Wednesday, February 12, 2014

PERTEMUAN SEDERHANA

Aku memandang ke luar jendela bus, mencari tanda-tanda yang bisa menunjukan nama daerah yang saat ini sedang aku lewati. Ingin tahu sejauh mana perjalananku dari  Jogjakarta ke tegal. Saat aku mengalihkan pandangan ke kursi-kursi sebelahku, ada cowo yang mungkin tidak sengaja sedang memandang ke arahku. Dia terlihat kaget dan aku hanya tersenyum singkat kemudian kembali memandang ke luar jendela.
Ini bukan perjalanan pertamaku menuju tegal, tapi ini pertama kalinya aku pergi naik bus sendirian dari rumah ke tegal. Yap meski untuk berada disini aku harus melewati perdebatan yang panjang, terutama dengan ibuku. Tapi pada akhirnya toh aku sekarang ada di bus menuju tegal, aku menang dalam perdebatan sengit semalam !
SMA N Jatilawang. Aku baru sampai di jatilawang banyumas. Sudah hampir 4 jam perjalanan dan sepertinya masih lumayan jauh dari tempat tujuanku. Mungkin 3 jam lagi aku baru akan sampai di rumah kakak perempuanku. Aku melirik jam di layar handphoneku, 10:34 am. Mungkin aku akan sampai sekitar setengah 2 dan semoga tidak ada halangan apapun di jalan.
Aku kembali pada handphone ditanganku, fokus pada e-book dari novel terjemahan “Midnight Sun” karya Stephenie Meyer. Yap pengarang novel seri Twilight Saga, dan novel yang aku baca saat ini juga masih serangkaian dari ke 4 novel sebelumnya. Novel tentang twilight dari sudut pandang Edward yang ngga pernah bosen meski sudah aku baca berkali-kali.
            Aku celingukan ke kursi-kursi lain sebelum akhirnya aku fokus pada e-book ditanganku lagi. Bus ini sudah agak penuh dibanding tadi pertama kali aku naik dari terminal Gamping dan Bapak yang tidur tidak lama setelah dia duduk dan berbincang pendek denganku masih tertidur sampai detik ini.
            Aku sampai di halaman 172 dan berhenti di kalimat terahir halaman ini. Melihat ke luar jendela dan merasakan leherku sedikit perlu digerakan. Aku memergoki laki-laki itu sedang melihat ke arahku lagi, apa kali ini ketidaksengajaan juga? Rasanya jadi agak canggung dan kali ini aku langsung kembali pada handphone di tanganku.
            Setelah perjalanan agak lama mataku rasanya udah menolak untuk melanjutkan membaca di halaman 210. Urat leherku sepertinya juga butuh di lemaskan tapi sepertinya laki-laki itu dari tadi celingukan ke arahku terus. Jadi aku berusaha untuk tidak melihat ke arahnya dan memutuskan melihat pemandangan ke luar bus. Jalanan begitu ramai, banyak bus yang berhenti di pinggir jalan. Keadaan di dalam bus juga mulai berisik membahas keadaan di luar. Jalanan macet ! bisa-bisanya di jalan seperti ini macet padahal ini bukan musim lebaran atau tahun baru.
            Aku lihat kondektur bis yang tadi memutuskan keluar untuk bertanya akhirnya kembali masuk ke dalam bus. Sekarang aku tau penyebab jalanan macet seperti ini karena sekitar 1 kilometer dari tempat kami berhenti jalanya ambles dan yang paling menyebalkan kami semua diminta turun karena bus ini tidak bisa melanjutkan perjalanan mengantarku sampai tujuan. Gila !
            Mood udah berantakan dan aku antri berjalan keluar dari bus. Saat aku fokus untuk keluar di pintu bus aku lihat laki-laki itu tidak jauh di depanku dan tersenyum ke arahku. Sehingga mau tidak mau saat aku turun dan tepat didepanya aku memulai pembicaraan.
“terus ini gimana ya mas?” aduh dengan soktau aku panggil dia mas. Tapi dari penglihatanku kayaknya dia memang sedikit lebih tua dibanding aku.
“ ngga tau nih. Coba tunggu aja dulu, kayanya pak supirnya lagi berembug tuh.”
            Kami berdua masih berdiri di pinggir jalan diantara penumpang-penumpang lainnya.
“aku rian.” Cowo itu mengulurkan tangannya dengan senyum malu-malu.
“aku lia.” Aku balas senyum dan saat berjabat tangan dia menyebutkan namaku berulang-ulang. Meskipun dengan suara pelan aku tetep bisa mendengarnya dan cowo ini lucu.
“lia mau kemana?”
“aku ke tegal masih lumayan jauh kayanya.”
“mending lah, aku masih jauh banget ke cirebon.”
“kuliah di jogja ya?”
“iya aku di UAD. Kamu kuliah di jogja juga tapi asalnya dari tegal?”
“oh. Aku kuliah di jogja dan asli jogja. Aku ke tegal mau ke tempat kaka”
            Ditengah obrolan singkat ini, supir bus yang tadi kami tumpangi tiba-tiba menyuruh kami naik ke bus ukuran kecil dan dia bilang kita akan lewat jalur alternatif. aku buru-buru berjalan ke arah bus yang ditunjuk sopir itu karena kemungkinan tidak mendapat tempat duduk sangat besar. Aku bahkan sesaat lupa bahwa sebelum ini aku sedang melakukan obrolan singkat dengan orang yang baru aku kenal. Akhirnya usahaku ngga sia-sia, aku masih mendapat tempat duduk di bagian tengah bus. Aku duduk dan mencari keberadaan laki-laki bernama rian. dia terlihat dengan santai berjalan masuk ke dalam bus dan sudah pasti dia tidak mendapat tempat duduk.

            Dia berjalan ke sebelahku dan berdiri di sebelah tempat dudukku. Tiba-tiba aku berharap ibu-ibu yang duduk disebelahku akan turun sebelum aku sampai di tempat kakakku supaya dia bisa duduk di bangku sebelahku melanjutkan obrolan singkat sebelum ini. Aku melihat ke arahnya dan dia tersenyum ke arahku. 


0 komentar:

Post a Comment