Saturday, January 04, 2014

takdir indahMu

"jalan ini saya pilih tidak tanpa pertimbangan."

     pagi ini aku memulai kembali kegiatan yang sudah aku lakukan sejak dua hari yang lalu. packing ! yap aku sudah mulai mengemasi barang-barang yang sekiranya akan aku bawa ke tempat baruku nanti, dan sekaligus aku merapikan kamar yang sudah melindungi setiap malamku selama 17 tahun lebih ini. tinggal menghitung hari untuk keberadaanku di kamar ini, di rumah ini bersama keluarga tercinta dan saudara-saudaraku. 9 hari lagi aku harus pergi ke suatu tempat yang baru, tempat dimana aku akan memulai kembali studyku setelah aku berhasil menyelesaikan masa SMAku dengan cukup baik. tempat dimana aku benar-benar dituntut untuk mandiri dan bersikap lebih dewasa dalam segala hal. karena aku membawa mimpi, membawa cita-cita dan membawa harapan kedua orangtua tercintaku yang selama ini selalu berada dibelakangku untuk mendukungku di segala hal. 

   9 hari lagi (27 Agustus - 5 September) aku akan pergi berpisah dengan ayah, ibu, kak hilmi, dan adik perempuanku niki. aku harus berangkat ke London School of Economics and Political Science, University of London, Inggris. aku berhasil masuk ke universitas ini di Jurusan Accounting and finance dengan beasiswa penuh selama tiga tahun pendidikan. ini benar-benar keajaiban dari Alloh untukku, setelah Dia memberiku kesempatan masuk di MAN Insan Cendekiawan dari begitu banyak peminat dan sekarang setelah aku lulus, Dia kembali memberiku kesempatan yang begitu menakjubkan ini. terimakasih ya Alloh, terimakasih untuk doa Ibu, ayah dan keluargaku semuanya. setelah 9 hari ini mungkin aku baru akan kembali lagi ke rumah ini setelah satu tahun bahkan mungkin baru akan kembali setelah waktu tiga tahun. dan di 9 hari ini aku akan memanfaatkan waktu ini dengan sebaik mungkin. 

******

     " laras" aku mendengar suara dari luar kamarku, itu suara ibuku. "makan yuk".
     " iya bentar bu." aku melihat jam ditanganku. 09.00. aku yakin dia pasti sudah menungguku sarapan sejak tadi. aku langsung beranjak dari koper dan peti barang-barangku. 
  
     aku berjalan menuju ruang makan, mengambil sarapan pagi ini yang sudah disiapkan ibuku dan berjalan ke ruang tengah yang sepertinya sedang ramai. aku mengambil posisi duduk disebelah adikku. dan ternyata ada satu orang asing. 

     "cie yang mau ke Inggris." cowo disebelah kakaku mulai meledekku seperti biasanya. ka Faqih ! teman kuliah ka hilmi di jurusan Desain Komunikasi Visual di universitas negri di daerahku UNS. 

     "apaan si ka. jangan ganggu makanku." aku langsung melahap makanan di piringku. dan aku lihat dia sedang tertawa melihat kearahku setelah sepertinya mendapat bisikan dari kakaku. 

*****
    
      tiba-tiba aku teringat 19 Agustus kemarin. tanggal dimana aku pada akhirnya menetapkan pilihan untuk masa depanku setelah sekitar satu minggu sebelumnya aku mendiskusikannya dengan ibu, ayah dan juga kakakku. dan sejak tanggal itu aku sudah memantapkan tekatku setelah memikirkan berbagai pertimbangan dan pada akhirnya mendapat dukungan dari semua keluargaku. aku bertekad untuk menjaga perasaan ini untuk tiga tahun kedepan dan percaya pada laki-laki yang saat ini sepertinya sedang asik mendiskusikan sesuatu yang lucu dengan kakakku. yap sejak tanggal itu aku telah membuat komitmen dengan ka Faqih.

       aku percaya bahwa lakilaki yang sudah menjadi sahabat kakaku sejak masuk universitas itu akan bisa menjalani dan menjaga komitmen yang dia buat karena sepenuhnya dia yang meminta sejak awal. bahkan sejak sebelum aku lulus SMA dia pernah mencoba mengungkapkan perasaannya. aku mengenal dia saat aku duduk di kelas 11, dia teman baru kakaku saat masuk di semester 1 di jurusan Desan Komunikasi Visual di UNS. dia dan kakaku adalah para pria kesepian, jomblo dan kak hilmi si korban LDR. dia anak rantau yang masih satu tanah denganku di pulau Jawa ini, hanya saja dia berasal dari kota batik Pekalongan. ibu dan ayah sudah menganggap dia seperti keluarga baru sampai niki menganggap dia seperti kakanya sendiri dan itu salahsatu sebabnya ibu dan ayahku menyetujui dan mendukung keputusanku. 

     aku tidak bisa bilang bahwa aku mengenal dia melebihi siapapun karena keseharian aku tidak bersamanya meskipun aku sudah mengenalnya 2 tahun terakhir ini. karena selama SMA aku tinggal di asrama MIC dan hanya bisa pulang saat libur semester yang hanya 2 minggu, dan hanya saat itulah aku bisa bertemu ka Faqih. aku tidak pernah membayangkan sama sekali bahwa hubungan kita akan seperti ini. memang setiap kali aku pulang liburan dia selalu mengajakku jalanjalan keluar meskipun hanya sekali selama liburan semesteku. dia mulai menjadi salah satu pengisi liburanku di liburan semester 1 dan 2 kelas 11ku, semuanya sepertinya biasa saja. dia tidak jelek bahkan aku menyukainya, aku suka jalanjalan dengan ka Faqih saat itu, dia rapi dan cara ngomongnya selalu enak didengar. aku merasa punya 1 kakak lagi yang jelas lebih baik dari ka hilmi. dia memang tidak jarang menghubungiku entah itu lewat sms, bbm ataupun sosial media yang lainnya, bahkan sesekali dia akan telfon dengan alasan yang hampir sama setiap kali telfon.
     "lagi inget kamu nih garagara tante tadi bahas-bahas kamu sama kakakmu"
     "tante katanya pengin jenguk kamu kesana, liat keadaan kamu. jadi aku juga pengin tau keadaanmu tapi ngga mungkin aku kesana."
     "bt nih ngga ada temen jalanjalan, cewenya hilmi lagi balik. aku ngga ada temen jalan."

     selalu ada nama ibu dan kakaku di awal percakapan singkat kami di telfon. aku masih belum punya pemikiran jauh sampai aku menyukainya atau dia menyukaiku. aku hanya masih menganggap dia seperti kaka baru yang perhatian seperti ka hilmi. dan di liburan semester 1 dikelas 12 seperti biasnya dia mengajaku pergi makan ke Jagung Naga di Jl Widuran yang tidak jauh dari rumahku. dia tau aku begitu suka dengan jagung bakar di tempat itu. aku ingat saat menunggu pesanan datang, dia memeberiku sebuah kotak kecil transparan. 


     "sory ya telat banget kadonya." dia ngasih kado untuk ulangtaunku bulan maret lalu. dan isinya wow banget. aku memang sedang menginginkan kerajinan seperti ini, dari mana dia tau.

     " ngga usah penasaran, kamu pernah ngtwit pengin kayagitu kan." dia tersenyum menang karena berhasil memberiku hadiah yang memang aku inginkan.
     "thanks ya kak. aturan ini cewenya sendirian lah ka."
     "ya kan aku yg pesen suka-suka dong, itu kan cowonya aku." 
     "oh." aku jawab dengan begitu singkat karena aku sedang mengamati benda baru ditanganku saat itu. 
     "ngga suka kalo yg cowo aku ? ehm yang udah 17 tahun pasti udah punya cowo nih anak kota pasti." 
     "aku?" kataku sambil menoleh ke arahnya. "ngga lah ka, belum mikir kesitu samasekali nih, kenapa ya? kayanya yang lain pada pengin punya cowo gitu." kataku sambil melahap jagung pesenanku yang sudah menunggu dimakan dari beberapa menit yang lalu.
     "haha bagus, gausah mikirin cowo ya kalo disana, mikirin nanti aja kalo udah balik kesini lagi sama aku terus."

     sejak malam itu aku terganggu dengan kata-kata ka Faqih, apa mungkin dia menyukaiku? apa dia menungguku? aku mulai memikirkan perasaan sukaku terhadapnya, dan aku memang selalu nyaman ketika bersama laki-laki itu. dan semenjak itu dia semakin sering menghubungiku bahkan melebihi kakakku. dia selalu memberiku semangat untuk ujianku dan selalu mendukungku. bahkan untuk ujian masuk perguruan tinggiku. dan pada ahirnya aku sadar aku menyukainya bukan hanya sebatas suka penampilannya yang rapi atau suaranya yang begitu enak didengar. aku menyukai sahabat kakakku itu. 

*****

     "de, lu udah selese makan daritadi piring masih dipegangin aja !" kakaku memukul kepalaku,  menyadarkanku dari pemikiran panjangku. dan aku masih dengan piring ditanganku sejak tadi ? aku menoleh sekitar, ibuku sudah tidak ada begitu juga adiku. dan aku menoeh ke lantai, sepasang mata sedang melihat ke arahku dengan cemas. 
     "ko ngliatinya begitu si?" aku beranjak hendak mengembalikan piring ke dapur.
     "kamu baikbaik kan? kamu tadi tidur melek ? atau tidur sambil makan?" dia masih menatapku dengan tatapan cemas. aku diam, hanya langsung berjalan ke arah dapur. dan aku mendengar dia menertawakanku sekarang ini. "maaf ras, aku bercanda kok."

*****

     ka Faqih membantuku menyelesaikan pengepakan barang-barangku. dan semua selesai lebih cepat hanya dengan tangan ka Faqih. malam ini aku ada janji pergi makan bersama teman-teman dekatku dan ka faqih ngotot meminta menemaniku malam ini. aku samasekali tidak bisa menolaknya dan kami pergi berdua malam ini. sejak aku lulus dan kembali ke rumah, dia tidak pernah melewatkan satu haripun tidak datang dan bertemu denganku. 

     tapi aku ingat hari dimana aku memberitahu seluruh keluargaku termasuk dia bahwa aku lolos di universitas Inggris itu.

2 Agustus

     "gimana ras ? udah ada pengumumannya belum?" ibuku entah sudah berapa kali menanyakan hal itu sejak pagi tadi. yap hari ini adalah pengumuman ujian masuk perguruan tinggi yang aku pilih. aku memasukan nomer peserta beserta sandi dan aku menklik enter.

     "buuuuuuuuuuuuuu aku lolos, yah, kak , niki aku kuliah diluar negri" suasana berubah dalam sepersekian detik kakak dan adikku yang  memelukku dan teriak-teriak ngga jelas sedangkan ibu dan ayahku diam terharu sampai menangis saat aku memeluknya. ditengah suasana menyenangkan ini aku menoleh ke seseorang yang duduk di belakangku. dia tersenyum tapi entah apa yang sedang ia pikirkan. 

     "selamat ya. akhirnya kuliah diluar negri juga." hanya itu yang dia katakan ! dia yang selama ini selalu mendukungku dan memberiku semangat selain keluargaku. aku merasa sedikit sakit saat aku mendapat kebahagiaan seperti ini orang yang aku harapkan sepertinya tidak ikut berbahagia bersamaku. 

     " nanti malam kita makan diluar, Faqih juga ikut ya" kata ayahku penuh semangat.

     tidak ada obrolan lagi diantara kami setelah itu. bahkan sampai malam ini kami sekelurga pergi makan bersama dan dia sepertinya tidak akan datang padahal jelasjelas ayah mengundangnya. 

     "kak Faqih ngga ikut ka ?" tayaku sambil melihat jam ditanganku. dia sudah telat 40 menit dari jam janjian.

     "dia agak ngga enak badan, dia titip salam buat ibu sama ayah katanya maaf ngga bisa ikut. kenapa lu nanyain dia" 

     aku tidak merespon pertanyaan kakakku, ka Faqih sepertinya memang tidak memberitahu kakaku kalau dia mungkin menyukaiku. dan sepertinya akhir-akhir ini dia curiga ada hubungan antara aku dan kak Faqih.

     dia benarbenar tidak datang malam itu dan beberapa hari berikutnya dia tidak datang ke rumah. dia tidak mengirimku sms sama sekali, sampai akhirnya aku bertanya langsung pada kakaku dan aku tahu bahwa dia sehat dan pergi kekampus tapi selalau sibuk sepulang dari kampus. hari hari berikutnya dia juga tidak main kerumah sampe ibukupun menanyakannya pada kakaku dan jawabanya masih sama, dia sehat hanya sedang sibuk. dia tidak pernah membalas smsku dan pesanpesanku di sosialmedia. dia hanya akan mengirimiku pesan selamat malam dan selamat tidur di penghujung malam.

11 Agustus

     pagi itu ibu mengajakku membuat kue, dia ingin menghabiskan waktu bersamaku. dan setelah selesai ibu menyuruhku mengantarnya ke kosan ka Faqih karena beberapa hari dia tidak datang. dia menyuruhku karena saat itu ka hilmy sedang pergi keluar kota menjenguk pacar tercintanya. aku dengan senang hati mengayuh sepedaku menju kosan ka Faqih yang hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk sampai disana. 

     toktok . si penghuni kosan langsung membukakan pintu di ketokan keduaku. 
      "laras." dia terlihat kaget, mungkin dia tidak senang aku datang? atau dia sebenarnya kenapa?
     "aku disuruh ibu nganter kue, soalnya ka Faqih kan akhir-akhir ini ngga pernah main jadi takut keburu habis kuenya." aku memberikan kotakanya.
     "makasih ya, bilangin tante maaf ngrepotin. besokbesok pasti main kok." dia tersenyum. rasanya lama sekali aku tidak melihat senyum itu. dan sepertinya dia tidak mempersilahkanku masuk . dia ingin aku cepet-cepat pergi ? ya  Alloh jangan biarkan aku merasa sakit jika memang dia tidak menyukaiku.
     "yaudah aku pergi ya ka." aku tersenyum sopan dan hampir berjalan pergi. "eh iya ka makasih ya buat supportnya selama ini, maaf kalo aku ada salah sama kaka ya. takutnya sampai tanggal 19 kaka ngga datang kerumah, aku minta maaf sekarang aja. maaf kalo selama ini ada salahsalah sama kaka ya." aku tersenyum entah terlihat pura-pura atau tidak. yang jelas aku sebenernya ingin menangis sekarang ! pandanganku kabur. dan entah apa yang aku pikirkan saat itu aku langsung memeluk laki-laki didepanku. dan aku menangis.

     aku merasakan dia terkejut dan langsung menuntunku masuk. 
     "maaf ka aku jadi cengeng gini, aku cuma ngrasa kayanya aku punya salah sampe ka Faqih ngejauh dari aku."
     
      dia menyuruhku duduk dan dia duduk didepanku, menjelaskan semuanya dari awal. bahwa dia memang sudah menyukaiku sejak awal. pikiranku tentang dia menyukaiku ternyata benar, bahkan dari sebelum itu dia sudah menyukaiku. hanya saja dia menghormati kaka dan ibuku dan juga aku yang masih berkonsentrasi dengan sekolahku. aku benar-benar merasa beruntung menyukai dia. dan aku merasa begitu berdosa sempat berfikiran negatif terhadapnya, dia bukan tidak bahagia atas keberhasilanku. dia hanya merasa bahwa dia belum sempat bisa bersamaku dalam waktu yang lama. dia ingin bersamaku dalam waktu yang lama setidaknya untuk membuatku menyukainya dan bisa melakukan hal-hal yang kami sukai bersama-sama. bukan berarti dia tidak ingin aku pergi, dia hanya menyayangkkan karena waktu yang terlalu cepat. aku semakin tidak bisa menghentikan tangisku, aku membuat dia memikirkan ini semua sendiri karena ketidakpekaanku selama ini.

     "jadi aku cuma bingung, aku saja masih belum cerita apapun tentang kedekatan kita ke hilmi. sedangkan aku hanya diberi waktu sampai tanggal 19 untuk membuat jelas semua ini. untuk sekarang setidaknya aku pengin tahu bagaimana perasaan laras ?"

     "laras juga sayang sama ka Faqih. maaf" aku menjawabnya masih dengan menangis.
     "kalau ka Faqih ajak laras buat berkomitmen, laras mau ngga ? ka Faqih bakalan nunggu laras sampai lulus. meskipun dalam tiga tahun laras ngga pulang, Laras bisa pegang omongan ka Faqih."
     "ka Faqih ngga papa harus jauh dari Laras?"
     "kaka ga papa selama laras juga bersedia dan ngga keberatan. tapi selain ketersediaan laras, kaka pengin laras diskusiin dulu ini semua sama om tante dan juga hilmi. kaka pengin biar nanti pas Laras ngga disini mereka tetep bisa percaya sama kaka."
     "iya ka, laras mau kok. laras mau dan ngga keberatan sama sekali. nanti laras langsung bicarain ini sama ayah ibu sama kak hilmi juga. 

     

     kak Faqih beranjak dan tidak lama dia kembali lagi membawa sesuatu.
     "udah jangan nangis. jadi laras mau kan kalo yang cowo itu ka Faqih?" dia memberikan kotak itu padaku.
     
     setelah hari itu aku langsung menceritakan tentang kedekatanku dengan ka Fqih, semuanya pada awalnya sangat terkejut terutama ka hilmy. tapi setelah beberapa obrolan akhirnya mereka semua memaklumi dan ibu justru sangat setuju karena dia tau siapa faqih dengan jelas. ka hilmy juga tidak melarang karena dia percaya hilmi anak baik baik dan pasti omongannya dapat dipegang. sampai akhirnya pada 19 Agustus dia akhirnya datang kemabli ke rumahku untuk menanyakan kesediaanku dan restu dari keluargaku. akhirnya aku benar-benar sudah berkomitmen dengan laki-laki yang pastinya selalu dipuji puji banyak wanita diluar sana, dan dia sekarang calon imamku. 
     
*****

      setelah perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya kita berdua sampai ditempat aku janjian dengan temantemanku. aku langsung masuk bersama si calon imamku dan berjalan ke arah temantemanku yang mungkin sudah menunggu sejak tadi.

      akhir-akhir ini aku selalu mengajak teman-teman dekatku jalanjalan bersama sebelum aku harus berpisah lama dengan mereka, tetapi aku selalu mendapat ejekan dari keputusan yang aku ambil itu. mungkin mereka menyayangiku sampai mereka begitu khawatir dengan keputusanku. seperti percakapanku beberapa hari yang lalu saat pergi makan bersama dengan mereka dan aku menceritakan tentang keputusanku utk bersama ka faqih. dan kebanyakan dri mereka memberi tanggapan negatif untukku.

     "laras, kamu serius mau pacaran sama temennya kakakmu? kamu kan ngga begitu kenal dia. nanti di luar negri ngga bisa cari cowo loh."
     "ini serius loh ras, kamu udah ngga bisa mainmain, ngga terlalu cepet apa?"

     beberapa kata-kata temanku yang tidak membuatku goyah, mereka justru membuatku kesal dan justru malas dengan pembicaraan tentang kak Faqih. aku tahu persis apa yang aku pilih. aku menang tidak terlalu sering bersama laki-laki yang sekarang duduk disampingku, tapi aku mengambil keputusan ini tidk tanpa pertimbangan. aku memikirkan ini sudah sejak lama. meyakinkan diriku sendiri tentang kesukaanku padanya sejak satu tahun terakhir dan dia cinta pertamaku. begitu banyak pertimbanganku sampai aku justru takut harus menyiksa ka Faqih gara-gara aku jauh. hariharinya selalu menungguku sejak kita kenal dua tahun yang lalu. dia selalu menunggu kepulanganku sejak saat itu. dan yang terpenting aku sudah mmenyerahkan semua pada Alloh aku ingin dia jodohku.

     aku mengambil hape ditasku setelah terdengar ringtone yang aku pasang sebagai tanda adanya sms baru. ternyata sms dari ibu 

"lagi dimana mba ? sama Faqih kan?" 
  
     aku langsung membalasnya dan berpamitan pada semua temantemanku untuk pulang lebih dulu. di jalan menuju parkiran ka Faqih menggandeng tanganku. aku menoleh ke arahnya dan dia menatapku cemas.

     "ibu nanyain aku sama kaka apa engga." aku mencoba menjelaskan. tapi dia masih dngan ekspresi cemasnya. 

       di perjalanan pulang dia membuka obrolan.
     
      "kamu kenapa si ras? kok kaya lagi kepikiran sesuatu? cerita lah."

   aku menceritakan semua obrolan-obrolanku dengan temanteman yang sepertinya selalu ingin menggoyahkan keputusanku dan tidak mendukung keputusanku. 

      sepanjang itu ceritaku sampai aku belum menyelesaikan ceritaku ketika aku sampai di depan rumah. kami berdua berjalan ke arah pintu dan aku masih dengan ceritaku. 

     "kamu tenang aja, dan ngga usah dipikirin. jatuhnya kamu malah jadi suuzon kan. aku percaya kok kalo laras serius dan ngga akan lupa sama komitmen kita. aku serius dan yakin buat nunggu beberapa tahun lagi biar bisa jadi imamnya laras kok" diakhir katakatanya dia memberiku senyuman yang ngga pernah gagal bikin aku ikut tersenyum.

      terimakasih ya tuhan jika memang dia takdirMu untukku, aku bersyukur Kau memberiku takdir seindah ini. kau selalu memberiku keajaibankeajaiban yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. dan Kau menakdirkan dia untukku. 
          

     

     
     

0 komentar:

Post a Comment