Thursday, June 27, 2013

senja terakhir sebelum lebaran


Senja mulai datang, matahari mulai tertutup bukit  didekat rumahku. Kini langit mulai terlihat gelap. Aku duduk di teras rumah, memandang betapa singkatnya hidup ini, betapa singkatnya hari ini, betapa singkatnya bulan Ramadhan tahun ini. Aku berharap saat matahari muncul kembali esok hari, aku masih berada di bulan Ramadhan. Tapi takbir sudah berkumandang di sekitarku. Saat  yang paling kutunggu selama bulan Ramadhan adalah hari ini, senja sebelum berakhirnya bulan Ramadhan. Senja dimana mulai terdengar seruan takbir, saat menanti diri kita untuk kembali ke fitrah, hari dimana aku bisa melihat anak kecil bermain kembang api seperti saat ini. Membuatku kembali mengingat masa kecilku, mengingat saat aku masih bisa berkumpul bersama di teras ini. Memandang mereka, pikiranku menerawang ke masa satu tahun yang lalu. Masa senja terakhir sebelum lebaran tahun lalu.

            1 TAHUN YANG LALU.
           Senja sebelum lebaran seperti ini adalah hari yang sangat kutunggu setelah satu bulan berpuasa. Senja saat aku bisa berkumpul bersama keluargaku, setelah satu tahun lamanya aku berpisah dengan ayahku.  Senja saat aku mulai bisa mendengar seruan nama Alloh yang bersahut dengan suara kembang api dan saat aku bisa memandang langit yang mulai berganti warna. Senja itu aku bisa duduk dan ngobrol di teras bersama Ayah dan Ibuku. Kami keluarga yang sangat sederhana, ayahku hanya seorang buruh tani di tempat yang jauh dariku, Kalimantan. Sedangkan Ibuku hanya seorang Ibu rumah tangga. Dan aku anak semata wayang yang sangat mereka sayangi, aku tahu persis itu.

            Saat berkumpul seperti ini pasti ayah akan menceritakan apa yang ia kerjakan satu tahun ini. Saling berbagi cerita selama kita jauh satu sama lain karena suatu tuntutan hidup. Aku bahagia bisa terlahir dan berada ditengah-tengah keluarga ini, sangat bersyukur karena Alloh memberiku orang tua penuh tanggung jawab seperti mereka. Saat Ayahku sedang bercerita, aku bertanya pada Ayahku. “Yah, menurut ayah apa si arti terbit dan terbenamnya matahari ?” dengan gaya bicara Ayah yang khas dia menjawab , “Bagi Ayah, matahari itu ibarat diri kita sendiri. Ada saatnya kita bermanfaat untuk orang lain, ada kalanya  orang benci dengan adanya kita. Dan ada waktunya matahari terbenam, ada kalanya hidup kita berakhir. Dan saat matahari kembali terbit artinya kita tetap bisa memberi manfaat pada orang lain meski kita sudah tidak ada. Karena sebenarnya kita selalu ada untuk orang-orang yang menyayangi kita. Karena matahari sebenarnya selalu bersinar, entah itu terlihat oleh kita ataupun tidak.” Ayahku berhenti dan tersenyum ke arahku.


0 komentar:

Post a Comment