FEBRUARY
#ifan
Tok tok.
Itu
nada yang yang aku pakai untuk BBM baru yang masuk HPku. Aku langsung menyambar
HP yang dari tadi tergeletak di sebelah laptop di depanku. Aku menghembuskan
nafas lega karena BBM yang dari tadi aku tunggu akhirnya datang juga.
-anes-
Gue sampe tadi sekitar jam 5 soalnya jalan agak
macet, banjir juga.
Yap. Anes
akhirnya sampai juga di Semarang setelah tadi siang sekitar jam 1 aku
mengantarnya ke terminal gamping dan menunggu busnya sampai benar-benar jalan.
Kalau sesuai rencana, seharusnya hari ini dia masih berada di kota kecil ini.
Harusnya dia baru pergi ke Semarang Jumat besok, tapi berhubung ibunya sudah
sejak selasa di Semarang jadi dia memutuskan untuk kembali Rabu siang tadi.
Meskipun waktu
liburanku kedepan sepertinya akan sedikit membosankan, tapi ngga masalah karena
saat ini Anes pasti sangat senang. Bisa bertemu keluarga setelah satu semester
tidak bertemu pasti sangat bahagia, aku bisa membayangkannya. Mungkin saat ini
dia sedang tidur dengan ibunya, menceritakan semua pengalaman barunya selama satu semester
ini karena dia selalu merengek ingin melakukan hal itu saat dia merasa kangen
dengan ibunya. Atau dia sedang memijit Bapaknya dengan bayaran selangit karena
beberapa kali cewe manja itu membayangkan hal itu saat uang sakunya mulai
menipis. Yang jelas saat ini dia pasti sangat senang sampai hanya meread BBMku yang terakhir, meskipun bbm
terakhirku memang tidak memerlukan balasan. Hanya sebuah kalimat “syukur deh kalo udah sampe.”
Kalau saat ini dia
sedang bersama ibunya, mungkinkah ada namaku di dalam ceritanya? Aku tersenyum
pada diriku sendiri menyadari bahwa aku mengharapkan hal itu. Aku mengharapkan
Anes cewe cuek dan manja itu membawaku dalam ceritanya, mengingat hampir setiap
hari aku bersama dengan cewe yang aku kenal sejak awal masuk kuliah tetapi baru
mulai dekat saat semester dua karena pembagian kelompok oleh dosen Manajemen
Pemasaran. Aku satu kelompok dengan Anes dan 4 teman lainnya saat itu. Semester
sebelumnya aku hanya sebatas kenal dan ngobrol secukupnya untuk masalah
perkuliahan. Annes Syahida Tribuana juga
baru aku tahu saat dosen menyebutkan nama anggota tiap kelompok dan ternyata itu
nama panjang Anes yang setelah bekerja satu kelompok akhirnya aku tahu PIN BBM,
dan akun twitternya juga yaitu @anessya.
Aku kembali fokus pada gambar di laptopku.
Foto-foto saat ulangtahunku dua hari yang lalu. Foto saat aku seharian penuh
bersama Anes dengan perjalanan yang dimulai dari Pantai Sepanjang, Indrayanti,
Kukup dan berakhir di Sop Ayam Pak Min dengan nasi + sop daging dan Sop ceker. Sama seperti perjalanan sebelum-sebelumnya yang selalu berakhir di tempat itu dan dengan menu itu. Aku terpaku pada satu foto yang mengingatkanku pada album foto dengan
sampul quote about friend yang pernah
dia tunjukkan padaku belum lama ini. Benar-benar tidak pernah menyangka kalau
cewe itu akan berfikir sampai ke barang itu.
Friends are believe in you, make you laugh, comfort
you, understand, chill with you, help you, trust you, play with you, stick up
for you.
Aku mengambil album foto itu di laci mejaku.
“mungkin ini harus ditambah love you.” aku bergumam pada diriku sendiri dan tersenyum
sendiri membayangkan jika di sampul ini benar-benar ditambah satu gambar. Aku
ingat saat dia memberikan hadiah ini dan bilang bahwa aku bahkan lebih baik
dari yang ada di gambar ini yang membuatku merasa sangat bersyukur bisa
melewati hari itu bersama dia. Aku bersyukur bisa mengenal cewe yang selalu
membuatku ingin menarik kuncirnya karena selalu berantakan dan cewe yang suka
memukul kepalaku dengan barang apapun yang ada ditangannya. Dan begitulah caranya
mengungkapkan perasaan saat dia merasa sulit berkata-kata, aku faham itu.
Sama sekali
tidak pernah terbayangkan aku akan sedekat ini dengan Anes, cewe pendiam yang
lebih dekat dengan beberapa anak-anak pintar pada awal kuliah. Aku memang
terbiasa mempunyai teman dekat perempuan, diantara teman-teman bermainku selalu
ada perempuan di dalamnya tetapi untuk Anes rasanya sangat berbeda. Memang
kadang dia terlalu cuek dengan sekitarnya, tapi setelah aku bersama dia selama
ini aku tahu dia pendengar yang baik, selalu ada ketika aku bilang aku butuh
dia untuk menemaniku meskipun seringkali tidak membuat moodku kembali bagus. Yang jelas sampai saat ini aku menyayanginya.
^^
“kok Anes ngga
diajak fan?” Uno heran melihatku datang sendirian begitu aku sampai di rumah
Ido.
“akhirnya dateng
juga, yuk langsung berangkat kita tinggal nunggu kamu nih.”
“sorry aku telat
bangun tadi.” Aku beralih ke Uno. “dia lagi di Semarang, pergi Rabu.”
“yah, ada yang
kurang nih.” Uno kembali menyiapkan barang bawaannya.
Jumat ini aku
bersama enam temanku pergi ke Dieng, setelah itu kita akan menginap di Desa tertinggi
di Jawa yaitu Sikunir yang terkenal dengan Golden Sunrisenya. Membayangkan
sunrisenya aku yakin pasti akan mendapat foto yang bagus kali ini meskipun
pasti kurang menyenangkan karena Anes tidak ikut denganku. Susah dibayangkan melakukan
perjalanan lebih dari 3 jam tanpa teman perjalanan. Fakih bareng pacarnya, Ririn
yang selalu ngintil kemanapun dia pergi, Ido bareng Marta, Farah bareng Uno dan
aku bareng ransel.
^^
Aku membuka BBM,
mengganti DP dengan fotoku di telaga
warna yang baru aku take beberapa
menit yang lalu dan mengganti PM dengan “finally
telaga warna – Dieng B)”.
Setelah
perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya aku sampai di tujuan pertama yaitu
Telaga Warna. Telaga ini sebenarnya tidak jauh dari telaga-telaga lain, hanya
saja pemandangan menuju kesini benar-benar bikin aku ngga nyesel meskipun harus
melewati perjalanan yang begitu membosankan. Andai saja Anes ikut pasti tidak semembosankan
tadi dan dia bakalan rela membuat perjalanan kami lebih lama karena harus
berhenti di titik-titik pemandangan yang bagus hanya untuk mengambil beberapa
foto. Ngomong-ngomong Anes, aku mengecek HPku dan belum ada sms baru darinya
sejak BBM terakhirnya dua hari yang lalu.
Aku memutuskan
membuka twitter, berharap ada mention dari dia. Aku mengupload foto
yang sama seperti DP di BBMku dengan description “Telaga Warna-Dieng without u @anessya”.
Saat aku beralih
ke timeline, aku melihat akunnya
mengirim sebuah mention.
@herjuno_uno iya udah di follback unooooo :D
Uno? Kok bisa
mereka saling follow? Ah mungkin malam itu mereka saling follow kan bisa jadi.
Aku melihat ke arah Uno dan terlihat dia sedang duduk sibuk dengan Hpnya. Aku
kembali ke timeline dan muncul
balasan dari uno.
@anessya haha terimakasih :D aku lagi di dieng loh.
sayang kamu ngga ikut juga :D
Di bawah tweet itu aku melihat mention dari Anes
untukku beberapa detik yang lalu.
@ifanaziz ya kan curang, ke dieng gue ngga diajak!
Ngga usah upload foto kalo ngga ada guenyaaa.
Pake di mentionin segala-_-
Udah bisa
ketebak banget kalo dia bakalan marah-marah, karena aku pergi ke Dieng tanpa
dia dan bahkan aku tidak memberitahu dia sebelumnya. Jadi dia tau kepergianku dari
foto yang barusan aku upload. Aku langsung menklik huruf R di keypad Blackberryku.
@anessya haha ini aja aku mendadak diajak sama
anak-anak. Ngga usah diliat kalo aku upload foto yang ngga bareng kamu :D
Aku menklik
enter di keypad dan aku melihat lagi reply
dari Anes untuk Uno di TL.
@herjuno_uno iya gue tau dari foto ifan. Iya nih gue
ngga bisa ikut, setega itu lu semua ninggalin gue haha.
Wah seakrab itu
ya mereka? Aku melihat ke arah Uno yang sepertinya sedang dalam suasana hati
yang baik, bener-bener berbeda dengan moodku
yang mulai berantakan saat ini. Apa mungkin Uno naksir Anes? Maklum kalo sampe
dugaanku bener karena Anes ngga jelek, dan mereka berdua mungkin tahu status
satu sama lain. Jomblo.
Ngga munafik,
aku ngga suka kalau mereka bener-bener seperti dugaanku! Aku dekat dengan Anes dengan
kedekatan yang kurang wajar. Mungkin anak-anak yang tidak kenal kami berdua
akan mengira kami berdua pacaran. Aku dan Anes mempunyai tiga teman bermain
lainnya, tapi diantara ke tiga teman bermain kami Rila, Andin dan Rangga,
akulah yang paling dekat dengannya meskipun ada dua cewe lain diantara kami. Mungkin
karena Anes tidak ingin begitu tergantung pada cewe-cewe yang masing-masing
memang sudah mempunyai pacar. Diantara kami berlima dialah yang jomblo bawaan
sejak masuk kuliah yang kemudian disusul aku tidak lama setelah aku dekat
dengan Anes.
Kebanyakan orang
mengira bahwa Anes-las alasan aku putus dengan mantan ceweku. Tapi saat itu aku
bersumpah pada mantan pacarku bahwa bukan Anes yang membuat aku memutuskan
untuk kembali menjadi teman dengan
pacarku. Keputusanku saat itu lebih karena aku tidak bisa membiarkan dia terus-terusan curiga atas kedekatanku
dengan Anes karena itu pasti mengganggu pikirannya. Padahal saat itu
kedekatanku belum sedekat sekarang. Aku tidak tahan kalau terus-terusan
dicurigai tas hubungan yang jelas-jelas hanya sebatas teman. Akupun masih ingat
betul kata-kata Anes saat aku bilang aku putus dengan pacarku, “itu sebabnya
kenapa gue ngga pacaran fan, saat jadi sahabat aja nyaman kenapa harus
memaksakan status baru? toh kita sama-sama menyayangi dan kita hanya perlu
menjaga perasaan masing-masing sampai saatnya ngga ada kata ragu lagi.” Dan
buktinya sampai sejauh ini aku masih hanya berteman dan masih dengan status
jomblo sejak saat itu.
Setelah putus
mungkin hubunganku dengan Anes memang lebih dekat dari sebelumnya karena
mungkin Anes merasa lebih tidak ada beban dengan status baruku. Kalau sampai
hari ini kedekatan kami kurang wajar ya karena dia mungkin merasa bisa berbagi
semuanya kepadaku dan begitu juga aku. Secuek apapun dia, dia selalu
mendengarkan keluhanku meskipun terkadang tidak memberikan solusi yang baik. Dan
yang jelas aku menyayanginya dan aku yakin dia juga menyayangiku.
Tapi kalo untuk
Uno? Kalau Uno naksir Anes, apa mungkin Anes juga naksir Uno? Ya Tuhan.
^^
“Anes ngga
pernah deket sama cowo fan?” Uno duduk disebelahku menawarkan sebatang rokok.
“tiap hari deket
cowo lah, ifan masuk kriteria cowo kan?” sahut ido yang sedang sibuk mendirikan
tenda untuk tidur kami malam ini. Setelah jalan-jalan di Telaga Warna, Kawah
Sikidang dan Candi arjuna kami melanjutkan perjalanan ke desa tertinggi di
pulau jawa ini. Kami menginap demi Golden Sunrise yang diagung-agungkan para
pemburu pemandangan, dan kami salah satu dari mereka.
“diem do.”Uno
melempar kerikil ke arah ido dan aku hanya bisa tertawa. “maksud aku PDKT sama
cowo.” Nah tebakanku sepertinya benar, Uno naksir Anes.
“sejauh aku
bareng dia si ngga pernah. Dia ngga mau pacaran no.” Jawabku singkat.
“yah ngga asik
nih. Di sms balasnya singkat-singkat banget fan, gila.” Wah lebih dari sekedar
saling follow nih, bahkan udah tukeran nomor HP.
“dibales aja udah
untung no.” Aku tertawa dan beranjak membantu Ido mendirikan tenda.
Kalo
diinget-inget lagi memang dia ngga pernah deket sama cowo dalam waktu lama
untuk PDKT tepatnya. Sejak setahun yang lalu memang ada beberapa cowo yang
sepertinya punya niat PDKT ke cewe manja itu. Mereka kadang mengajak Anes main,
makan atau nonton. Anes sering memperlihatkan langsung sms ajakan cowo-cowo itu
atau aku tidak sengaja membacanya saat memegang Hpnya, bahkan kadang aku yang
mengantarnya bertemu cowo-cowo itu. Tapi nasib semua cowo itu sama setelah satu
kali pergi atau makan bersama yaitu saat Anes sadar cowo-cowo itu mengarah ke
PDKT. Semua cowo-cowo itu di kemudian hari hanya akan bisa berhubungan di
sos-med seperti twitter atau BBM yang
merupakan media yang paling sering digunakan Anes.
“fan ada HP bunyi deh di tasmu.”
Farah teriak dari dalam tenda dan aku langsung beranjak mencari iPadku. Anes mengundang skype, aku langsung menerimanya dan langsung
melihat tawanya yang khas kuntilanak di layar hapeku.
“nyebelin gue
ngga diajak ngecamp di sikunir!”
“dibilang ini
dadakan acaranya. Kok tau aku ngecamp di sikunir?”
“uno yg ngasi
tau. gue mau denger penawaran lu soal kado ualngtaun gue.” Uno lagi, tapi ngga
masalah karena saat ini cewe ini ada didepan mataku.
“ah iya belum gue pikirin nih, besok deh balik
dari sini gue berenung. Haha.” Sebenernya sudah terfikir beberapa barang, tapi
sepertinya terlalu biasa kalau mengingat dia memberiku hadiah sederhana yang begitu
bermakna.
“ah kelamaan
mikir. Gue cuma mau pamer aja dan mungkin ini bisa buat bahan pertimbangan lu
nih.” Dia memperihatkan sebuah kunci dengan gantungan apel kecil warna biru yang
biasanya tergantung di kunci sepeda motornya, tapi itu bukan kunci motor.
“mobil?”aku
sedikit berbisik kaget.
“ya! gue dapet
mobil dari ibu sama bapak, warnanya biru! Dan lu yang pertama kali gue kasih
tau, kasih gue selamat dong.” Senyumnya berkembang di layar ipadku.
“iya selamaaaat.
Dan gue bakal irit bensin yes!”
“ah enak aja.
Gue bilang ke ibu kalo temen deket gue tiap mau pergi jauh pake mobil harus
ngemis-ngemis dulu dan janji ngga pergi sampe malem, eh tadi pagi gue diajak ke
dealer mobil. Nah gue udah dapet mobil di ulangtaun gue
jadi lu bisa kasih gue pesawat atau apa yang lebih dari ini fan. Haha”
“gila lu!”
Sepertinya cewe di seberang sana memang sedang sangat bahagia selain karena
bertemu kedua orangtuanya. Dia masih tertawa cekikikan setelah kata-kata
terakhirnya tadi, dan selintas aku ingat kata-katanya “temen deket gue”, aku ada di ceritanya dan memikirkan itu
membuatku tersenyum pada diriku sendiri.
“bengong woy!
Buat penawaran kado yang menarik, kalo ga gue baru balik kesitu tanggal 17
dong. Udahan ya gue ada urusan, salam buat anak-anak. Bye.” Sambungan terputus detik itu juga.
“mungkin aku
bisa beli sesuatu untuk mobil barunya. Yes!” aku bersorak dalam hati.
Aku berniat
kembali ke tenda dan ternyata di belakangku ada 3 kepala. Sejak kapan mereka
dibelakangku? Farah, Uno, Ririn.
“ya kan sedeket
itu kalian!” lagi-lagi farah menodongku dengan kata-kata itu.
“iya kayanya ringan banget obrolanya nih.” Uno
memandangku dengan ekspresi penuh tanya.
“ini karena aku
udah kenal dia lama.” Aku mencoba menjawabnya dengan enteng dan langsung
kembali ke tenda meninggalkan tiga kepala yang masih menyimpan sejuta
pertanyaan tentang obrolanku dengan Anes tadi.
^^
Aku membuka twitter berniat melihat balasan mention terakhirku pada akun @anessya
tapi yang muncul di timeline justru interaction
akun anes dengan @herjuno_uno. Selama ini dia ngga pernah dekat sama cowo
apalagi yang sudah telihat niat selain ingin berteman. Tapi hubungan dengan Uno
masih berlanjut sampai hari ini, bahkan mereka saling komentar di instagram di
postingan foto Anes dengan sunrise Pantai Sepanjang waktu itu. Dia jarang
melakukan itu kecuali denganku, Rangga dan beberapa anak kelas yang sebenarnya
kelihatan modus hanya saja Anes merasa tidak enak kalau harus memperlakukan
mereka seperti anak-anak kelas lain.
Aku mulai
mengetik balasan untuk mention terakhirnya
beberapa jam yang lalu.
@ifanaziz ah terlanjur gue beli warna merah maroon.
Kemanapun dia
pergi dia selalu membelikan sesuatu untuk aku dan anak-anak lainnya. Kali ini
juga, hanya saja saat dia menghubungiku kemarin untuk menanyakan warna kaos
yang aku inginkan, aku sedang pergi dan Blackberryku mati. Tapi dia tahu warna
kesukaanku, merah!
@anessya iya gapapa kok. Jadi kapan balik kesini,
udah tanggal 12 nih. Gue ngga ngasih penawaran apapun.
Aku sedang
memilih foto-fotoku dengan Anes sejak
setahun yang lalu sampai akhir-akhir ini. Foto-foto unik yang menunjukan
kebersamaan kami berdua yang rencananya akan aku cetak nanti malam untuk
mengisi album pemberiannya. Tiba-tiba muncul undangan skype dari anes yang kemudian langsung aku terima.
“tumben nih.” Mau
ngga mau aku tersenyum melihat muka cewe yang sudah seminggu tidak aku temui
ini.
“yaelah, kemana
aja lu?”
“kemana-mana.
aku ngga ada penawaran kado nih, kamu sebut aja pengin apa.”
“yah ngga asik
nih.”
“kamu lagi deket
sama Uno nes? Atau malah naksir uno?” aku mencoba memasang ekspresi santai
meskipun aku sedikit khawatir dengan jawabannya. Tapi dia justru tertawa
setelah mendengar pertanyaanku.
“apaan si lu
fan? Nanya ngga penting banget gitu. Ya ngga lah masa iya gue naksir temen lu.”
“interaction kalian berdua menuh-menuhin
TL tuh.” Aku benar-benar mengharapkan penjelasan dari cewe ini.
“apaan si lu ah.
Bikin gue bt aja nih, udahan dulu deh kalo lu lagi ngga mood.”
Sambungan
langsung terputus dan itu menandakan moodnya berantakan gara-gara aku. aku langsung mencoba menelfon ke nomer hpnya dan hasilnya hanya tersambung ke mailbox, sehingga terpaksa aku meminta maaf lewat BBM.
-anes-
Sory nes, gue kan cuma nanya, ngga ada maksud bikin
lu bt.
Aku klik enter
di keypad HPku dan sepersekian detik kemudian muncul tanda ‘d’ yang berarti
sudah terkirim, tapi beberapa menit aku tunggu masih belum di read. saat keadaan seperti ini hanya ada satu tindakan paling bijak yaitu memutuskan untuk menghubunginya
lagi nanti jika moodnya sudah kembali baik.
^^
I will always be yours
for ever and and more
For the push and the pull
I still drown in your love
And drink till I’m drunk
And all that I’ve done, is it ever enough
For the push and the pull
I still drown in your love
And drink till I’m drunk
And all that I’ve done, is it ever enough
Ever enough – rocket to
the moon
Aku langsung
mencari sumber suara dan tidak butuh waktu lama aku menemukan Hpku tergeletak di
atas tempat tidurku. Panggilan dari Anes! Aku langsung mempause game di laptopku dan menjawabnya.
“lama banget ya
angkatnya.”
“sori nes, lagi
ngegame tadi. Ada apa?” kali ini aku mencoba bicara seramah mungkin karena
sejak tragedi skype dua hari yang
lalu dia tidak pernah menjawab panggilan telefonku.
“gue baru sampe
di kosan nih. Lu ngga ngasih gue sambutan? Lu juga belum ngasih coklat ke gue.”
Tut tut tut
Aku belum sempat
mencerna kata-katanya barusan dan dia langsung mematikan telefon begitu saja.
Apa benar sekarang dia sudah kembali ke kota ini? Bahkan sudah ada di kamar
kostnya? Terus kenapa dia ngga ngasih kabar sama sekali? Ah iya dia masih marah
itu pasti!
Aku tersadar
dari lamunanku, ingat bahwa aku sama sekali belum membeli kue ulangtaun untuk
ulangtaunnya besok. Aku melihat jam di layar HPku dan jam sudah menunjukkan
pukul 21:50. Aku langsung membereskan barang-barang yang perlu aku bawa ke
tempat Anes memasukannya ke tas ranselku. Salah satunya coklat, dua Cadbury
ukuran sedang dan dua tobleron ukuran besar yang sudah aku beli beberapa hari
yang lalu dan sudah aku bungkus dalam tas kertas kecil.
Aku langsung
pergi mencari toko kue yang masih buka setelah berhasil meminjam mobil ayah
dengan alasan menjemput Anes di terminal. Untungnya hari ini hari Valentine
jadi kebanyakan toko coklat belum tutup karena masih melayani banyak pelanggan.
Aku langsung menuju salah satu toko kue dan memilih satu rainbow cake segi
panjang ukuran kecil dengan selimut coklat polos. aku hanya minta ditambahkan
dengan hiasan mobil kecil warna biru dan tulisan jangan marah lagi dengan krim warna biru dan setelah membayarnya aku
langsung menuju kost Anes.
Sepertinya Anes masih
marah padaku sejak dua hari yang lalu, jadi hari ini aku hanya memposting foto
kami berdua di instagram dan twitter. Foto yang diambil diam-diam saat mata
kuliah statistika sepertinya, karena ada buku statistika dimejaku yang sudah
aku edit dengan app di HPku dan aku upload dengan description “@anessya #happy
#val’sday #miss #mybestiest #friend ({})”. Sayangnya postingan itu masih
jadi postingan yang belum direspon sampai detik ini padahal jelas-jelas dia muncul
di timeline.
^^
Aku langsung keluar dari mobil begitu melihat
cewe yang aku rindukan duduk di teras kamar dengan HP di tangannya.
Sepertinya dia menyadari kehadiranku dan langsung memandangku dengan ekspresi
yang menunjukan bahwa dia memang masih marah padaku. Aku duduk disebelahnya dan
menyodorkan tas kertas kecil.
“coklat buat kamu.”
Dia hanya menerimanya tanpa mengucapkan terimakasih sama sekali.
“lama banget
dari rumah ke sini sampe satu jam.” Dia melirik jam ditangannya.
“aku ngemis
pinjem mobil dulu tadi terus nyelesein game yang lagi tanggung. Kok ngga
bilang-bilang balik hari ini?”
“emang kalo gue
ngga ngomong dosa?”
“dosa banget
lah, ngagetin gue malem-malem.” Aku menarik cewe disebelahku ke pelukanku untuk
beberapa detik.
“haha gue ngga
enak bikin lu kangen gue lama-lama.” Aku reflek menjitak kepalanya.
“ibu sama bapak
cuma dapet cuti satu minggu, mereka udah balik kemaren. Jadi ngapain lagi gue
di semarang.” Dia membuka tas kecil coklat dari aku, membuka satu tobleron dan
mulai memakannya.
“masalah Uno
ngomong langsung di depan gue.” Ini salah satu yang bikin aku nyaman temenan
sama Anes sampai hari ini. Dia selalu membuat jelas semua masalah, ngga mencoba
melarikan diri dan pura-pura kalau semua tidak pernah terjadi. Meskipun agak
sedikit kaku bertanya soal Uno dengan status kami yang hanya teman, tapi aku
ingin membuat semuanya jelas.
“gue kan nanya
lu lagi PDKT sama Uno atau lu naksir dia? Eh lu main matiin skype aja waktu
itu, langsung ngediemin gue juga.”
“ya abis nanyanya
lucu. kan udah gue bilang ngga mungkin lah gue naksir temen lu. Kayanya mood lu
juga lagi berantakan waktu itu, males jadinya gue nanggepin mention, bbm, sms
sama telfon lu karena lu bakalan mendramatisir seolah-olah gue marah sama lu
padahal ngga sama sekali. Gue males kalo nanti lu nanya-nanya soal itu lagi,
mending langsung bahasnya tatap muka gini biar enak.”
“ah sial lu, gue
pikir lu marah. Lu ngga naksir dia nes?”
“ngga. Dibilang
masa iya gue naksir temen lu.”
“emang kenapa kalo
temen gue?”
“ifan bego
banget si lu, ngapain juga gue deketin temen lu orang udah ada lu.” Ini anak
ngga jelas banget ngomongnya, secara ngga langsung dari omongannya aku
menangkap bahwa cewe ini udah ngga butuh orang lain kalo udah ada aku?
“terus lu tau
dia lagi coba PDKT kan?”
“iya terus?”
“biasanya kan lu
ngga ngladenin mereka, tapi kok lu ladenin Uno?”
“heh ifan. Lu
cemburu sama temen lu sendiri ya. dasar!” cewe ini memukul kepalaku. “ya iyalah gue
ladenin, dia temen lu masa gue cuekin ya ngga enak lah. Dia temen lu dan temen
gue juga sekarang.”
“gue cuma
mastiin aja Anessss!” Apa kesimpulannya sesuai dugaanku kalo dia emang sayang
sama aku? Dia bilang dia cuma ngga enak kalo harus nyuekin temenku dan dia ngga
bakal deketin temenku bahkan mungkin deketin siapapun karena udah ada aku.
“malah bengong.
Iya gue tau kok perasaan lu dan gue udah bilang kan yang penting udah ada lu
kok.”
Bener kan
dugaanku, dia sadar kalau aku sayang sama dia dan dia juga sayang sama aku. Itu
semua terjawab dengan sikapnya dia selama ini dan caranya menyikapi Uno, dia
bilang dia ngga akan deketin temenku karena dia pasti ingin menjaga perasaanku.
Seperti yang dulu pernah dia katakan “cukup
saling jaga perasaan aja sampai ngga ada lagi kata ragu”.
^^
“aku ambil oleh-oleh
buat lu dulu ya.” Anes beranjak masuk ke kamarnya.
Jam sudah
menunjukan hampir pukul satu dan aku berniat memberinya kejutan sekarang. Aku
kembali ke mobil mengambil kue yang baru aku beli beberapa jam yang lalu. Setelah
perbincangan menegangkan penuh tanya tadi Anes memperlihatkan detail mobil
barunya yang di dominasi dengan warna biru sampai sepertinya dia lupa bahwa
sekarang sudah masuk di tanggal 15 Februari. Aku menyalakan lilin angka 19
masih di dalam mobil dan sepertinya Anes memanggil-manggil namaku.
“ifan!” aku
keluar mobil dengan membawa kue sambil menyanyikan lagu ulangtahun. Aku melihat
ekspresi kagetnya seketika itu juga.
Happy birthday Anes, happy birthday Anes, happy
birthday to Anes, happy birthday Anes.
“ifaaaan! Apaan
si kok biru biru semuaaa. lu bikin gue pengin nangis nih.”
“jangan dong. Ah
sial bentar ya, pegang dulu kuenya. Jangan ditiup dulu!” aku berlari mengambil
kamera yang tertinggal di mobil dan segera berlari kembali ke Anes.
“sorry ngrusak
suasana banget nih gue. Sekarang make a wish terus tiup lilinya.” Aku
menyanyikan lagu tiup lilinnya sambil terus menngambil foto berkali-kali sampai lilin benar-benar ditiup dan mati.
“apaan si gue
ngga marah juga. Masa kue ulangtaun tulisannya begini si ah.” Aku tertawa
kecil. Terlihat dia meletakan kue dilantai dan kemudian memelukku.
“sorry ngga
sekeren surprise kamu waktu itu. Aku harap semua yang terbaik buat kamu dalam
hal apapun. Stay be Anes in last year,
yesterday, today and for a long time. Until you get what you want, I’ll always be
there for you, support you and will be
your everything dearest.”
“thanks ya.”aku
mendengar isakan tangis cewe ini dan membuatku diam di tempat menunggu dia
menyelesaikan tangisnya di pundakku. “gue jadi malu nangis begini ah.” Dia
melepaskan pelukannya dan aku langsung mengarahkan kameraku untuk mengambil
gambar yang pastinya akan jadi gambar yang sangat jarang ditemui. “jangan
potret gue ifannn!”
Aku kembali
belari kearah mobil, mengambil tas ranselku dan memberikanya kepada Anes. Tanpa
banyak bicara Anes membuka tas ranselku dengan penuh tanya. Sepanjang ekspresi
penasaranya sampai kaget saat melihat isinya aku masih terus bermain dengan
kamera di tanganku.
Saat itu aku
memutuskan untuk membelikan dia beberapa barang yang aku yakin akan sangat dia
suka. Aku memutuskan membeli 2 safety belt berwarna biru untuk tempat duduk
depan yang aku yakin akan langsung dia pasang. Selain itu aku membeli hiasan
kecil sebuah kincir angin yang akan berputar saat terkena panas matahari dan
akan menyala biru saat gelap. Aku ingat dia selalu bercerita ingin ke belanda
melihat kincir disana. Memang aneh saat kebanyakan ingin pergi ke paris dengan
menara Eifelnya. Aku juga membeli dua bontal leher tapi kali ini aku memberinya
warna kesukaanku yaitu merah. Aku yakin meskipun aku melihat sudah terpasanga
bantal warna biru, dia akan tetap memasang milikku karena dia pasti menghargai
pemberianku. Mskipun saat ini dia memang sedang terlihat bimbang melihat barang
tersebut tapi pada akhirnya dia tersenyum dan beralih ke barang kecil yang
tidak aku bungkus.
“kok kado gue?”
yap album foto yang dia berikan saat ulangtahunku. Aku memberi catatan disana.
Setelah ini kita harus sering ambil foto-foto konyol
kita sebelum lulus dan kita cetak kemudian kita taruh disini. Ini bukan hanya
album untuk foto-fotoku tapi untuk foto-fotomu juga J
Dia terlihat
mulai membuaka halaman seteah foto yang ia pasang dihalaman pertama. Senyumnya
mulai mengembang melihat foto kedua itu yang kalau tidak salah itu foto kita
bersama saat kerja kelompok untuk Manajemen Pemasaran. Kemudian senyumnya
berubah menjadi ketawa kuntilanaknya yang khas. Aku bisa menebak dia sedang
melihat foto kita berdua saat memberi surprise untuk ulangtaun Nindi, kami
berdua berdandan sebagai pocong dan kuntilanak. Dia terlihat kaget dan menahan
tawa beberapa kali saat membuka foto satu persatu.
Dia berdiri
memandang sinis ke arahku, sepertinya dia sudah selesai sampai foto ke 37.
Malam itu aku berhasil menemukan 37 foto unik dan langsung mencetak ke37 foto
itu.
“kok lu nyebelin
banget si. Surprise gue belum ada apa-apanya dibanding ini semua!” dia
memelukku lagi tapi kali ini tidak menangis dan melepasnya lagi dalam
sepersekian menit.
“sekarang juga
bantu gue pasang semua barang dari lu! termasuk warna merah kesukaan lu itu.”
Nah, bener kan dugaanku. “dan satu lagi, gue seneng kok lu cemburu sama Uno.” Dia membawa
barang-barang pemberianku ke mobilnya.
Dia bilang dia
senang aku cemburu, itu berarti ke depannya aku selalu boleh cemburu saat dia
dekat dengan seseorang. Dia senang karena tau aku begitu menyayanginya. Aku
memposting di semua sos-med miliku.
“selamat nambah umur @anessya , muda dan tua
samasama melindungi kok *bighug*”
Dan aku melihat
postingannya di twitter meskipun tidak dimention untukku tapi aku paham itu
untukku.
Thank have been my everything. Thx for tonight and
for a crazy surprise.
Dan satu lagi
mention untukku.
@ifanaziz crazy cake, crazy waterwheel ornament, crazy colour and crazy
photos with crazy memories! *beer*
0 komentar:
Post a Comment