cinta pada sesama memiliki batas waktu, dan aku harap batasan untuk kita berdua hanyalah kematian.
hahahahaha
aku masih belum bisa berhenti tertawa melihat keadaan cowo didepanku sekarang ini. Dia masih terus memegangi pantatnya sambil menggerutu pada dirinya sendiri.
"eh udah lo jangan ngetawain gue terus dong Alisaaaaaa!" teriaknya mengalahkan suara hujan sambil berjalan ke arahku. Mendengar teriakanya tawaku semakin meledak, tiap bayangan kejadian sebelum ini terlintas kembali di otakku bawaanya pengin ngakak. ya Tuhan perutku sampai sakit .
"udah sini duduk dulu deh, istirahatin dulu pantat lo." kataku masih dengan tertawa yang demi apapun masih belum mau berhenti meskipun muka didepanku saat ini sudah menunjukan muka murkanya. Cowo didepanku akhirnya mengalah duduk disebelahku mengikuti perintahku dengan mukanya yang sumpah bikin aku kembali terbayang kejadian tadi. dan otomatis membuat tawaku kembali meledak.
-
aku duduk sendiri di tempat duduk sepanjang koridor kelas dua belas, menunggu seseorang yang saat ini sedang ada obrolan penting dengan salah satu guru mata pelajaran. ya tadi dia bilang seperti itu dalam bbmnya .
Abi
sa, gue mau ngobrol penting bentar sama guru. tunggu di depan kelas lo aja ya. ga lama kok :)
jadi disinilah aku sekarang, menunggu cowo bernama Abi itu sambil memainkan gadget ditanganku. membuka beberapa media sosial yang kupunya bergantian. membalas beberapa bbm, memantau timeline twitter kemudian beralih ke path, beralih lagi ke instagram kemudian tumblr dan sampai pada media sosial yang sedang naik daun - ask.fm - yang sampai sekarang aku sebenarnya masih bingung kenapa harus ada ask.fm yang isinya tanya - jawab - tanya - jawab padahal ada sms, bbm, line dan lainnya yang lebih privat. ditambah lagi tanyanya bisa anon lagi, ya mungkin inilah ask.fm karena kalau yang lainnya namanya bukan ask.fm. Astaga aku mulai nglantur.
saat aku hampir kembali ke siklus awal yaitu membuka bbm, cowo yang kutunggu sejak tadi tibatiba duduk di sebelahku dan memamerkan cengirannya yang bikin aku pengin nutup mukanya sekarang juga pakai apapun. karena yang terpenting jangan sampai ada cewe yang melihat senyumnya itu, aku tidak ingin besok pagi semakin banyak surat di mejanya.
"yuk pulang." belum juga menjawabnya dia sudah menarik tanganku berjalan melewati lapangan basket menuju parkiran sekolah.
"bi, ujan nih nanti kalo kita flu gimana." aku mencoba menutupi kepalaku dengan telapak tanganku yang bebas dari genggamannya.
"itu si lo aja yang dikit-dikit flu, gue si ngga."
aku tidak merespon perkataan terakhirnya tapi aku langsung melepas genggaman tangannya dan berjalan lebih cepat supaya lebih cepat sampai di parkiran.
"sa, tugguin gue dong." aku mendengar teriakannya tapi aku sama sekali tidak menanggapinya.
"oke kamu mau ngajakin aku cepet-cepetan sampai di parkiran hah?" aku masih bisa mendengar teriakannya meskipun hujan turun semakin deras. "dasar anak aneh, siapa juga yang mau minta cepet-cepetan." gerutuku.
aku mendengar suara lengkah kaki semakin mendekat. sepertinya cowo itu benar-benar mau mencoba mendahului aku. dasar aneh.
"kamu fikir kamu doang yang bisa jalan cepet hah? aku juga bisa." begitu sejajar dengan langkahku dia membisikkan kalimat itu di telingaku dan dalam sepersekian detik dia sudah berlari di depanku.
"lo kesambet apa si bi?" teriakku.
dan sepertinya sesuatu akan terjadi, aku melihat dia kehilangan keseimbangan. " ati-ati bi, keple ....."
belum selesai aku mengucapkan kata-kataku, hal yang aku khawatirkan benar-benar terjadi.
"hahahahahahh." aku langsung tertawa meleihat posisi jatuhnya setelah beberapa detik sebelumnya aku melongo melihat dia terpeleset. aku bisa merasakan bagaimana rasanya sedang berlari kemudian terpeleset dengan posisi pantatnya terbentur ke lantai lapangan. pasti pantatnya sakit, "siapa suruh lo lari-lari gitu."
-
aku masih belum bisa betarhenti tertawa meskipun hanya tersisa tawa kecilku. perutku sudah terlalu sakit tertawa sejak tadi.
"alisa."
aku menoleh ke cowo disebelahku. dari cara dia manggil aku sepertinya ada yang tidak beres.
"kenapa?" ekspresinya ngga kebaca, jangan-jangan dia marah.
"kalo pacarmu kena musibah itu harusya ditanyain keadaannya, bukan malah ketawa sampai puas kaya gitu. ngerti?" ah ini si fix dia marah, dari cara dia ngomong udah ngga ada senyum sedikitpun dan biasanya ini tanda kalau dia marah. dan saat dia marah yang harus aku lakukan adalah menganggapnya biasa saja seperti biasanya.
"iya pacarku. tapi aku lebih suka ngetawain kamu. jadi apa boleh buat?" kataku santai sambil menepuk-nepuk pundaknya.
kalau sudah seperti ini, kita akan saling diam beberapa saat sampai nanti akhirnya cowo ini akan merasa kesal berada di awkward moment seperti ini hingga akhirnya mengalah . hahahaha
"Alisa. lo kok ngeselin banget si!" see? dia mulai kesel sama dirinya sendiri.
"kenapa setiap aku mau marah sama kamu selalu ngga bisa? kamu selalu aja bikin aku kaya gini!" dia melipat tangan didadanya dan memandang kesal ke arahku.
"karena aku paham gimana kamu Abi." kataku singkat dengan diikuti senyumku yang kubuat semanis mungkin dengan tanganku dikedua pundaknya. beberapa detik kemudian aku merasakan usapan di puncak kepalaku. dan dia memberikan senyum termanisnya - lagi.
~
tok tok tok
aku merasakan ada suara ketokan. kalau di dengar-dengar sepertinya suara ketokan di kaca.
Kaca?
aku langsung tersadar begitu tahu bahwa suara ketokan itu berasal dari kaca jendela. ya aku ingat, aku tadi duduk di dekat jendela kamar kostku. karena tiba-tiba hujan turun dengan deras jadi aku menutup jendela kamarku kemudian aku duduk memandang hujan diluar sampai akhirnya hujan memaksaku mengingat kenanganku bersama orang itu.
"bukain pintu al." cowo di luar jendelaku kembali mengetok kaca dan kini sambil teriak memintaku membukakan pintu.
"ya tuhan. Tunggu bentar." aku langsung berlari ke ruang tamu membukakan pintu untuk orang yang mungkin sudah sejak tadi menungguku di luar. setelah duduk dan aku ambilkan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya, aku duduk disebelahnya.
"sorry, tadi nunggu lama ya?"
"lumayan, kamu nglamun? aku ketok-ketok jendela kok ga nyaut-nyaut."
"hehe tadi tiba-tba keinget sesuatu. sorry ya." aku memberika senyum semanis mungkin.
"iya gausah sorry sorry terus Alisaaaaaa." cowo itu meletakkan handuk ditangannya ke kepalaku.
"Devan usil banget si kamu." aku kembali melemparkan handuk ke muka cowo disebelahku.
selanjutnya kami asik dengan dunia kami berdua, selalu saja seperti ini. tertawa lepas bersama cowo ini selalu menjadi hal yang aku nantikan.
Ya aku sudah tidak bersama cowo yang beberapa saat yang lalu kembali terlintas dipikiranku. aku sudah tidak bersama Abi dan saat ini aku bersama Devan. Aku tidak perlu membandingan diantara mereka berdua siapa yang lebih tampan atau sapa yang lebih membuatku bahagia atau nyaman. karena mereka berdua sangat berbeda tapi mereka berdua sama.
mereka mempunyai sifat yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, muka yang berbeda, dan mereka memiliki cara yang berbeda untuk membuatku merasa bahagia dan merasa istimewa. tapi aku tidak perlu membandingkan keduanya karena mereka berdua sama, sama-sama membuatku jatuh dan dengan cara mereka yang berbeda mereka sama-sama sukses membuatku nyaman dan bahagia saat bersama mereka.
meskipun aku sudah tidak bersama Abi karena suatu alasan yang bisa diterima kita berdua, tapi aku tetap menyimpan kenanganku bersama dia, karena dia telah menjadi salah satu warna dalam hidupku. dan sekarang aku sudah menemukan warna yang lain yaitu devan.
saat orang dewasa mengatakan bahwa cinta pada sesama itu ada batas waktunya. mungkin rasa yang aku miliki pada Abi sudah sampai pada batasnya karena Tuhan memberikan kesempatan untuk kita berdua merasakan cinta yang lainnya. dan semoga dengan devan saai ini, Tuhan memberikan rasa yang batas waktunya hanya kematian.
0 komentar:
Post a Comment