Belum lama aku bercerita dengan salah satu temanku. Sebut saja dia Mawar karena identitasnya harus dirahasiakan. Hehe
Aku tanya begini, “ heh koe kenapa betah banget di kost? Lihat yang lain aja udah pada balik, koe masih setia nunggu kostan.”
Aku biasa memakai “koe” jika berbicara dengan temanku yang satu ini, karena dia orang Banyumas alias orang ngapak. Tau kan ngapak? Jadi ngga perlu diterangkan disini.
Dan gampang sekali ditebak jawabannya.
“Daripada nyong balik, nanti kamu ngga ada teman makan disini. Haha”
Aku sampai hafal jawabannya setiap ditanya hal ini ya begitu, selalu ngawur. Dan aku jamin 100% kalau dia punya alasan tertentu.
Bahkan aku beberapa kali mengamati tingkahnya saat kutanya kenapa tidak mudik saat ada sedikit hari libur. Dia akan langsung mengambil posisi tidur dengan pandangan menerawang jauh, seakan-akan menahan beban berat dan tidak kuat jika dia tetap duduk. Terlihat sangat lelah.
Jawabannya yang paling waras ya hanya “Ngapain balik? Ngga ada orang di rumah.”
Dan entah kenapa setelah mendengar jawabannya aku selalu mengganti topik, tanpa berani bertanya lebih jauh meskipun aku sudah kenal dengan si mawar ini selama 3 tahunan. Lumayan lama bukan, aku kenal si mawar ini sejak kita berdua mahasiswa cupu sampai mahasiswa tua yang masih cupu sekarang ini. Kalau dari penggalan-penggalan omongannya atau keluhannya kadang-kadang si asumsiku, keluarganya tidak dalam keadaan yang bisa bebas ia ceritakan kepada siapapun, termasuk aku teman yang cupu bersamanya 3 tahun ini.
Dia terlalu jarang menceritakan keluarganya kecuali tingkah-tingkah keponakan cowonya yang super manja tapi sangat disayanginya. Kalau aku boleh menilai sebagai teman, dia terlalu sibuk dengan berbagai hal. Dia terlalu sibuk menghabiskan waktu 24 jam dalam seharinya dengan berbagai hal. dia mengikuti berbagai kegiatan di kampus, dia kuliah dengan SKS penuh, dan dia anak yang sangat doyan main. Jadi menurutku disini, dia menyibukkan diri dengan berbagai hal untuk mengisi 24 jamnya tiap hari.
Terkadang dia akan memasang status pada BBM atau memposting di timeline line saat dia sedang tidak ada kegiatan dengan postingan yang tidak jauh dari “unmood” “bingung” “sepi” dan status yang membuatku semakin yakin dengan kesimpulanku tentangnya. Dia terlalu sibuk melakukan berbagai hal, dia menginginkan 24 jam dalam seharinya minus waktu tidur terpakai untuk hal tertentu. Sangat bisa di tebak dia mencari pengalihan, dia takut kesepian!
Entah apa yang ditakutkannya dari yang namanya kesepian itu karena dia sepertinya tidak ada niat sedikitun untuk berbagi masalah pribadinya denganku.
Sejauh ini aku memiliki hipotesis tentangnya:
Dia sengaja menyibukkan diri mengisi 24 jam dalam seharinya untuk mengalihkan pikirannya dari entah apa yang mengganggu pikirannya. Atau dengan kata lain, saat dia tidak ada kegiatan dia akan merasa kesepian dan dia takut saat kesepian dia akan kembali mengingat hal-al yang mengganggu pikirannya dan jelas dia tidak manginginkan atau menyukai hal itu.
Entahlah temanku yang satu ini selalu terlihat ceria saat bersama teman-temannya. Meskipun sesekali dia akan terihat sedih saat sudah berada di kamarnya, tapi selama 3 tahun ini di depan teman-teman dia selalu terlihat ceria.
Aku tidak tahu, apa hanya aku saja yang merasakan kalau temanku yang satu ini keadaannya tidak sebaik sikap yang dikeluarkannya. Dia yang begitu senang bercerita tenatang berbagai hal, apalgi menyangkut hobinya yaitu membaca apa saja. Dia akan antusias membahas penulis yang menurutnya keren, buku yang menurutnya keren dan betapa dia ingin membeli buku yang sudah dia list sejak lama. Dan ngeselinnya temanku yang satu ini tidak pernah kehabisan list.
Dia begitu senang membahas tentang cowo-cowo idolanya yang selalu berbeda dari idola cewe-cewe kebanyakan. Tapi tidak dengan perasaan suka yang sesungguhnya kepada seseorang. Dia selalu senang berbagi cerita dengan adik angkatan terutama masalah kegiatan kampus. Dia anak yang tidak pernah kehabisan kata-kata kalau boleh kubilang. Meskipun dia begitu pandai memakai topengnya di depan teman-teman yang sering ia temui di luar kamar, tapi aku tahu saat dia berada di kamarnya. Dia tidak sekuat itu. Hanya saja aku masih belum tahu cerita kehidupan pribadinya. Aku belum tahu apa yang sebenarnya temanku ini rasakan. Tentang kehidupannya, tentang bebannya, bahkan tentang perasaan sukanya pada seseorang, sebagai temannya selama ini aku tidak tahu.
Dia tidak seterbuka kelihatannya. Dia temanku yang sangat tertutup.
Dia tidak mengijinkan bahkan teman terdekatnya untuk masuk melewati tembok yang ia bangun. Beban, masalah dan pikirannya hanya untuk dirinya sendiri. Begitulan temanku Mawar ini.
0 komentar:
Post a Comment