sejak lama dan sepertinya selama ini aku biasa saja kalau bertemu dengannya, bahkan dekat dengan diapun aku merasa biasa saja. Tidak ada rasa seperti ini. Entah sejak kapan aku mulai memiliki perasaan seperti ini, yang jelas aku mulai sadar sekitar dua minggu yang lalu saat secara tidak sengaja aku bertemu dia di jalan. Saat dia menyapaku dan tersenyum dengan senyumnya yang seperti biasa tapi tiba-tiba aku merasakan hal yang tidak biasa. Aku dek-dekan, aku kaget dan bingung sampai aku tidak sempat membalas sapaannya karena dia sudah terlanjur berjalan jauh. Dan setelah hari itu setiap bretemu dia aku selalu merasakan dek-dekan bahkan saat aku duduk atau ngobrol dengannya aku akan salah tingkah kalau sampai tatapanku tidak sengaja bertemu dengan tatapannya. ya Tuhan, ada apa dengan aku?

Tapi beruntunglah karena beberapa hari ini aku tidak bertemu dia dikampus atau dimanapun, sehingga aku tidak perlu khawatir akan kesehatan jantungku. Entahlah sampai saat ini aku masih bingung dengan perasaanku, dia selalu tiba-tiba datang dan mengganggu pikiranku. Ya dia memang lucu tapi bahkan terkadang aku merasa benci padanya karena dia terlalu manja kepada siapa saja, padahal umurnya pasti tidak jauh denganku. Kepala dua tapi tingkahnya masih seperti anak SD. Lalu apa yang membuatku tertarik padanya ya Tuhan?

Aku mengacak-acak rambutku, melepas headset dari telingaku. tiba-tiba aku membuka mataku saat merasakan sebuah tangan menepuk pundakku.
"heh bro, ngapain lo disini kaya orang depresi gitu. tidur dikosan sana." dia mengambil tempat duduk di sebelahku.
"ah, udah ngga sanggup gue balik kekosan. rehat bentar deh disini." dia akbar, teman satu angkatanku di jurusan akuntansi ini.
"yaelah lebay banget si lo. udah deh jangan galau mulu, udah gue bilangin kan kalo lo dek-dekan pas sama seseorang apalagi sampe salting, itu tandanya lo suka sama tu cewe. percaya deh sama gue."

 beberapa hari yang lalu aku memang sempat cerita tentang hal ini tanpa ngasih tau siapa nama cewe itu dan kalimat tadi juga yang dia bilang saat aku selesai bercerita.

"lagian gue penasaran banget nih siapa cewe yang lo maksud. gue penasaran seorang Zaki suka sama siapa sampe kepikiran gitu hahah."
"ketawain aja terus. belum saatnya lo tau bro jadi mending sekarang lo pergi." kataku sambil mendorong tubuhnya supaya pergi dan mengembalikan ketentramanku.
"yaudah gue balik dulu deh." akbar beranjak pergi dan aku melihat ke jam tanganku yang ternyata sudah menunjukan pukul 1.20

saat aku hampir beranjak dari tempat duduk berniat pulang, tiba-tiba aku melihat sosok yang saat ini sedang mengganggu pikiranku. Dan untuk beberapa detik aku merasa senang bisa meleihat mukanya setelah beberapa hari aku tidak melihatnya. sampai saat aku sadar dia sedang berjalan ke arahku membuat aku tiba tiba dek-dekan sekaligus bingung harus bersikap seperti apa di depannya. Dia sedang berjalan bersama satu temannya yang kalau aku tebak itu teman dekatnya karena aku selalu melihat mereka berjalan bersama. ya aku tidak begitu tau tentang dia karena aku hanya sebatas pernah bersama dalam satu kepanitiaan di universitas ini dan diapun berada di jurusan yang berbeda denganku yaitu jurusan manajemen.

Sepertinya dia juga menyadari keberadaanku karena sekaraang dia terlihat sedang tersenyum ke arahku dengan senyumnya yang seperti biasa. dan ini juga yang aku benci, dengan senyumnya yang seperti biasanya, jantungku memberi respon yang tidak biasa. Sampai akhirnya dia memanggil namaku sambil menepuk lenganku saat dia sudah berdiri di hadapanku.
"heh Zaki. lama ga ketemu nih." dia mengambil tempat duduk di sebelahku. dan suer semoga aku ngga kelihatan salah tingkah ya Tuhan.
"ya elonya kemana aja Uni." jawabku cuek.
"elo yang kemana aja, yaudah deh gue pergi dulu. yuk Ci." dia beranjak dan menarik tangan temannya.
"duluan ya." katanya sambil melambaikan tangan ke arahku dan itu sukses membuatku tiba-tiba dek-dekan lagi setelah tadi lumayan rileks saat dia beranjak pergi.
"eh iya." balasku melambaikan tangan.

"apa benar kata-kata akbar? kalo gue suma sama Uni? buktinya cuma ketemu kaya tadi aja sukses bikin gue dek-dekan dan salah tingkah." gerutuku sambl berjalan menuju parkiran kampus.

jadi apakah begini rasanya suka pada seseorang? cuma dek-dekan pas ketemu dan salah tingkah pas ngobrol deket-deketan seperti yang akbar katakan? ya Tuhan ini tidak simple sama sekali? kalau satu hari aku bertemu denganya berkali-kali maka aku akan merasakan dek-dekan berkali-kali dan aku yakin itu mengancam kesehatan jantungku. dan bagaimana bisa dibilang simple kalau saat aku duduk atau ngobrol dengannya membuat aku salah tingkah, itu memalukan.




Wednesday, September 24, 2014

AKU

aku akan tertawa saat aku ingin tertawa
akupun akan tertawa saat aku sadar aku harus tertawa
dan aku akan tetap tertawa meskipun aku merasakan rasa sakit

saat aku memilih tertawa,
aku munafik?
aku pura-pura tegar?

aku hanya berfikir,
bahwa disinilah aku mencoba mengindahkan rasa sakitku dengan tawa
karena yang aku tahu, cara berfikir tiap orang itu berbeda-beda
dan aku memiliki hak berekspresi atas perasaanku
jadi inilah caraku mengungkapkan perasaanku
'tertawa'

aku tetap membutuhkan tempat bercerita
seperti kebanyakan dari kalian semua
dan hanya Dia yang tahu segalanya tentangku,
selebihnya cukup tawaku yang kalian tahu :)

Friday, August 08, 2014

cinta monyet ?

"salah satu bentuk cinta yang pernah aku rasakan"

Aku pernah merasakan cinta. Merasakan cinta yang sering orang-orang sebut sebagai cinta monyet. Cinta anak kecil yang membuat kebanyakan orang menganggapnya cinta main-main. Tapi bagiku, cinta monyet bukan hanya sebuah cinta anak kecil. Cinta monyet sama seperti cinta orang dewasa. Sama sekali bukan cinta main-main.

Cinta monyetku sekaligus cinta pertamaku yaitu saat aku duduk di kelas VII SMP. Dia anak biasa, aku menyukai dia dan dia menyukai aku. Aku deg-degan saat bersama dia dan setahu aku dia merasakan hal yang sama denganku. Aku marah saat dia bersama perempuan lain dan begitupun dia, marah saat aku bersama laki-laki lain. Kesimpulanku saat itu, itulah yang namanya cemburu. Sesimple itulah perasaanku dan perasaanya hingga aku menyimpulkan bahwa aku mencintainya saat itu. 

Tapi cinta monyetku bukan cinta main-main. Meski rasa sukaku diawali karena aku suka melihat dan mendengarkannya memainkan gitar, tapi kemudian aku begitu mengagumi dia saat itu. Dia sama-sama duduk di kelas satu SMP tapi dia begitu dewasa bagiku. Dia selalu membuatku tersenyum, membuatku tertawa, memarahiku saat aku melakukan kesalahan dan kemudian memaafkan segala kesalahanku. Selalu memaafkan dan sabar denganku! Inilah yang pada akhirnya membuatku sadar bahwa di antara hubungan kami berdua tidak ada kata main-main. 

Cinta monyetku berjalan sangat menyenangkan saat itu. Cinta pertamaku, cinta yang sangat aku harapkan akan benar-benar berjalan seperti impian kami berdua. Tapi ketika tuhan memang tidak menciptakan hal-hal yang abadi, maka cinta kepada sesamapun tidak akan abadi. Ketika diyakini bahwa ada berbagai jenis cinta, maka aku dan dia diberikan kesempatan untuk merasakan cinta yang lain selain cinta monyet kami. Waktu dua tahun kami bersama sepertinya sudah cukup untuk membuat kami berdua merasakan apa yang disebut cinta monyet, hingga selanjutnya tidak ada cinta-cinta monyet lainnya lagi. 


Aku kemudian menjalankan kehidupanku sendiri sampai hari ini, begitu juga dia. Tapi jika tuhan mengijinkaku bertemu kembali dengannya, aku ingin ada cinta lagi di antara kami. Cinta orang dewasa, cinta yang akan berlanjut sampai tidak ada cinta lainnya lagi. Aku ingin menebus kesalahanku yang pernah menyerah pada akhir cinta monyet kita berdua.

Saturday, May 31, 2014

thanks rain ....



(prolog)

“Saya Adriana dari kelas XI IPA 3 di staf publikasi. Terimakasih.” Setelah memperkenalkan diri dengan sangat singkat, aku kembali duduk dan kembali fokus pada HP di tanganku.

“Didengerin dong dri, biar lo tau anak-anaknya.” Bisik cowo disebelahku.
“Tau ah, ngantuk gue ki.” Aku langsung menyandarkan diri ke cowo di sebelahku dan mengistirahatkan kepalaku di pundaknya, kembali mendengarkan perkenalan diri satu persatu panitia dengan malas.

Setelah dipaksa teman semejaku dan sahabatku akhirnya siang hari ini aku duduk disini. Di pendopo sekolah bersama seluruh panitia bakti sosial SMA harapan 2013 yang jumlahnya sekitar empatpuluhan. Di jam yang seharusnya aku gunakan untuk makan siang yang sudah terlambat dua jam dari waktu yang semestinya.

Saat ini disebelahku ada Zaki yaitu sahabatku sejak aku pindah rumah dari Surabaya ke Jakarta. Saat itu aku duduk di kelas 2 SMP dan Zaki berada satu tingkat di atasku yaitu kelas 3 SMP. Rumahnya berseberangan dengan rumah baruku, jadi Zakilah teman pertamaku saat aku menjadi penduduk di Ibukota. Karena title ‘sahabat’ inilah dia menjadi salah satu orang yang membuatku berada disini hari ini. Dia yang menjabat sebagai koordinator publikasi memaksaku menjadi stafnya karena dia bilang membutuhkan bantuanku. Ya meskipun sampai sekarang aku masih bingung bantuan seperti apa yang dia maksudkan karena aku sama sekali tidak jago dalam pembuatan desain grafis, tapi aku merasa tidak enak jika harus menolak permintaannya.

Sedangakan satu orang lagi yang menjadi penyebab aku duduk disini sekarang ini adalah teman semejaku yang saat ini duduk jauh dari tempatku karena dia berada di divisi yang berbeda denganku yaitu di divisi acara. Aku masih ingat bagaimana Sofi mengancamku untuk ikut kepanitiaan ini satu minggu yang lalu.

“Dri, kalo lo sampe ngga ikut kepanitiaan ini jangan harap lo dapet contekan tugas Fisika dari gue ya.”

Benar-benar diluar dugaan, kalau teman semejaku yang terkenal baik hati ini bisa mengeluarkan kata-kata yang berdampak sangat besar untuk pendengarnya. Entah darimana dia belajar mengancam orang seperti itu, tapi yang jelas itu bukan keahliannya sama sekali. Dan pada akhirnya memang tidak ada pilihan lain selain aku mengikuti kepanitiaan ini sesuai keinginan dua orang terdekatku itu. Dan disinilah sekarang aku, menahan ngantuk menunggu berpuluh-puluh anak mengenalkan diri sampai selesai.

“gue ngobrol sebentar sama ketuanya dri, lo tunggu disini ya.” Belum aku memberi respon, Zaki suda berjalan dengan langkah lebarnya membuatku hanya mengangguk berkali-kali pada diriku sendiri.

“hay, adri.” Aku merasakan tepukan di pundakku. Belum sempat aku menoleh tiba-tiba seseorang duduk di sebelahku dan tersenyum ke arahku.

Saturday, May 17, 2014

Thursday, April 17, 2014

catatan#9

"mulai hari ini bukuku akan semakin penuh dengan cerita-cerita baru bersama keluarga baru."

aku datang kesini atas keinginanku sendiri, datang kesini dengan rasa keingintahuanku tentang bagaimana model kepengurusan Himpunan Mahasiswa ini.

sederhana saja tujuan awalku datang kesini, ingin memberikan apa yang pernah aku inginkan dari peran seorang pengurus Himpunan Mahasiswa. karena bisa dikatakan untuk tahun pertamaku di universitas ini adalah sedikit terabaikan alias tanpa rangkulan dari mereka yang seharusnya merangkul kita semua.

terlalu banyak kritik yang keluar dari orang-orang disekitarku dan dikepengurusan tahun ini aku mencoba untuk ikut masuk didalamnya. mencoba memberikan peran yang dulu aku inginkan dari seorang pengurus himpunan mahasiswa. mencoba memberikan sedikit kontribusi untuk Himpunan mahasiswa ini dan berharap berkesempatan berbagi cerita bersama-sama di Rumah Kita. berharap mendapatkan pelajaran-pelajaran yang akan memenuhi cerita sepanjang tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya.

Himpunan mahasiswa ini membawaku ke sebuah  keluarga baru yang berjalan bersama-sama dengan tujuan yang sama. keluarga baru yang dalam satu tahun ke depan atau bahkan mungkin tahun-tahun selanjutnya akan memenuhi ceritaku dengan cerita-cerita baru.

#HMJA FEB UNSOED


Tuesday, March 11, 2014

catatan#8

"saat aku punya rasa yang berbeda, apakah itu salah?"

Hak Asasi Manusia ! di zaman ini adakah yang belum paham dan mengerti apa itu HAM ? Undang undang aja ngasih kebebasan untuk kita semua dalam berekspresi dan berpendapat. kenapa aku dipojokkan ?

satu tahun lebih aku mengenal cowo itu, satu tahun lebih aku menganggap dia sebagai temanku bahkan sampai sekarang masih tetap seperti itu. masih seperti saat pertama kali aku mengenalnya, dia anak dari luar kota, dia pendiam dan dia berada satu kelas denganku di jurusan Manajemen B universitas di kaki gunung slamet ini. 

hampir tiga semester aku mengenalnya, dan aku sangat paham dengan perasaanku sendiri bahwa aku hanya menganggapnya teman bahkan sampai detik ini. 

mungkin aku pernah salah di awal semester dua lalu, aku pernah salah mengartikan kedekatanmu. ada sebuah kesalahpahaman yang terjadi di antara hubungan kita berdua. aku belum begitu paham apa yang kamu inginkan dari kedekatan kita. kedekatan yang menurutku sama sekali tidak ada bedanya dengan kedekatanku dengan teman-teman lainnya. mungkin disinilah kesalahanku, karena aku tidak mencoba menegaskan tentang kedekatan kita berdua. tapi apa sepenuhnya salahku?

******

Wednesday, February 12, 2014

PERTEMUAN SEDERHANA

Aku memandang ke luar jendela bus, mencari tanda-tanda yang bisa menunjukan nama daerah yang saat ini sedang aku lewati. Ingin tahu sejauh mana perjalananku dari  Jogjakarta ke tegal. Saat aku mengalihkan pandangan ke kursi-kursi sebelahku, ada cowo yang mungkin tidak sengaja sedang memandang ke arahku. Dia terlihat kaget dan aku hanya tersenyum singkat kemudian kembali memandang ke luar jendela.
Ini bukan perjalanan pertamaku menuju tegal, tapi ini pertama kalinya aku pergi naik bus sendirian dari rumah ke tegal. Yap meski untuk berada disini aku harus melewati perdebatan yang panjang, terutama dengan ibuku. Tapi pada akhirnya toh aku sekarang ada di bus menuju tegal, aku menang dalam perdebatan sengit semalam !
SMA N Jatilawang. Aku baru sampai di jatilawang banyumas. Sudah hampir 4 jam perjalanan dan sepertinya masih lumayan jauh dari tempat tujuanku. Mungkin 3 jam lagi aku baru akan sampai di rumah kakak perempuanku. Aku melirik jam di layar handphoneku, 10:34 am. Mungkin aku akan sampai sekitar setengah 2 dan semoga tidak ada halangan apapun di jalan.
Aku kembali pada handphone ditanganku, fokus pada e-book dari novel terjemahan “Midnight Sun” karya Stephenie Meyer. Yap pengarang novel seri Twilight Saga, dan novel yang aku baca saat ini juga masih serangkaian dari ke 4 novel sebelumnya. Novel tentang twilight dari sudut pandang Edward yang ngga pernah bosen meski sudah aku baca berkali-kali.
            Aku celingukan ke kursi-kursi lain sebelum akhirnya aku fokus pada e-book ditanganku lagi. Bus ini sudah agak penuh dibanding tadi pertama kali aku naik dari terminal Gamping dan Bapak yang tidur tidak lama setelah dia duduk dan berbincang pendek denganku masih tertidur sampai detik ini.
            Aku sampai di halaman 172 dan berhenti di kalimat terahir halaman ini. Melihat ke luar jendela dan merasakan leherku sedikit perlu digerakan. Aku memergoki laki-laki itu sedang melihat ke arahku lagi, apa kali ini ketidaksengajaan juga? Rasanya jadi agak canggung dan kali ini aku langsung kembali pada handphone di tanganku.
            Setelah perjalanan agak lama mataku rasanya udah menolak untuk melanjutkan membaca di halaman 210. Urat leherku sepertinya juga butuh di lemaskan tapi sepertinya laki-laki itu dari tadi celingukan ke arahku terus. Jadi aku berusaha untuk tidak melihat ke arahnya dan memutuskan melihat pemandangan ke luar bus. Jalanan begitu ramai, banyak bus yang berhenti di pinggir jalan. Keadaan di dalam bus juga mulai berisik membahas keadaan di luar. Jalanan macet ! bisa-bisanya di jalan seperti ini macet padahal ini bukan musim lebaran atau tahun baru.
            Aku lihat kondektur bis yang tadi memutuskan keluar untuk bertanya akhirnya kembali masuk ke dalam bus. Sekarang aku tau penyebab jalanan macet seperti ini karena sekitar 1 kilometer dari tempat kami berhenti jalanya ambles dan yang paling menyebalkan kami semua diminta turun karena bus ini tidak bisa melanjutkan perjalanan mengantarku sampai tujuan. Gila !
            Mood udah berantakan dan aku antri berjalan keluar dari bus. Saat aku fokus untuk keluar di pintu bus aku lihat laki-laki itu tidak jauh di depanku dan tersenyum ke arahku. Sehingga mau tidak mau saat aku turun dan tepat didepanya aku memulai pembicaraan.
“terus ini gimana ya mas?” aduh dengan soktau aku panggil dia mas. Tapi dari penglihatanku kayaknya dia memang sedikit lebih tua dibanding aku.
“ ngga tau nih. Coba tunggu aja dulu, kayanya pak supirnya lagi berembug tuh.”
            Kami berdua masih berdiri di pinggir jalan diantara penumpang-penumpang lainnya.
“aku rian.” Cowo itu mengulurkan tangannya dengan senyum malu-malu.
“aku lia.” Aku balas senyum dan saat berjabat tangan dia menyebutkan namaku berulang-ulang. Meskipun dengan suara pelan aku tetep bisa mendengarnya dan cowo ini lucu.
“lia mau kemana?”
“aku ke tegal masih lumayan jauh kayanya.”
“mending lah, aku masih jauh banget ke cirebon.”
“kuliah di jogja ya?”
“iya aku di UAD. Kamu kuliah di jogja juga tapi asalnya dari tegal?”
“oh. Aku kuliah di jogja dan asli jogja. Aku ke tegal mau ke tempat kaka”
            Ditengah obrolan singkat ini, supir bus yang tadi kami tumpangi tiba-tiba menyuruh kami naik ke bus ukuran kecil dan dia bilang kita akan lewat jalur alternatif. aku buru-buru berjalan ke arah bus yang ditunjuk sopir itu karena kemungkinan tidak mendapat tempat duduk sangat besar. Aku bahkan sesaat lupa bahwa sebelum ini aku sedang melakukan obrolan singkat dengan orang yang baru aku kenal. Akhirnya usahaku ngga sia-sia, aku masih mendapat tempat duduk di bagian tengah bus. Aku duduk dan mencari keberadaan laki-laki bernama rian. dia terlihat dengan santai berjalan masuk ke dalam bus dan sudah pasti dia tidak mendapat tempat duduk.

            Dia berjalan ke sebelahku dan berdiri di sebelah tempat dudukku. Tiba-tiba aku berharap ibu-ibu yang duduk disebelahku akan turun sebelum aku sampai di tempat kakakku supaya dia bisa duduk di bangku sebelahku melanjutkan obrolan singkat sebelum ini. Aku melihat ke arahnya dan dia tersenyum ke arahku.