Thursday, February 05, 2015

February #anes (2)

“happy holiday gaesss.” Teriakku sambil melambaikan tangan yang disambut lambaian tangan dan senyum bahagia mereka.
“you too nes.”
Entah sudah berapa kali aku mengucapkan “happy holiday” sejak aku keluar dari ruang ujian sekitar limabelas menit yang lalu.
Yey! hari ini hari terakhir ujian akhir semester 5! Meskipun ditutup dengan ujian Sistem Pengendalian Manajemen yang lumayan bikin pusing menurutku, tapi hari ini tetap menjadi hari yang menyenangkan. Menyenangkan karena hari ini adalah hari yang ditunggu tunggu sejak masuk semester 5 pada September lalu. Hari berakhirnya perjuangan di semester lima meskipun entah apa nanti hasilnya yang jelas rasanya menyenangkan. Dan aku yakin bukan hanya ditunggu-tunggu atau menyenangkan untukku, tapi  untuk semua teman-temanku. karena setelah ini mereka yang berlabel anak rantau bisa langsung pulang dan bertemu sanak saudara mereka.
            Seperti beberapa anak yang baru saja aku sapa tadi. Mereka teman kelasku yang merupakan gerombolan anak Jawa Barat. Terlihat jelas bahwa mereka sangat bahagia menanti libur panjang ini sampai-sampai mereka tidak menunggu anak-anak yang lain keluar kelas untuk sekedar ngobrol ringan sebelum berpisah. Mereka pasti akan langsung meluncur kembali ke kampung halaman mereka.
            “lo mudik medan nes?” tanya salah satu temanku.
            “mudik dong, cuma paling nanti february. Mau jalan-jalan disini dulu gue.” Jawabku jujur. Karena aku memang merencanakan beberapa liburan asik bersama sahabat-sahabatku sebelum kami masing-masing mudik ke kampung halaman.
            “sama siapa nes?” sahut teman kelasku yang lain.
            “sama bia..”
            “Anes pergi sama siapa lagi kalo bukan sama simpanannya. Hahaha.”belum selesai ngomong tiba-tiba ada yang menyahut dibelakangku yang langsung disambut tawa semua anak-anak kelas lainnya. Dan saat aku tengok ternyata Ido!
            “asem bgt Idooooo!” aku langsung mencubit tangannya sekuat tenaga.
            “ah gila lo nes! Sakit tau.” Aku melihat dia mengusap-usap bekas cubitanku. “Rasain !” batinku.
            Apaan coba didepan anak-anak kelas ngomongin simpanan, berasa tante-tante yang punya simpanan anak dibawah umur. Aku paham betul kalau yang Ido maksud adalah Ifan, tapi kan bisa kali jangan pakai kata simpanan.
Jangan salah paham ya aku dan Ifan masih sama seperti dulu, kita tidak in relationship. Ya meskipun february taun lalu saat aku ulang taun aku seperti menangkap sinyal bahwa dia sayang kepadaku lebih dari sahabat. Aku ingat saat itu dia jelas-jelas cemburu pada Uno dan aku senang kalau faktanya seperti itu. Karena akupun sebenarnya juga sayang ke Ifan, hanya saja saat itu aku merasa hanya sayang sebagai sahabat dan sekedar nyaman saat bersama dia dan selalu ngerasa cukup meskipun hanya ada dia. Entahlah yang jelas saat itu aku memang belum yakin dengan perasaanku sendiri dan memutuskan mencoba sampai saat ini. dan tentang bagaimana perasaanku saat ini, entahlah.
Ngomong-ngomong soal Ifan sepertinya dia masih belum keluar kelas deh, dasar penganut perfeksionisme. Padahal aku sudah keluar setengah jam yang lalu dan anak-anak lainpun sebagian besar sudah keluar. Ada yang langsung pulang dan beberapa anak masih betah ngobrol ringan sebelum berpisah berbulan-bulan. Kalua aku si sebenarnya ingin langsung pulang karena tadi pagi belum sempat sarapan dan sekarang aku butuh makan! sayangnya tadi terlanjur janjian makan bareng ifan, jadi mau ga mau harus nunggu. Ditambah lagi tidak enak juga kalau aku langsung pulang saat semua berkumpul ngobrol seperti ini, jadi disinilah aku bersama anak-anak kelas di pojokan  berkumpul membentuk lingkaran yang terbentuk begitu saja. Membicarakan masalah ujian akhir semester yang soalnya dianggap keterlaluan lah, dosennya ngga becus ngajarnya lah, bukunya ga sesuailah yang pada akhirnya sebenarnya kita sadar bahwa kita lah yang kurang belajar. Hahaha.
Aku beranjak dan menengok ke kelas tempat Ifan ujian dan masih ada sekitar 5 anak yang belum keluar dan sangat mudah ditebak, isinya anak-anak pintar dengan bayangan IP 4 di depan mereka.
Aku kembali ke gerombolan anak kelas dan duduk di sebelah Rila, salah satu sahabatku.
“Oh jadi lu masih disini nungguin simpanan lu nes?” Ido teriak sambil melirik ke arah kelas ujian Ifan dan kembali disambut tawa anak-anak.
“ah cari gara-gara lu do.” Aku merasakan tepukan di pundakku
“bentar lagi keluar pasti tu anak, orang waktunya hampir abis.” Rila menenangkanku.
“gue. Laper. Banget.” Kataku dengan penenkanan di tiap kata.
“wey simpanannya Anes!” teriak ido sambil melambaikan tangan dan itu membuatku refleks menoleh tepat saat  dia mengambil tempat  duduk di sebelahku. “lo ngerjain apa si di dalem? Anes udah cemas banget sampe keringet dingin tuh.” Otomatis anak-anak langsung menimpali kata-kata Ido barusan.
“iya tuh sampe mau masuk ke kelas lo tadi.”
“sampe nyari-nyari kamera dia.”
“sampe dia minta gue gantiin lo jadi simpanannya dia fan.” Yang ini Fakih sahabatnya Ifan yang ngga jauh beda sama Ido.
“hah? Dia minta ke elo juga kih? Dia juga minta ke gue nih gara-gara gue nolak kena cubit deh perut gue.” Dan ini mulut Ido, dasar emang comel.
Gedeg banget deh, laper malah kena buli begini. Aku menoleh ke objek yang dibilang “simpanan” dan apa-apaan ini, anak disebelahku cuma ketawa-ketawa dan ga ada gerakan melawan sama sekali.  Dia menoleh sekilas ke arahku dan setelahnya dia beranjak dan memukul lengan Ido dan fakih bergantian.
“lo bilang gue simpanannya anes? Iri banget si lo.”
“dan ga mungkin dia mau sama lo kih. Hahah”  kontan semua anak tertawa mendengar bullyan Ifan untuk Ido dan Fakih, tidak terkecuali aku.
“dan tadi anes nyari-nyari kamera? Lo pikir uji nyali? Haha”
“puas lo do, kih. Haha”
“sayangnya gue puas banget nes.” Sahut Fakih serius.
“andin sama rangga mana? Katanya mau makan bareng?” Ifan terlihat mencari-cari dua sahabat kami.
“lagi pada balikin buku. Yuk buru laper nih gue.” Sahut rila.
“yuk.” Ifan beranjak begitu juga aku dan rila. “kita mau makan nih ada yang mau ikut?” ajak Ifan.
“makan dimana fan? Gue ikut dong sekalian nebeng balik, gue ditinggal Tian nih.”
“Apa do? Lo mau nebeng? Ga ada tebengan buat lo.” Jawabku jutek.
“Kanjeng anes, gue minta nebeng Ifan bukan lo. Dicatat ya.”
“tapi sayangnya Ifan bareng gue kanjeng Ido.” Aku menjulurkan lidah mengejek.
“Ya tuhan Ifan dosa apa gue. Kenapa lo harus bareng kanjeng anes?”
“dosa lo itu ngatain gue simpenannya Anes wkwkw. Yang lain ada yang mau ikut ga?”
“ga ah gue masih kenyang.”
“gue juga.”
“gue mau makan dirumah aja. Boke bro. haha.”
“gue mau nes. Ya ya?”
Ifan aku dan Rila langsung beranjak pergi tanpa perlu menjawab Ido karena tanpa dijawabpun sudah pasti anak itu tetap ikut. Setelah beberapa langkah aku berbalik dan melambaikan tangan ke anak-anak yang masih duduk-duduk. “happy holiday gaessssssss.” Yang langsung disambut berbagai jawaban dari mereka semua.
^^
Aku berjalan bersama ifan dan rila bersama Ido karena Rila parkir di tempt parkir yang berbeda dengan ifan.
“udah ngucapin “happy holiday gaes” berapa kali sejak keluar kelas hah?” tiba-tiba Ifan bertanya dengan logat yang dibuat-buat supaya mirip denganku saat mengucapkan “happy holiday gaes”nya.
“hahaha. Banyak pokoknya.” Jadi ini anak lagi ujian masih sempet-sempetnya merhatiin yang di luar. Batinku.
“bukannya aku sempet-sempetnya merhatiin yang diluar, tapi suaramu itu loh maksa banget buat di denger. Keras!” jawab Ifan santai yang bikin aku bt karena itu seperti menawab pernyataan tak terucapku barusan.
“ga usah sok bisa baca pikiran gue deh lo. Gue laper, banget malah. Dan gue nungguin orang ngerjain soal sampe lupa ada orang kelaparan nunggu diluar.” Gerutuku pelan, lebih kepada diriku sendiri. Dan aku merasakan usapan di kepalaku. “sorry kanjeng.”
Aku yakin pipiku merah ya tuhan.
^^
Akhirnya isi jug perutku setelah lapar sampai pusing yang kalau kata Rangga bahasa banyumasnya itu “suren”. Sesuai janjian kita kemarin, aku bersama sahabat-sahabatku ada Ifan, Rangga, Andin ditambah ido tentu saja makan di salah satu warung ramen “X” ditraktir Rila. Ceritanya lagi anniversary yang ke dua tahun sama pacarnya di Surabaya. Yey!
 Ah iya aku baru pernah bilang kalau aku punya tiga sahabat tapi belum sempat memperkenalkan mereka karena saat itu mereka tidak ikut saat jalan-jalan ulang tahun Ifan. Rila asli Bandung yang sedang menjalani LDR dengan pacaranya yang kuliah di Surabaya.  Rangga anak ngapakers, dia asli banyumas. Kalau andin asli Bogor dan satu lagi ifan kayaknya ngga perlu dijelasin lagi karena sudah panjang cerita tentang dia. Tentu saja dia masih tetap cowo ga tau malu yang aneh saat ngomong aku kamu dengan lu gue, sampai saat ini.
“jadi gimana Ril, lo seriusan ga mau ikut kita jalan-jalan?” tanyaku.
“ngga deh nes, gue udah janjian mau ke surabaya nyusulin egi terus liburan bareng deh ke bromo sekalian anniversarian. Hehe”
“mentang-mentang lama berpisah lo.” Sahut andin.
“biarin, dari pada baru putus terus mau menghibur diri liburan ke korea. Haha.”
“haha rila lo jahat banget sama sahabat sendiri.” Ido tiba-tiba nyaut.
“udah lo abisin aja makan lo do nggausah nyaut-nyaut deh.” Kata rila dengan muka sinis.
“awas lo ril, ga gue beliin oleh-oleh deh suer.”
“mainnya ngancem.” Rila melanjutkan makan ramennya yang terlihat masih setengah. Bagaimana bisa ada enam anak dan baru aku yang selesai makan?
“jadi rila fix ga ikut kemana mana. Lo ndin gimana? Yang tanggal 1 besok ikut ke umbul ponggok? Lo ke korea minggu depan kan?” kataku menyimpulkan.
Yang ditanya hanya mengacungkan jempol dan menganggu-ngangguk sambil memakan ramen di depannya.
“oke. Dan koe rangga, ngga ada alasan buat ngga ikut. Jadi gue anggep lo fix ikut.”
“he-eh.”
“ah. Kenyang juga gue.” Ido menyeruput kuah langsung dengan mangkuknya. “kalian pada ada rencana mau kemana si? Kok gue ga di ajak?”
Aku menjelaskan rencana jalan-jalan kami ke Ido. Awalnya aku mengajak ifan ke tempat senorkling yang ada di klaten dan dia janji liburan semester ini akan mengajakku kesana, jadi waktu itu aku ajak sahabatku sekalian dan mereka mau. Akhirnya kita buat agenda lain yaitu naik ke gunung prau. Setelah berunding akhirnya ketemu tanggal yang pas buat ke umbul ponggok yaitu lusa 1 Februari. Harusnya minggu selanjutnya kita bisa ke gunung prau, tapi karena minggu ke dua Ifan ada liburan bareng keluarga jadi akhirnya sepakat ke prau itu tanggal 14 setelah ifan balik liburan. Dan ternyata tanggal segitu Adin udah pergi korea jadi ya kita bertiga doang kayanya.
“kalo lo mau ikut aja yuk.” Tiba-tiba ifan angkat bicara, kulihat mangkoknya sudah bersih tak ada sisa sedikitpun.
“iya ikut aja do.” Sahut rangga.
“kanjeng anes ngga ngajak siapa tau gue ga di harapkan.” Kata ido memelas.
“amit-amit lu do, sensitif  banget tau ga kaya pantat bayi. Yo ah ikut aja biar rame.”
“nah gitu dong. Gue ikut kalo gitu. Hahaha.”
^^
Setelah makan gratisan tadi, Rila kembali memberi gratifikasi dan kali ini berupa karaoke. Siapa yang nolek kalau diajak karaoke gratis, 2 jam lagi. Ga ada! Hahah.
“itung-itung pesta perpisahan, yuk gue traktir kalian karaoke dua jam.” Dan kami langsung berangkat tanpa ba-bi-bu. Setelah itu baru kita semua berpisah pulang ke habitat masing-masing. Tapi tentu saja tidak berlaku untuk Ifan.

Laki-laki bernama ifan itu saat ini sedang duduk di lantai dengan laptopku di depannya. dia bilang ingin memilih foto-fotoku bersama dia yang belum sempat di cetak dan akan dicetak untuk mengisi album miliknya yang akhirnya menjadi milik kita berdua. Ingatkan, album foto kadoku saat ulang tahunnya februari tahun kemarin.
Dan terbukti sejak hampir satu jam yang lalu dia terlihat serius memilih-milih foto kita berdua yang kira-kira perlu di cetak. Dan selama itu juga aku hanya tiduran di kasur sambil memperhatikan cowo yang akhir-akhir ini entah kenapa selalu sukses bikin aku salah tingkah dengan sikap-sikapnya. Ah entahlah, mungkin responku yang berubah karena sebenarnya sejak dulu dia juga sering melakukan hal-hal manis kepadaku, tapi bedanya dulu aku hanya merasa senang dan merasa disayangi. Seperti tadi saat di parkiran dia mengusap kepalaku, rasanya dulu kalau dia melakukan itu aku akan langsung merespon dengan pembalasan entah apa itu bentuknya. Tapi sekarang rasanya selalu membuatku senyum-senyum sendiri, malu sendiri dan pokoknya entahlah. Dan itu sejak pesta tahun baru kemarin ya Tuhan.
“ah mukaku.” Gerutunya.
Sejak tadi dia begitu serius dan hanya mengeluarkan kata-kata pendek ketika melihat foto yang mungkin konyol ataupun sangat bagus dengan ekspresinya yang berbeda-beda dan lucu menurutku. Karena itu aku masih betah seperti ini memperhatikan setiap ekspresi yang dia keluarkan. Seperti saat dia menggerutu “ganteng bgt gue.” Dia akan mengeluarkan ekspresi songongnya yang sumpah bikin enek. Atau saat dia menggerutu “anjir kita cocok bgt.” Dia langsung menengok sekilas ke rahku dengan mata coklat terangnya yang berbinar. Dia hanya ngomong pada dirinya sendiri dan sama sekai tidak membutuhkan tanggapan dariku. “fotomu ngga banget.” atau “muka gue kepotong” dan ada saja kata-kata dan ekkspresinya yang bikin aku jungkir balik antara seneng dan kadang pengin nonjok muka gantengnya. Ah sejak kapan aku bilang dia ganteng
Tiba-tiba dia merubah posisis duduknay menjadi didepan tempat tidurku dan aku otomatis langsung memaiknkan hpku.
“kita perlu cetak foto dari yang kita ikut color run ada yang konyol banget. Terus yang kita tahun baru tuh banyak yang keren. Apalagi yang pas pagi, sunrisenya keren bgt. Yang di kawah juga ada yang bagus.”
“iya terserah lo mau cetak yang mana deh.” Kemudian ifan menunjukan beberapa foto yang sudah dia pilih dan berkesempatan untuk di cetak. Yang pertama foto saat aku dan di mengikuti acara color run salah satu himpunan mahasiswa disini. Aku ingat saat itu sebenarnya banyak anak di kanan kiriku dan ifan tapi yang kena benar-benar hanya muka kami berdu yang utuh, yang lainya seperti muka Rila hanya kena mata kananya saja. Haha
Selanjutnya dia menunjukan foto saat kami berdua sedang ada di acara simfono di atas awan di dieng yang merupakan serangkaian acara seperti pagelaran musik jazz , ritual pemotongan rambut gimbal dan ditutup dengan pesta lampion. Dan foto ini diambil saat kami berdua memegang lampion dan hampir melepaskannya. Aku kesana bersama teman-teman yang lain kok, ada Andin, Rangga, Fakih dan pacarnya Ririn, ada Uno juga dan beberapa teman-teman dari temannya Ifan. Uno, aku pernah cerita tenatang uno kan? Ya meskipun dia sempat sukses bikin Ifan cemburu tapi aku masi menjalin hubungan baik dengan dia, bahkan kami sering hang out bersama tentusaja ngga cuma berdua. Haha. Sepertinya dia sudah paham kalau aku dan Ifan sama sama menjaga perasaan, jadi aku ngga perlu khawatir.
Foto ketiga adalah foto selfie kami berdua di mobil yang demi apapun itu mukaku jelek banget ekspresinya. Aku menunjukkan co card di leherku dengan mata yang kubuat juling ya Tuhan. Itu foto setelah aku dan dia selesai mengurus salah satu acara kampus.
Selanjutnya ada foto paling wow yaitu fotoku dan dia di Sikunir. You know? Sikunir! Yap salah satu bukit yang terkenal dengan golden sunrisenya. Setelah saat february lalu dia pergi bersama teman-temannya kesana tanpa aku, akhirnya dia janji akan mengaakku saat tahun baru dan he keep his promise! Meskipun harus ngecamp dengan suhu yang super duper dingin tapi that my funtastrip ever! Dan jangan salah paham lagi, aku bersama teman-teman dekatku kok bahkan ada Uno lagi-lagi hehe.
Difoto terlihat aku dan dia berdua dengan posisi dia seperti memberi matahari yang terlihat kecil kepadaku. Dan posisi itu sukses bikin teman-temanku yang ikut bercuit-cuit ria.
“the last.”
Dia menunjukan foto yang sumpah bikin aku bingung berekspresi sebingung-bingungnya. Sampai hanya tawa yang keluar dari mulutku dan langsung ku tutup laptopku dan langsung beralih pura-pura fokus pada handphoneku. Ya Tuhan pasti merah mukaku!
“ko ditutup si.” Dia menyalakan kembali laptopku.
“jangan yang itu lah fan.” Aku menunjuk foto yng terpampang jelas di laptopku.

“hahhahaha kenapa nes? Lucu tau ini. pokoknya aku cetak 5 foto tadi. Balik ah udah malem.” Katanya seraya melihat jam di tangannya yang mendorongku ikut melihat jam di hpku. Jam 21.38.

TBC....

0 komentar:

Post a Comment