“happy
holiday gaesss.” Teriakku sambil melambaikan tangan yang disambut lambaian
tangan dan senyum bahagia mereka.
“you
too nes.”
Entah
sudah berapa kali aku mengucapkan “happy holiday” sejak aku keluar dari ruang
ujian sekitar limabelas menit yang lalu.
Yey!
hari ini hari terakhir ujian akhir semester 5! Meskipun ditutup dengan ujian
Sistem Pengendalian Manajemen yang lumayan bikin pusing menurutku, tapi hari
ini tetap menjadi hari yang menyenangkan. Menyenangkan karena hari ini adalah
hari yang ditunggu tunggu sejak masuk semester 5 pada September lalu. Hari
berakhirnya perjuangan di semester lima meskipun entah apa nanti hasilnya yang
jelas rasanya menyenangkan. Dan aku yakin bukan hanya ditunggu-tunggu atau
menyenangkan untukku, tapi untuk semua
teman-temanku. karena setelah ini mereka yang berlabel anak rantau bisa
langsung pulang dan bertemu sanak saudara mereka.
Seperti beberapa anak yang baru saja
aku sapa tadi. Mereka teman kelasku yang merupakan gerombolan anak Jawa Barat.
Terlihat jelas bahwa mereka sangat bahagia menanti libur panjang ini
sampai-sampai mereka tidak menunggu anak-anak yang lain keluar kelas untuk
sekedar ngobrol ringan sebelum berpisah. Mereka pasti akan langsung meluncur
kembali ke kampung halaman mereka.
“lo mudik medan nes?” tanya salah
satu temanku.
“mudik dong, cuma paling nanti
february. Mau jalan-jalan disini dulu gue.” Jawabku jujur. Karena aku memang
merencanakan beberapa liburan asik bersama sahabat-sahabatku sebelum kami
masing-masing mudik ke kampung halaman.
“sama siapa nes?” sahut teman
kelasku yang lain.
“sama bia..”
“Anes pergi sama siapa lagi kalo
bukan sama simpanannya. Hahaha.”belum selesai ngomong tiba-tiba ada yang
menyahut dibelakangku yang langsung disambut tawa semua anak-anak kelas lainnya.
Dan saat aku tengok ternyata Ido!
“asem bgt Idooooo!” aku langsung
mencubit tangannya sekuat tenaga.
“ah gila lo nes! Sakit tau.” Aku
melihat dia mengusap-usap bekas cubitanku. “Rasain !” batinku.
Apaan coba didepan anak-anak kelas
ngomongin simpanan, berasa tante-tante yang punya simpanan anak dibawah umur. Aku
paham betul kalau yang Ido maksud adalah Ifan, tapi kan bisa kali jangan pakai
kata simpanan.
Jangan
salah paham ya aku dan Ifan masih sama seperti dulu, kita tidak in
relationship. Ya meskipun february taun lalu saat aku ulang taun aku seperti
menangkap sinyal bahwa dia sayang kepadaku lebih dari sahabat. Aku ingat saat
itu dia jelas-jelas cemburu pada Uno dan aku senang kalau faktanya seperti itu.
Karena akupun sebenarnya juga sayang ke Ifan, hanya saja saat itu aku merasa
hanya sayang sebagai sahabat dan sekedar nyaman saat bersama dia dan selalu
ngerasa cukup meskipun hanya ada dia. Entahlah yang jelas saat itu aku memang
belum yakin dengan perasaanku sendiri dan memutuskan mencoba sampai saat ini.
dan tentang bagaimana perasaanku saat ini, entahlah.
Ngomong-ngomong
soal Ifan sepertinya dia masih belum keluar kelas deh, dasar penganut
perfeksionisme. Padahal aku sudah keluar setengah jam yang lalu dan anak-anak
lainpun sebagian besar sudah keluar. Ada yang langsung pulang dan beberapa anak
masih betah ngobrol ringan sebelum berpisah berbulan-bulan. Kalua aku si sebenarnya
ingin langsung pulang karena tadi pagi belum sempat sarapan dan sekarang aku
butuh makan! sayangnya tadi terlanjur janjian makan bareng ifan, jadi mau ga
mau harus nunggu. Ditambah lagi tidak enak juga kalau aku langsung pulang saat
semua berkumpul ngobrol seperti ini, jadi disinilah aku bersama anak-anak kelas
di pojokan berkumpul membentuk lingkaran
yang terbentuk begitu saja. Membicarakan masalah ujian akhir semester yang
soalnya dianggap keterlaluan lah, dosennya ngga becus ngajarnya lah, bukunya ga
sesuailah yang pada akhirnya sebenarnya kita sadar bahwa kita lah yang kurang
belajar. Hahaha.
Aku
beranjak dan menengok ke kelas tempat Ifan ujian dan masih ada sekitar 5 anak
yang belum keluar dan sangat mudah ditebak, isinya anak-anak pintar dengan
bayangan IP 4 di depan mereka.
Aku
kembali ke gerombolan anak kelas dan duduk di sebelah Rila, salah satu
sahabatku.
“Oh
jadi lu masih disini nungguin simpanan lu nes?” Ido teriak sambil melirik ke
arah kelas ujian Ifan dan kembali disambut tawa anak-anak.
“ah
cari gara-gara lu do.” Aku merasakan tepukan di pundakku
“bentar
lagi keluar pasti tu anak, orang waktunya hampir abis.” Rila menenangkanku.
“gue.
Laper. Banget.” Kataku dengan penenkanan di tiap kata.
“wey
simpanannya Anes!” teriak ido sambil melambaikan tangan dan itu membuatku
refleks menoleh tepat saat dia mengambil
tempat duduk di sebelahku. “lo ngerjain
apa si di dalem? Anes udah cemas banget sampe keringet dingin tuh.” Otomatis
anak-anak langsung menimpali kata-kata Ido barusan.
“iya
tuh sampe mau masuk ke kelas lo tadi.”
“sampe
nyari-nyari kamera dia.”
“sampe
dia minta gue gantiin lo jadi simpanannya dia fan.” Yang ini Fakih sahabatnya
Ifan yang ngga jauh beda sama Ido.
“hah?
Dia minta ke elo juga kih? Dia juga minta ke gue nih gara-gara gue nolak kena
cubit deh perut gue.” Dan ini mulut Ido, dasar emang comel.
Gedeg
banget deh, laper malah kena buli begini. Aku menoleh ke objek yang dibilang
“simpanan” dan apa-apaan ini, anak disebelahku cuma ketawa-ketawa dan ga ada
gerakan melawan sama sekali. Dia menoleh
sekilas ke arahku dan setelahnya dia beranjak dan memukul lengan Ido dan fakih
bergantian.
“lo
bilang gue simpanannya anes? Iri banget si lo.”
“dan
ga mungkin dia mau sama lo kih. Hahah” kontan
semua anak tertawa mendengar bullyan Ifan untuk Ido dan Fakih, tidak terkecuali
aku.
“dan
tadi anes nyari-nyari kamera? Lo pikir uji nyali? Haha”
“puas
lo do, kih. Haha”
“sayangnya
gue puas banget nes.” Sahut Fakih serius.
“andin
sama rangga mana? Katanya mau makan bareng?” Ifan terlihat mencari-cari dua
sahabat kami.
“lagi
pada balikin buku. Yuk buru laper nih gue.” Sahut rila.
“yuk.”
Ifan beranjak begitu juga aku dan rila. “kita mau makan nih ada yang mau ikut?”
ajak Ifan.
“makan
dimana fan? Gue ikut dong sekalian nebeng balik, gue ditinggal Tian nih.”
“Apa
do? Lo mau nebeng? Ga ada tebengan buat lo.” Jawabku jutek.
“Kanjeng
anes, gue minta nebeng Ifan bukan lo. Dicatat ya.”
“tapi
sayangnya Ifan bareng gue kanjeng Ido.” Aku menjulurkan lidah mengejek.
“Ya
tuhan Ifan dosa apa gue. Kenapa lo harus bareng kanjeng anes?”
“dosa
lo itu ngatain gue simpenannya Anes wkwkw. Yang lain ada yang mau ikut ga?”
“ga
ah gue masih kenyang.”
“gue
juga.”
“gue
mau makan dirumah aja. Boke bro. haha.”
“gue
mau nes. Ya ya?”
Ifan
aku dan Rila langsung beranjak pergi tanpa perlu menjawab Ido karena tanpa
dijawabpun sudah pasti anak itu tetap ikut. Setelah beberapa langkah aku
berbalik dan melambaikan tangan ke anak-anak yang masih duduk-duduk. “happy
holiday gaessssssss.” Yang langsung disambut berbagai jawaban dari mereka
semua.
^^
Aku
berjalan bersama ifan dan rila bersama Ido karena Rila parkir di tempt parkir
yang berbeda dengan ifan.
“udah
ngucapin “happy holiday gaes” berapa kali sejak keluar kelas hah?” tiba-tiba
Ifan bertanya dengan logat yang dibuat-buat supaya mirip denganku saat
mengucapkan “happy holiday gaes”nya.
“hahaha.
Banyak pokoknya.” Jadi ini anak lagi ujian masih sempet-sempetnya merhatiin
yang di luar. Batinku.
“bukannya
aku sempet-sempetnya merhatiin yang diluar, tapi suaramu itu loh maksa banget
buat di denger. Keras!” jawab Ifan santai yang bikin aku bt karena itu seperti
menawab pernyataan tak terucapku barusan.
“ga
usah sok bisa baca pikiran gue deh lo. Gue laper, banget malah. Dan gue
nungguin orang ngerjain soal sampe lupa ada orang kelaparan nunggu diluar.”
Gerutuku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Dan aku merasakan usapan di
kepalaku. “sorry kanjeng.”
Aku
yakin pipiku merah ya tuhan.
^^
Akhirnya
isi jug perutku setelah lapar sampai pusing yang kalau kata Rangga bahasa banyumasnya
itu “suren”. Sesuai janjian kita kemarin, aku bersama sahabat-sahabatku ada
Ifan, Rangga, Andin ditambah ido tentu saja makan di salah satu warung ramen
“X” ditraktir Rila. Ceritanya lagi anniversary yang ke dua tahun sama pacarnya
di Surabaya. Yey!
Ah iya aku baru pernah bilang kalau aku punya
tiga sahabat tapi belum sempat memperkenalkan mereka karena saat itu mereka
tidak ikut saat jalan-jalan ulang tahun Ifan. Rila asli Bandung yang sedang
menjalani LDR dengan pacaranya yang kuliah di Surabaya. Rangga anak ngapakers, dia asli banyumas.
Kalau andin asli Bogor dan satu lagi ifan kayaknya ngga perlu dijelasin lagi
karena sudah panjang cerita tentang dia. Tentu saja dia masih tetap cowo ga tau
malu yang aneh saat ngomong aku kamu dengan lu gue, sampai saat ini.
“jadi
gimana Ril, lo seriusan ga mau ikut kita jalan-jalan?” tanyaku.
“ngga
deh nes, gue udah janjian mau ke surabaya nyusulin egi terus liburan bareng deh
ke bromo sekalian anniversarian. Hehe”
“mentang-mentang
lama berpisah lo.” Sahut andin.
“biarin,
dari pada baru putus terus mau menghibur diri liburan ke korea. Haha.”
“haha
rila lo jahat banget sama sahabat sendiri.” Ido tiba-tiba nyaut.
“udah
lo abisin aja makan lo do nggausah nyaut-nyaut deh.” Kata rila dengan muka
sinis.
“awas
lo ril, ga gue beliin oleh-oleh deh suer.”
“mainnya
ngancem.” Rila melanjutkan makan ramennya yang terlihat masih setengah.
Bagaimana bisa ada enam anak dan baru aku yang selesai makan?
“jadi
rila fix ga ikut kemana mana. Lo ndin gimana? Yang tanggal 1 besok ikut ke
umbul ponggok? Lo ke korea minggu depan kan?” kataku menyimpulkan.
Yang
ditanya hanya mengacungkan jempol dan menganggu-ngangguk sambil memakan ramen
di depannya.
“oke.
Dan koe rangga, ngga ada alasan buat ngga ikut. Jadi gue anggep lo fix ikut.”
“he-eh.”
“ah.
Kenyang juga gue.” Ido menyeruput kuah langsung dengan mangkuknya. “kalian pada
ada rencana mau kemana si? Kok gue ga di ajak?”
Aku
menjelaskan rencana jalan-jalan kami ke Ido. Awalnya aku mengajak ifan ke
tempat senorkling yang ada di klaten dan dia janji liburan semester ini akan
mengajakku kesana, jadi waktu itu aku ajak sahabatku sekalian dan mereka mau.
Akhirnya kita buat agenda lain yaitu naik ke gunung prau. Setelah berunding
akhirnya ketemu tanggal yang pas buat ke umbul ponggok yaitu lusa 1 Februari.
Harusnya minggu selanjutnya kita bisa ke gunung prau, tapi karena minggu ke dua
Ifan ada liburan bareng keluarga jadi akhirnya sepakat ke prau itu tanggal 14
setelah ifan balik liburan. Dan ternyata tanggal segitu Adin udah pergi korea jadi
ya kita bertiga doang kayanya.
“kalo
lo mau ikut aja yuk.” Tiba-tiba ifan angkat bicara, kulihat mangkoknya sudah
bersih tak ada sisa sedikitpun.
“iya
ikut aja do.” Sahut rangga.
“kanjeng
anes ngga ngajak siapa tau gue ga di harapkan.” Kata ido memelas.
“amit-amit
lu do, sensitif banget tau ga kaya
pantat bayi. Yo ah ikut aja biar rame.”
“nah
gitu dong. Gue ikut kalo gitu. Hahaha.”
^^
Setelah
makan gratisan tadi, Rila kembali memberi gratifikasi dan kali ini berupa
karaoke. Siapa yang nolek kalau diajak karaoke gratis, 2 jam lagi. Ga ada!
Hahah.
“itung-itung
pesta perpisahan, yuk gue traktir kalian karaoke dua jam.” Dan kami langsung
berangkat tanpa ba-bi-bu. Setelah itu baru kita semua berpisah pulang ke
habitat masing-masing. Tapi tentu saja tidak berlaku untuk Ifan.
Laki-laki
bernama ifan itu saat ini sedang duduk di lantai dengan laptopku di depannya.
dia bilang ingin memilih foto-fotoku bersama dia yang belum sempat di cetak dan
akan dicetak untuk mengisi album miliknya yang akhirnya menjadi milik kita
berdua. Ingatkan, album foto kadoku saat ulang tahunnya februari tahun kemarin.
Dan
terbukti sejak hampir satu jam yang lalu dia terlihat serius memilih-milih foto
kita berdua yang kira-kira perlu di cetak. Dan selama itu juga aku hanya
tiduran di kasur sambil memperhatikan cowo yang akhir-akhir ini entah kenapa
selalu sukses bikin aku salah tingkah dengan sikap-sikapnya. Ah entahlah,
mungkin responku yang berubah karena sebenarnya sejak dulu dia juga sering
melakukan hal-hal manis kepadaku, tapi bedanya dulu aku hanya merasa senang dan
merasa disayangi. Seperti tadi saat di parkiran dia mengusap kepalaku, rasanya
dulu kalau dia melakukan itu aku akan langsung merespon dengan pembalasan entah
apa itu bentuknya. Tapi sekarang rasanya selalu membuatku senyum-senyum
sendiri, malu sendiri dan pokoknya entahlah. Dan itu sejak pesta tahun baru
kemarin ya Tuhan.
“ah
mukaku.” Gerutunya.
Sejak
tadi dia begitu serius dan hanya mengeluarkan kata-kata pendek ketika melihat
foto yang mungkin konyol ataupun sangat bagus dengan ekspresinya yang
berbeda-beda dan lucu menurutku. Karena itu aku masih betah seperti ini
memperhatikan setiap ekspresi yang dia keluarkan. Seperti saat dia menggerutu “ganteng
bgt gue.” Dia akan mengeluarkan ekspresi songongnya yang sumpah bikin enek.
Atau saat dia menggerutu “anjir kita cocok bgt.” Dia langsung menengok sekilas
ke rahku dengan mata coklat terangnya yang berbinar. Dia hanya ngomong pada
dirinya sendiri dan sama sekai tidak membutuhkan tanggapan dariku. “fotomu ngga
banget.” atau “muka gue kepotong” dan ada saja kata-kata dan ekkspresinya yang
bikin aku jungkir balik antara seneng dan kadang pengin nonjok muka gantengnya.
Ah sejak kapan aku bilang dia ganteng
Tiba-tiba
dia merubah posisis duduknay menjadi didepan tempat tidurku dan aku otomatis
langsung memaiknkan hpku.
“kita
perlu cetak foto dari yang kita ikut color run ada yang konyol banget. Terus
yang kita tahun baru tuh banyak yang keren. Apalagi yang pas pagi, sunrisenya
keren bgt. Yang di kawah juga ada yang bagus.”
“iya
terserah lo mau cetak yang mana deh.” Kemudian ifan menunjukan beberapa foto
yang sudah dia pilih dan berkesempatan untuk di cetak. Yang pertama foto saat
aku dan di mengikuti acara color run salah satu himpunan mahasiswa disini. Aku
ingat saat itu sebenarnya banyak anak di kanan kiriku dan ifan tapi yang kena
benar-benar hanya muka kami berdu yang utuh, yang lainya seperti muka Rila
hanya kena mata kananya saja. Haha
Selanjutnya
dia menunjukan foto saat kami berdua sedang ada di acara simfono di atas awan
di dieng yang merupakan serangkaian acara seperti pagelaran musik jazz , ritual
pemotongan rambut gimbal dan ditutup dengan pesta lampion. Dan foto ini diambil
saat kami berdua memegang lampion dan hampir melepaskannya. Aku kesana bersama
teman-teman yang lain kok, ada Andin, Rangga, Fakih dan pacarnya Ririn, ada Uno
juga dan beberapa teman-teman dari temannya Ifan. Uno, aku pernah cerita
tenatang uno kan? Ya meskipun dia sempat sukses bikin Ifan cemburu tapi aku
masi menjalin hubungan baik dengan dia, bahkan kami sering hang out bersama
tentusaja ngga cuma berdua. Haha. Sepertinya dia sudah paham kalau aku dan Ifan
sama sama menjaga perasaan, jadi aku ngga perlu khawatir.
Foto
ketiga adalah foto selfie kami berdua di mobil yang demi apapun itu mukaku jelek
banget ekspresinya. Aku menunjukkan co card di leherku dengan mata yang kubuat
juling ya Tuhan. Itu foto setelah aku dan dia selesai mengurus salah satu acara
kampus.
Selanjutnya
ada foto paling wow yaitu fotoku dan dia di Sikunir. You know? Sikunir! Yap
salah satu bukit yang terkenal dengan golden sunrisenya. Setelah saat february
lalu dia pergi bersama teman-temannya kesana tanpa aku, akhirnya dia janji akan
mengaakku saat tahun baru dan he keep his promise! Meskipun harus ngecamp
dengan suhu yang super duper dingin tapi that my funtastrip ever! Dan jangan
salah paham lagi, aku bersama teman-teman dekatku kok bahkan ada Uno lagi-lagi
hehe.
Difoto
terlihat aku dan dia berdua dengan posisi dia seperti memberi matahari yang
terlihat kecil kepadaku. Dan posisi itu sukses bikin teman-temanku yang ikut
bercuit-cuit ria.
“the
last.”
Dia
menunjukan foto yang sumpah bikin aku bingung berekspresi sebingung-bingungnya.
Sampai hanya tawa yang keluar dari mulutku dan langsung ku tutup laptopku dan
langsung beralih pura-pura fokus pada handphoneku. Ya Tuhan pasti merah mukaku!
“ko
ditutup si.” Dia menyalakan kembali laptopku.
“jangan
yang itu lah fan.” Aku menunjuk foto yng terpampang jelas di laptopku.
“hahhahaha
kenapa nes? Lucu tau ini. pokoknya aku cetak 5 foto tadi. Balik ah udah malem.”
Katanya seraya melihat jam di tangannya yang mendorongku ikut melihat jam di
hpku. Jam 21.38.
TBC....
0 komentar:
Post a Comment