Tuesday, February 11, 2014

FEBRUARY #ifan


FEBRUARY #ifan

            Tok tok.

            Itu nada yang yang aku pakai untuk BBM baru yang masuk HPku. Aku langsung menyambar HP yang dari tadi tergeletak di sebelah laptop di depanku. Aku menghembuskan nafas lega karena BBM yang dari tadi aku tunggu akhirnya datang juga.
-anes-
Gue sampe tadi sekitar jam 5 soalnya jalan agak macet, banjir juga.

Yap. Anes akhirnya sampai juga di Semarang setelah tadi siang sekitar jam 1 aku mengantarnya ke terminal gamping dan menunggu busnya sampai benar-benar jalan. Kalau sesuai rencana, seharusnya hari ini dia masih berada di kota kecil ini. Harusnya dia baru pergi ke Semarang Jumat besok, tapi berhubung ibunya sudah sejak selasa di Semarang jadi dia memutuskan untuk kembali Rabu siang tadi.
Meskipun waktu liburanku kedepan sepertinya akan sedikit membosankan, tapi ngga masalah karena saat ini Anes pasti sangat senang. Bisa bertemu keluarga setelah satu semester tidak bertemu pasti sangat bahagia, aku bisa membayangkannya. Mungkin saat ini dia sedang tidur dengan ibunya, menceritakan  semua pengalaman barunya selama satu semester ini karena dia selalu merengek ingin melakukan hal itu saat dia merasa kangen dengan ibunya. Atau dia sedang memijit Bapaknya dengan bayaran selangit karena beberapa kali cewe manja itu membayangkan hal itu saat uang sakunya mulai menipis. Yang jelas saat ini dia pasti sangat senang sampai hanya meread BBMku yang terakhir, meskipun bbm terakhirku memang tidak memerlukan balasan. Hanya sebuah kalimat “syukur deh kalo udah sampe.”
Kalau saat ini dia sedang bersama ibunya, mungkinkah ada namaku di dalam ceritanya? Aku tersenyum pada diriku sendiri menyadari bahwa aku mengharapkan hal itu. Aku mengharapkan Anes cewe cuek dan manja itu membawaku dalam ceritanya, mengingat hampir setiap hari aku bersama dengan cewe yang aku kenal sejak awal masuk kuliah tetapi baru mulai dekat saat semester dua karena pembagian kelompok oleh dosen Manajemen Pemasaran. Aku satu kelompok dengan Anes dan 4 teman lainnya saat itu. Semester sebelumnya aku hanya sebatas kenal dan ngobrol secukupnya untuk masalah perkuliahan. Annes Syahida Tribuana juga baru aku tahu saat dosen menyebutkan nama anggota tiap kelompok dan ternyata itu nama panjang Anes yang setelah bekerja satu kelompok akhirnya aku tahu PIN BBM, dan akun twitternya juga yaitu @anessya.
 Aku kembali fokus pada gambar di laptopku. Foto-foto saat ulangtahunku dua hari yang lalu. Foto saat aku seharian penuh bersama Anes dengan perjalanan yang dimulai dari Pantai Sepanjang, Indrayanti, Kukup dan berakhir di Sop Ayam Pak Min dengan nasi + sop daging dan Sop ceker. Sama seperti perjalanan sebelum-sebelumnya yang selalu berakhir di tempat itu dan dengan menu itu. Aku terpaku pada satu foto yang mengingatkanku pada album foto dengan sampul quote about friend yang pernah dia tunjukkan padaku belum lama ini. Benar-benar tidak pernah menyangka kalau cewe itu akan berfikir sampai ke barang itu.

Friends are believe in you, make you laugh, comfort you, understand, chill with you, help you, trust you, play with you, stick up for you.

 Aku mengambil album foto itu di laci mejaku. “mungkin ini harus ditambah love you. aku bergumam pada diriku sendiri dan tersenyum sendiri membayangkan jika di sampul ini benar-benar ditambah satu gambar. Aku ingat saat dia memberikan hadiah ini dan bilang bahwa aku bahkan lebih baik dari yang ada di gambar ini yang membuatku merasa sangat bersyukur bisa melewati hari itu bersama dia. Aku bersyukur bisa mengenal cewe yang selalu membuatku ingin menarik kuncirnya karena selalu berantakan dan cewe yang suka memukul kepalaku dengan barang apapun yang ada ditangannya. Dan begitulah caranya mengungkapkan perasaan saat dia merasa sulit berkata-kata, aku faham itu.
Sama sekali tidak pernah terbayangkan aku akan sedekat ini dengan Anes, cewe pendiam yang lebih dekat dengan beberapa anak-anak pintar pada awal kuliah. Aku memang terbiasa mempunyai teman dekat perempuan, diantara teman-teman bermainku selalu ada perempuan di dalamnya tetapi untuk Anes rasanya sangat berbeda. Memang kadang dia terlalu cuek dengan sekitarnya, tapi setelah aku bersama dia selama ini aku tahu dia pendengar yang baik, selalu ada ketika aku bilang aku butuh dia untuk menemaniku meskipun seringkali tidak membuat moodku kembali bagus. Yang jelas sampai saat ini aku menyayanginya.

                                                                        ^^

“kok Anes ngga diajak fan?” Uno heran melihatku datang sendirian begitu aku sampai di rumah Ido.
“akhirnya dateng juga, yuk langsung berangkat kita tinggal nunggu kamu nih.”
“sorry aku telat bangun tadi.” Aku beralih ke Uno. “dia lagi di Semarang, pergi Rabu.”
“yah, ada yang kurang nih.” Uno kembali menyiapkan barang bawaannya.

Jumat ini aku bersama enam temanku pergi ke Dieng, setelah itu kita akan menginap di Desa tertinggi di Jawa yaitu Sikunir yang terkenal dengan Golden Sunrisenya. Membayangkan sunrisenya aku yakin pasti akan mendapat foto yang bagus kali ini meskipun pasti kurang menyenangkan karena Anes tidak ikut denganku. Susah dibayangkan melakukan perjalanan lebih dari 3 jam tanpa teman perjalanan. Fakih bareng pacarnya, Ririn yang selalu ngintil kemanapun dia pergi, Ido bareng Marta, Farah bareng Uno dan aku bareng ransel.

                                                            ^^

Aku membuka BBM, mengganti DP dengan fotoku di telaga warna yang baru aku take beberapa menit yang lalu dan mengganti PM dengan finally telaga warna – Dieng B)”.

Setelah perjalanan yang begitu melelahkan akhirnya aku sampai di tujuan pertama yaitu Telaga Warna. Telaga ini sebenarnya tidak jauh dari telaga-telaga lain, hanya saja pemandangan menuju kesini benar-benar bikin aku ngga nyesel meskipun harus melewati perjalanan yang begitu membosankan. Andai saja Anes ikut pasti tidak semembosankan tadi dan dia bakalan rela membuat perjalanan kami lebih lama karena harus berhenti di titik-titik pemandangan yang bagus hanya untuk mengambil beberapa foto. Ngomong-ngomong Anes, aku mengecek HPku dan belum ada sms baru darinya sejak BBM terakhirnya dua hari yang lalu.
Aku memutuskan membuka twitter, berharap ada mention dari dia. Aku mengupload foto yang sama seperti DP di BBMku dengan description “Telaga Warna-Dieng without u @anessya”.
Saat aku beralih ke timeline, aku melihat akunnya mengirim sebuah mention.

@herjuno_uno iya udah di follback unooooo :D

Uno? Kok bisa mereka saling follow? Ah mungkin malam itu mereka saling follow kan bisa jadi. Aku melihat ke arah Uno dan terlihat dia sedang duduk sibuk dengan Hpnya. Aku kembali ke timeline dan muncul balasan dari uno.

@anessya haha terimakasih :D aku lagi di dieng loh. sayang kamu ngga ikut juga :D

Di bawah tweet itu aku melihat mention dari Anes untukku beberapa detik yang lalu.

@ifanaziz ya kan curang, ke dieng gue ngga diajak! Ngga usah upload foto kalo ngga ada guenyaaa.  Pake di mentionin segala-_-

Udah bisa ketebak banget kalo dia bakalan marah-marah, karena aku pergi ke Dieng tanpa dia dan bahkan aku tidak memberitahu dia sebelumnya. Jadi dia tau kepergianku dari foto yang barusan aku upload. Aku langsung menklik huruf R di keypad Blackberryku.

@anessya haha ini aja aku mendadak diajak sama anak-anak. Ngga usah diliat kalo aku upload foto yang ngga bareng kamu :D

Aku menklik enter di keypad dan aku melihat lagi reply dari Anes untuk Uno di TL.

@herjuno_uno iya gue tau dari foto ifan. Iya nih gue ngga bisa ikut, setega itu lu semua ninggalin gue haha.

Wah seakrab itu ya mereka? Aku melihat ke arah Uno yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik, bener-bener berbeda dengan moodku yang mulai berantakan saat ini. Apa mungkin Uno naksir Anes? Maklum kalo sampe dugaanku bener karena Anes ngga jelek, dan mereka berdua mungkin tahu status satu sama lain. Jomblo.
Ngga munafik, aku ngga suka kalau mereka bener-bener seperti dugaanku! Aku dekat dengan Anes dengan kedekatan yang kurang wajar. Mungkin anak-anak yang tidak kenal kami berdua akan mengira kami berdua pacaran. Aku dan Anes mempunyai tiga teman bermain lainnya, tapi diantara ke tiga teman bermain kami Rila, Andin dan Rangga, akulah yang paling dekat dengannya meskipun ada dua cewe lain diantara kami. Mungkin karena Anes tidak ingin begitu tergantung pada cewe-cewe yang masing-masing memang sudah mempunyai pacar. Diantara kami berlima dialah yang jomblo bawaan sejak masuk kuliah yang kemudian disusul aku tidak lama setelah aku dekat dengan Anes.
Kebanyakan orang mengira bahwa Anes-las alasan aku putus dengan mantan ceweku. Tapi saat itu aku bersumpah pada mantan pacarku bahwa bukan Anes yang membuat aku memutuskan untuk  kembali menjadi teman dengan pacarku. Keputusanku saat itu lebih karena aku tidak bisa membiarkan  dia terus-terusan curiga atas kedekatanku dengan Anes karena itu pasti mengganggu pikirannya. Padahal saat itu kedekatanku belum sedekat sekarang. Aku tidak tahan kalau terus-terusan dicurigai tas hubungan yang jelas-jelas hanya sebatas teman. Akupun masih ingat betul kata-kata Anes saat aku bilang aku putus dengan pacarku, “itu sebabnya kenapa gue ngga pacaran fan, saat jadi sahabat aja nyaman kenapa harus memaksakan status baru? toh kita sama-sama menyayangi dan kita hanya perlu menjaga perasaan masing-masing sampai saatnya ngga ada kata ragu lagi.” Dan buktinya sampai sejauh ini aku masih hanya berteman dan masih dengan status jomblo sejak saat itu.
Setelah putus mungkin hubunganku dengan Anes memang lebih dekat dari sebelumnya karena mungkin Anes merasa lebih tidak ada beban dengan status baruku. Kalau sampai hari ini kedekatan kami kurang wajar ya karena dia mungkin merasa bisa berbagi semuanya kepadaku dan begitu juga aku. Secuek apapun dia, dia selalu mendengarkan keluhanku meskipun terkadang tidak memberikan solusi yang baik. Dan yang jelas aku menyayanginya dan aku yakin dia juga menyayangiku.
Tapi kalo untuk Uno? Kalau Uno naksir Anes, apa mungkin Anes juga naksir Uno? Ya Tuhan.

                                                                        ^^

“Anes ngga pernah deket sama cowo fan?” Uno duduk disebelahku menawarkan sebatang rokok.
“tiap hari deket cowo lah, ifan masuk kriteria cowo kan?” sahut ido yang sedang sibuk mendirikan tenda untuk tidur kami malam ini. Setelah jalan-jalan di Telaga Warna, Kawah Sikidang dan Candi arjuna kami melanjutkan perjalanan ke desa tertinggi di pulau jawa ini. Kami menginap demi Golden Sunrise yang diagung-agungkan para pemburu pemandangan, dan kami salah satu dari mereka.

“diem do.”Uno melempar kerikil ke arah ido dan aku hanya bisa tertawa. “maksud aku PDKT sama cowo.” Nah tebakanku sepertinya benar, Uno naksir Anes.
“sejauh aku bareng dia si ngga pernah. Dia ngga mau pacaran no.” Jawabku singkat.
“yah ngga asik nih. Di sms balasnya singkat-singkat banget fan, gila.” Wah lebih dari sekedar saling follow nih, bahkan udah tukeran nomor HP.
“dibales aja udah untung no.” Aku tertawa dan beranjak membantu Ido mendirikan tenda.

Kalo diinget-inget lagi memang dia ngga pernah deket sama cowo dalam waktu lama untuk PDKT tepatnya. Sejak setahun yang lalu memang ada beberapa cowo yang sepertinya punya niat PDKT ke cewe manja itu. Mereka kadang mengajak Anes main, makan atau nonton. Anes sering memperlihatkan langsung sms ajakan cowo-cowo itu atau aku tidak sengaja membacanya saat memegang Hpnya, bahkan kadang aku yang mengantarnya bertemu cowo-cowo itu. Tapi nasib semua cowo itu sama setelah satu kali pergi atau makan bersama yaitu saat Anes sadar cowo-cowo itu mengarah ke PDKT. Semua cowo-cowo itu di kemudian hari hanya akan bisa berhubungan di sos-med seperti twitter atau BBM yang merupakan media yang paling sering digunakan Anes.

            “fan ada HP bunyi deh di tasmu.” Farah teriak dari dalam tenda dan aku langsung beranjak mencari iPadku. Anes mengundang skype, aku langsung menerimanya dan langsung melihat tawanya yang khas kuntilanak di layar hapeku.

“nyebelin gue ngga diajak ngecamp di sikunir!”
“dibilang ini dadakan acaranya. Kok tau aku ngecamp di sikunir?”
“uno yg ngasi tau. gue mau denger penawaran lu soal kado ualngtaun gue.” Uno lagi, tapi ngga masalah karena saat ini cewe ini ada didepan mataku.
 “ah iya belum gue pikirin nih, besok deh balik dari sini gue berenung. Haha.” Sebenernya sudah terfikir beberapa barang, tapi sepertinya terlalu biasa kalau mengingat  dia memberiku hadiah sederhana yang begitu bermakna.
“ah kelamaan mikir. Gue cuma mau pamer aja dan mungkin ini bisa buat bahan pertimbangan lu nih.” Dia memperihatkan sebuah kunci dengan gantungan apel kecil warna biru yang biasanya tergantung di kunci sepeda motornya, tapi itu bukan kunci motor.
“mobil?”aku sedikit berbisik kaget.
“ya! gue dapet mobil dari ibu sama bapak, warnanya biru! Dan lu yang pertama kali gue kasih tau, kasih gue selamat dong.” Senyumnya berkembang di layar ipadku.
“iya selamaaaat. Dan gue bakal irit bensin yes!”
“ah enak aja. Gue bilang ke ibu kalo temen deket gue tiap mau pergi jauh pake mobil harus ngemis-ngemis dulu dan janji ngga pergi sampe malem, eh tadi pagi gue diajak ke dealer mobil. Nah gue udah dapet mobil di ulangtaun gue jadi lu bisa kasih gue pesawat atau apa yang lebih dari ini fan. Haha”
“gila lu!” Sepertinya cewe di seberang sana memang sedang sangat bahagia selain karena bertemu kedua orangtuanya. Dia masih tertawa cekikikan setelah kata-kata terakhirnya tadi, dan selintas aku ingat kata-katanya “temen deket gue”, aku ada di ceritanya dan memikirkan itu membuatku tersenyum pada diriku sendiri.
“bengong woy! Buat penawaran kado yang menarik, kalo ga gue baru balik kesitu tanggal 17 dong. Udahan ya gue ada urusan, salam buat anak-anak. Bye.” Sambungan terputus detik itu juga.

“mungkin aku bisa beli sesuatu untuk mobil barunya. Yes!” aku bersorak dalam hati.

Aku berniat kembali ke tenda dan ternyata di belakangku ada 3 kepala. Sejak kapan mereka dibelakangku? Farah, Uno, Ririn.

“ya kan sedeket itu kalian!” lagi-lagi farah menodongku dengan kata-kata itu.
 “iya kayanya ringan banget obrolanya nih.” Uno memandangku dengan ekspresi penuh tanya.
“ini karena aku udah kenal dia lama.” Aku mencoba menjawabnya dengan enteng dan langsung kembali ke tenda meninggalkan tiga kepala yang masih menyimpan sejuta pertanyaan tentang obrolanku dengan Anes tadi.

                                                                        ^^

Aku membuka twitter berniat melihat balasan mention terakhirku pada akun @anessya tapi yang muncul di timeline justru interaction akun anes dengan @herjuno_uno. Selama ini dia ngga pernah dekat sama cowo apalagi yang sudah telihat niat selain ingin berteman. Tapi hubungan dengan Uno masih berlanjut sampai hari ini, bahkan mereka saling komentar di instagram di postingan foto Anes dengan sunrise Pantai Sepanjang waktu itu. Dia jarang melakukan itu kecuali denganku, Rangga dan beberapa anak kelas yang sebenarnya kelihatan modus hanya saja Anes merasa tidak enak kalau harus memperlakukan mereka seperti anak-anak kelas lain.

Aku mulai mengetik balasan untuk mention terakhirnya beberapa jam yang lalu.

@ifanaziz ah terlanjur gue beli warna merah maroon.

Kemanapun dia pergi dia selalu membelikan sesuatu untuk aku dan anak-anak lainnya. Kali ini juga, hanya saja saat dia menghubungiku kemarin untuk menanyakan warna kaos yang aku inginkan, aku sedang pergi dan Blackberryku mati. Tapi dia tahu warna kesukaanku, merah!

@anessya iya gapapa kok. Jadi kapan balik kesini, udah tanggal 12 nih. Gue ngga ngasih penawaran apapun.

Aku sedang memilih foto-fotoku  dengan Anes sejak setahun yang lalu sampai akhir-akhir ini. Foto-foto unik yang menunjukan kebersamaan kami berdua yang rencananya akan aku cetak nanti malam untuk mengisi album pemberiannya. Tiba-tiba muncul undangan skype dari anes yang kemudian langsung aku terima.
“tumben nih.” Mau ngga mau aku tersenyum melihat muka cewe yang sudah seminggu tidak aku temui ini.
“yaelah, kemana aja lu?”
“kemana-mana. aku ngga ada penawaran kado nih, kamu sebut aja pengin apa.”
“yah ngga asik nih.”
“kamu lagi deket sama Uno nes? Atau malah naksir uno?” aku mencoba memasang ekspresi santai meskipun aku sedikit khawatir dengan jawabannya. Tapi dia justru tertawa setelah mendengar pertanyaanku.
“apaan si lu fan? Nanya ngga penting banget gitu. Ya ngga lah masa iya gue naksir temen lu.”
interaction kalian berdua menuh-menuhin TL tuh.” Aku benar-benar mengharapkan penjelasan dari cewe ini.
“apaan si lu ah. Bikin gue bt aja nih, udahan dulu deh kalo lu lagi ngga mood.”

Sambungan langsung terputus dan itu menandakan moodnya berantakan gara-gara aku. aku langsung mencoba menelfon ke nomer hpnya dan hasilnya hanya tersambung ke mailbox, sehingga terpaksa aku meminta maaf lewat BBM.

-anes-
Sory nes, gue kan cuma nanya, ngga ada maksud bikin lu bt.

Aku klik enter di keypad HPku dan sepersekian detik kemudian muncul tanda ‘d’ yang berarti sudah terkirim, tapi beberapa menit aku tunggu masih belum di read. saat keadaan seperti ini hanya ada satu tindakan paling bijak yaitu memutuskan untuk menghubunginya lagi nanti jika moodnya sudah kembali baik.

                                                                        ^^

I will always be yours for ever and and more
For the push and the pull
I still drown in your love
And drink till I’m drunk
And all that I’ve done, is it ever enough

Ever enough – rocket to the moon
­
Aku langsung mencari sumber suara dan tidak butuh waktu lama aku menemukan Hpku tergeletak di atas tempat tidurku. Panggilan dari Anes! Aku langsung mempause game di laptopku dan menjawabnya.

“lama banget ya angkatnya.”
“sori nes, lagi ngegame tadi. Ada apa?” kali ini aku mencoba bicara seramah mungkin karena sejak tragedi skype dua hari yang lalu dia tidak pernah menjawab panggilan telefonku.
“gue baru sampe di kosan nih. Lu ngga ngasih gue sambutan? Lu juga belum ngasih coklat ke gue.”

Tut tut tut

Aku belum sempat mencerna kata-katanya barusan dan dia langsung mematikan telefon begitu saja. Apa benar sekarang dia sudah kembali ke kota ini? Bahkan sudah ada di kamar kostnya? Terus kenapa dia ngga ngasih kabar sama sekali? Ah iya dia masih marah itu pasti!
Aku tersadar dari lamunanku, ingat bahwa aku sama sekali belum membeli kue ulangtaun untuk ulangtaunnya besok. Aku melihat jam di layar HPku dan jam sudah menunjukkan pukul 21:50. Aku langsung membereskan barang-barang yang perlu aku bawa ke tempat Anes memasukannya ke tas ranselku. Salah satunya coklat, dua Cadbury ukuran sedang dan dua tobleron ukuran besar yang sudah aku beli beberapa hari yang lalu dan sudah aku bungkus dalam tas kertas kecil.
Aku langsung pergi mencari toko kue yang masih buka setelah berhasil meminjam mobil ayah dengan alasan menjemput Anes di terminal. Untungnya hari ini hari Valentine jadi kebanyakan toko coklat belum tutup karena masih melayani banyak pelanggan. Aku langsung menuju salah satu toko kue dan memilih satu rainbow cake segi panjang ukuran kecil dengan selimut coklat polos. aku hanya minta ditambahkan dengan hiasan mobil kecil warna biru dan tulisan jangan marah lagi dengan krim warna biru dan setelah membayarnya aku langsung menuju kost Anes.
Sepertinya Anes masih marah padaku sejak dua hari yang lalu, jadi hari ini aku hanya memposting foto kami berdua di instagram dan twitter. Foto yang diambil diam-diam saat mata kuliah statistika sepertinya, karena ada buku statistika dimejaku yang sudah aku edit dengan app di HPku dan aku upload dengan description “@anessya #happy #val’sday #miss #mybestiest #friend ({})”. Sayangnya postingan itu masih jadi postingan yang belum direspon sampai detik ini padahal jelas-jelas dia muncul di timeline.

                                                                        ^^

 Aku langsung keluar dari mobil begitu melihat cewe yang aku rindukan duduk di teras kamar dengan HP di tangannya. Sepertinya dia menyadari kehadiranku dan langsung memandangku dengan ekspresi yang menunjukan bahwa dia memang masih marah padaku. Aku duduk disebelahnya dan menyodorkan tas kertas kecil.
“coklat buat kamu.” Dia hanya menerimanya tanpa mengucapkan terimakasih sama sekali.
“lama banget dari rumah ke sini sampe satu jam.” Dia melirik jam ditangannya.
“aku ngemis pinjem mobil dulu tadi terus nyelesein game yang lagi tanggung. Kok ngga bilang-bilang balik hari ini?”
“emang kalo gue ngga ngomong dosa?”
“dosa banget lah, ngagetin gue malem-malem.” Aku menarik cewe disebelahku ke pelukanku untuk beberapa detik.
“haha gue ngga enak bikin lu kangen gue lama-lama.” Aku reflek menjitak kepalanya.
“ibu sama bapak cuma dapet cuti satu minggu, mereka udah balik kemaren. Jadi ngapain lagi gue di semarang.” Dia membuka tas kecil coklat dari aku, membuka satu tobleron dan mulai memakannya.
“masalah Uno ngomong langsung di depan gue.” Ini salah satu yang bikin aku nyaman temenan sama Anes sampai hari ini. Dia selalu membuat jelas semua masalah, ngga mencoba melarikan diri dan pura-pura kalau semua tidak pernah terjadi. Meskipun agak sedikit kaku bertanya soal Uno dengan status kami yang hanya teman, tapi aku ingin membuat semuanya jelas.
“gue kan nanya lu lagi PDKT sama Uno atau lu naksir dia? Eh lu main matiin skype aja waktu itu, langsung ngediemin gue juga.”
“ya abis nanyanya lucu. kan udah gue bilang ngga mungkin lah gue naksir temen lu. Kayanya mood lu juga lagi berantakan waktu itu, males jadinya gue nanggepin mention, bbm, sms sama telfon lu karena lu bakalan mendramatisir seolah-olah gue marah sama lu padahal ngga sama sekali. Gue males kalo nanti lu nanya-nanya soal itu lagi, mending langsung bahasnya tatap muka gini biar enak.”
“ah sial lu, gue pikir lu marah. Lu ngga naksir dia nes?”
“ngga. Dibilang masa iya gue naksir temen lu.”
“emang kenapa kalo temen gue?”
“ifan bego banget si lu, ngapain juga gue deketin temen lu orang udah ada lu.” Ini anak ngga jelas banget ngomongnya, secara ngga langsung dari omongannya aku menangkap bahwa cewe ini udah ngga butuh orang lain kalo udah ada aku?
“terus lu tau dia lagi coba PDKT kan?”
“iya terus?”
“biasanya kan lu ngga ngladenin mereka, tapi kok lu ladenin Uno?”
“heh ifan. Lu cemburu sama temen lu sendiri ya. dasar!” cewe ini memukul kepalaku. “ya iyalah gue ladenin, dia temen lu masa gue cuekin ya ngga enak lah. Dia temen lu dan temen gue juga sekarang.”
“gue cuma mastiin aja Anessss!” Apa kesimpulannya sesuai dugaanku kalo dia emang sayang sama aku? Dia bilang dia cuma ngga enak kalo harus nyuekin temenku dan dia ngga bakal deketin temenku bahkan mungkin deketin siapapun karena udah ada aku.
“malah bengong. Iya gue tau kok perasaan lu dan gue udah bilang kan yang penting udah ada lu kok.”

Bener kan dugaanku, dia sadar kalau aku sayang sama dia dan dia juga sayang sama aku. Itu semua terjawab dengan sikapnya dia selama ini dan caranya menyikapi Uno, dia bilang dia ngga akan deketin temenku karena dia pasti ingin menjaga perasaanku. Seperti yang dulu pernah dia katakan “cukup saling jaga perasaan aja sampai ngga ada lagi kata ragu”.

                                                                        ^^

“aku ambil oleh-oleh buat lu dulu ya.” Anes beranjak masuk ke kamarnya.

Jam sudah menunjukan hampir pukul satu dan aku berniat memberinya kejutan sekarang. Aku kembali ke mobil mengambil kue yang baru aku beli beberapa jam yang lalu. Setelah perbincangan menegangkan penuh tanya tadi Anes memperlihatkan detail mobil barunya yang di dominasi dengan warna biru sampai sepertinya dia lupa bahwa sekarang sudah masuk di tanggal 15 Februari. Aku menyalakan lilin angka 19 masih di dalam mobil dan sepertinya Anes memanggil-manggil namaku.

“ifan!” aku keluar mobil dengan membawa kue sambil menyanyikan lagu ulangtahun. Aku melihat ekspresi kagetnya seketika itu juga.

Happy birthday Anes, happy birthday Anes, happy birthday to Anes, happy birthday Anes.

“ifaaaan! Apaan si kok biru biru semuaaa. lu bikin gue pengin nangis nih.”
“jangan dong. Ah sial bentar ya, pegang dulu kuenya. Jangan ditiup dulu!” aku berlari mengambil kamera yang tertinggal di mobil dan segera berlari kembali ke Anes.
“sorry ngrusak suasana banget nih gue. Sekarang make a wish terus tiup lilinya.” Aku menyanyikan lagu tiup lilinnya sambil terus menngambil foto berkali-kali sampai lilin benar-benar ditiup dan mati.
“apaan si gue ngga marah juga. Masa kue ulangtaun tulisannya begini si ah.” Aku tertawa kecil. Terlihat dia meletakan kue dilantai dan kemudian memelukku.
“sorry ngga sekeren surprise kamu waktu itu. Aku harap semua yang terbaik buat kamu dalam hal apapun. Stay be Anes in last year, yesterday, today and for a long time. Until you get what you want, I’ll always be there for you, support you and will be your everything dearest.”
“thanks ya.”aku mendengar isakan tangis cewe ini dan membuatku diam di tempat menunggu dia menyelesaikan tangisnya di pundakku. “gue jadi malu nangis begini ah.” Dia melepaskan pelukannya dan aku langsung mengarahkan kameraku untuk mengambil gambar yang pastinya akan jadi gambar yang sangat jarang ditemui. “jangan potret gue ifannn!”

Aku kembali belari kearah mobil, mengambil tas ranselku dan memberikanya kepada Anes. Tanpa banyak bicara Anes membuka tas ranselku dengan penuh tanya. Sepanjang ekspresi penasaranya sampai kaget saat melihat isinya aku masih terus bermain dengan kamera di tanganku.
Saat itu aku memutuskan untuk membelikan dia beberapa barang yang aku yakin akan sangat dia suka. Aku memutuskan membeli 2 safety belt berwarna biru untuk tempat duduk depan yang aku yakin akan langsung dia pasang. Selain itu aku membeli hiasan kecil sebuah kincir angin yang akan berputar saat terkena panas matahari dan akan menyala biru saat gelap. Aku ingat dia selalu bercerita ingin ke belanda melihat kincir disana. Memang aneh saat kebanyakan ingin pergi ke paris dengan menara Eifelnya. Aku juga membeli dua bontal leher tapi kali ini aku memberinya warna kesukaanku yaitu merah. Aku yakin meskipun aku melihat sudah terpasanga bantal warna biru, dia akan tetap memasang milikku karena dia pasti menghargai pemberianku. Mskipun saat ini dia memang sedang terlihat bimbang melihat barang tersebut tapi pada akhirnya dia tersenyum dan beralih ke barang kecil yang tidak aku bungkus.
“kok kado gue?” yap album foto yang dia berikan saat ulangtahunku. Aku memberi catatan disana.

Setelah ini kita harus sering ambil foto-foto konyol kita sebelum lulus dan kita cetak kemudian kita taruh disini. Ini bukan hanya album untuk foto-fotoku tapi untuk foto-fotomu juga J

Dia terlihat mulai membuaka halaman seteah foto yang ia pasang dihalaman pertama. Senyumnya mulai mengembang melihat foto kedua itu yang kalau tidak salah itu foto kita bersama saat kerja kelompok untuk Manajemen Pemasaran. Kemudian senyumnya berubah menjadi ketawa kuntilanaknya yang khas. Aku bisa menebak dia sedang melihat foto kita berdua saat memberi surprise untuk ulangtaun Nindi, kami berdua berdandan sebagai pocong dan kuntilanak. Dia terlihat kaget dan menahan tawa beberapa kali saat membuka foto satu persatu.
Dia berdiri memandang sinis ke arahku, sepertinya dia sudah selesai sampai foto ke 37. Malam itu aku berhasil menemukan 37 foto unik dan langsung mencetak ke37 foto itu.

“kok lu nyebelin banget si. Surprise gue belum ada apa-apanya dibanding ini semua!” dia memelukku lagi tapi kali ini tidak menangis dan melepasnya lagi dalam sepersekian menit.
“sekarang juga bantu gue pasang semua barang dari lu! termasuk warna merah kesukaan lu itu.” Nah, bener kan dugaanku. “dan satu lagi, gue seneng kok lu cemburu sama Uno.” Dia membawa barang-barang pemberianku ke mobilnya.

Dia bilang dia senang aku cemburu, itu berarti ke depannya aku selalu boleh cemburu saat dia dekat dengan seseorang. Dia senang karena tau aku begitu menyayanginya. Aku memposting di semua sos-med miliku.

“selamat nambah umur @anessya , muda dan tua samasama melindungi kok *bighug*”

Dan aku melihat postingannya di twitter meskipun tidak dimention untukku tapi aku paham itu untukku.

Thank have been my everything. Thx for tonight and for a crazy surprise.

Dan satu lagi mention untukku.

@ifanaziz crazy cake, crazy waterwheel ornament, crazy colour and crazy photos with crazy memories! *beer*
                                                                        ^^


0 komentar:

Post a Comment