Aku
memandang ke luar jendela bus, mencari tanda-tanda yang bisa menunjukan nama
daerah yang saat ini sedang aku lewati. Ingin tahu sejauh mana perjalananku
dari Jogjakarta ke tegal. Saat aku
mengalihkan pandangan ke kursi-kursi sebelahku, ada cowo yang mungkin tidak
sengaja sedang memandang ke arahku. Dia terlihat kaget dan aku hanya tersenyum
singkat kemudian kembali memandang ke luar jendela.
Ini
bukan perjalanan pertamaku menuju tegal, tapi ini pertama kalinya aku pergi
naik bus sendirian dari rumah ke tegal. Yap meski untuk berada disini aku harus
melewati perdebatan yang panjang, terutama dengan ibuku. Tapi pada akhirnya toh
aku sekarang ada di bus menuju tegal, aku menang dalam perdebatan sengit
semalam !
SMA
N Jatilawang. Aku baru sampai di jatilawang banyumas. Sudah hampir 4 jam
perjalanan dan sepertinya masih lumayan jauh dari tempat tujuanku. Mungkin 3
jam lagi aku baru akan sampai di rumah kakak perempuanku. Aku melirik jam di
layar handphoneku, 10:34 am. Mungkin aku akan sampai sekitar setengah 2 dan
semoga tidak ada halangan apapun di jalan.
Aku
kembali pada handphone ditanganku, fokus pada e-book dari novel terjemahan
“Midnight Sun” karya Stephenie Meyer. Yap pengarang novel seri Twilight Saga,
dan novel yang aku baca saat ini juga masih serangkaian dari ke 4 novel
sebelumnya. Novel tentang twilight dari sudut pandang Edward yang ngga pernah
bosen meski sudah aku baca berkali-kali.
Aku celingukan ke kursi-kursi lain
sebelum akhirnya aku fokus pada e-book ditanganku lagi. Bus ini sudah agak
penuh dibanding tadi pertama kali aku naik dari terminal Gamping dan Bapak yang
tidur tidak lama setelah dia duduk dan berbincang pendek denganku masih
tertidur sampai detik ini.
Aku sampai di halaman 172 dan
berhenti di kalimat terahir halaman ini. Melihat ke luar jendela dan merasakan leherku
sedikit perlu digerakan. Aku memergoki laki-laki itu sedang melihat ke arahku
lagi, apa kali ini ketidaksengajaan juga? Rasanya jadi agak canggung dan kali
ini aku langsung kembali pada handphone di tanganku.
Setelah perjalanan agak lama mataku
rasanya udah menolak untuk melanjutkan membaca di halaman 210. Urat leherku
sepertinya juga butuh di lemaskan tapi sepertinya laki-laki itu dari tadi
celingukan ke arahku terus. Jadi aku berusaha untuk tidak melihat ke arahnya
dan memutuskan melihat pemandangan ke luar bus. Jalanan begitu ramai, banyak
bus yang berhenti di pinggir jalan. Keadaan di dalam bus juga mulai berisik
membahas keadaan di luar. Jalanan macet ! bisa-bisanya di jalan seperti ini
macet padahal ini bukan musim lebaran atau tahun baru.
Aku lihat kondektur bis yang tadi
memutuskan keluar untuk bertanya akhirnya kembali masuk ke dalam bus. Sekarang
aku tau penyebab jalanan macet seperti ini karena sekitar 1 kilometer dari
tempat kami berhenti jalanya ambles dan yang paling menyebalkan kami semua
diminta turun karena bus ini tidak bisa melanjutkan perjalanan mengantarku
sampai tujuan. Gila !
Mood udah berantakan dan aku antri
berjalan keluar dari bus. Saat aku fokus untuk keluar di pintu bus aku lihat
laki-laki itu tidak jauh di depanku dan tersenyum ke arahku. Sehingga mau tidak
mau saat aku turun dan tepat didepanya aku memulai pembicaraan.
“terus ini
gimana ya mas?” aduh dengan soktau aku panggil dia mas. Tapi dari penglihatanku
kayaknya dia memang sedikit lebih tua dibanding aku.
“ ngga tau nih. Coba
tunggu aja dulu, kayanya pak supirnya lagi berembug tuh.”
Kami berdua masih berdiri di pinggir
jalan diantara penumpang-penumpang lainnya.
“aku rian.” Cowo
itu mengulurkan tangannya dengan senyum malu-malu.
“aku lia.” Aku
balas senyum dan saat berjabat tangan dia menyebutkan namaku berulang-ulang.
Meskipun dengan suara pelan aku tetep bisa mendengarnya dan cowo ini lucu.
“lia mau
kemana?”
“aku ke tegal
masih lumayan jauh kayanya.”
“mending lah,
aku masih jauh banget ke cirebon.”
“kuliah di jogja
ya?”
“iya aku di UAD.
Kamu kuliah di jogja juga tapi asalnya dari tegal?”
“oh. Aku kuliah
di jogja dan asli jogja. Aku ke tegal mau ke tempat kaka”
Ditengah obrolan singkat ini, supir
bus yang tadi kami tumpangi tiba-tiba menyuruh kami naik ke bus ukuran kecil
dan dia bilang kita akan lewat jalur alternatif. aku buru-buru berjalan ke arah
bus yang ditunjuk sopir itu karena kemungkinan tidak mendapat tempat duduk
sangat besar. Aku bahkan sesaat lupa bahwa sebelum ini aku sedang melakukan
obrolan singkat dengan orang yang baru aku kenal. Akhirnya usahaku ngga
sia-sia, aku masih mendapat tempat duduk di bagian tengah bus. Aku duduk dan
mencari keberadaan laki-laki bernama rian. dia terlihat dengan santai berjalan
masuk ke dalam bus dan sudah pasti dia tidak mendapat tempat duduk.
Dia berjalan ke sebelahku dan
berdiri di sebelah tempat dudukku. Tiba-tiba aku berharap ibu-ibu yang duduk
disebelahku akan turun sebelum aku sampai di tempat kakakku supaya dia bisa
duduk di bangku sebelahku melanjutkan obrolan singkat sebelum ini. Aku melihat
ke arahnya dan dia tersenyum ke arahku.
0 komentar:
Post a Comment